Opini  

Bahasa Arab Membentuk Karakter Bangsa

Oleh: Achmad Muhlis

Bahasa arab bagi masyarakat Muslim merupakan bahasa agama Islam yang  patut menjadi prioritas untuk dipelajari apapun profesinya, hal ini bertujuan untuk mendalami, memahami dan menginterpretasi sumber asli ajaran agama Islam, yakni  bersumber  dari al-Qur’an dan al-Hadist, yang keduanya berbahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an, al-Hadist dan bahasa shalat, yang setiap saat melekat dan tanpa disadari kita ungkapkan dalam menjalankan syari’at agama. Bahasa Arab sangat berbeda dengan bahasa-bahasa lain di dunia yang hanya menjadi alat komunikasi di kalangan umat manusia. Ragam keunggulan bahasa Arab begitu banyak, sehingga al-Qur’an diturunkan dengan bahasa arab bukan karena turun di negeri Arab, begitu juga bukan karena Rasulullah orang Arab. Salah satunya bahasa Arab memiliki nilai kesusasteraan yang sangat tinggi melampaui kesusasteraan bahasa-bahasa lain di dunia, seperti bagaimana al-Qur’an menggambarkan dengan indah tentang pergaulan suami-istri. Sehingga idealnya, masyarakat muslim di seluruh pelosok negeri, mencurahkan perhatiannya terhadap bahasa Arab ini, baik dengan cara mempelajarinya untuk diri sendiri ataupun memfasilitasi dan mengarahkan orang lain untuk mendalami seluk beluknya, yang akan berimplikasi  besar terhadap terbentuknya pola pikir, prilaku dan karakter bangsa yang kita idam-idamkan bersama.

Setiap muslim dianjurkan dan diperintahkan untuk mempelajari bahasa Arab, demi kesempurnaan dalam menjalankan segala aspek agamanya, bahasa arab merupakan bagian dari agama Islam seperti yang disampaikan umar bin al-khathab, artinya kesempurnaan beribadah dalam Islam tidak bisa tegak dan sempurna kecuali memahami dan mendalami bahasa Arab dengan sempurna pula. Sebagaimana syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata bahwa “Bahara Arab itu sendiri merupakan bagian terpenting dari dien (Islam), memahami dan mendalami bahsa Arab adalah perkara fardhu yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim, karena memahami al-Qur’an dan al-Sunnah adalah wajib bagi setiap muslim, karena tidak mungkin bisa dipahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Sehingga perkara wajib yang tidak bisa tegak dan sempurna kecuali dengannya maka ia menjadi wajib”.

Baca Juga:  Nomor Urut Satu dan Ayat Kemenangan

Betapa banyak ajaran agama yang tertuang dalam al-Qur’an dan al-Sunnah terabaikan begitu saja karena tidak memahami dan mendalami bahasa arab secara benar dan sempurna, seperti kasus beberapa waktu yang lalu, di salah satu staisiun televisi, nara sumber mencoba untuk menguraikan, menjelaskan serta menafsirkan al-Qur’an bukan dengan bahasa aslinya yakni arab, tetapi ia memahami maknanya dengan menafsirkan terjemahan ayat tersebut yang berbahasa Indonesia. Sehingga bisa diduga bahwa nara sumber tersebut tidak memahami bahasa arab secara sempurna, yang biasanya menjadi identitas para nara sumber dalam memberikan kajian-kajian ke-Islaman. Dari sini nampak karakter dan kepribadian seseorang dalam memahami dan menafsirkan ayat.

Baca Juga:  Ramah, Baik, dan Ta'dzim (RBT)

Kasus lain yang menarik untuk diungkapkan disini adalah, ayat dan hadits ramah lingkungan yang akhir-akhir ini seolah hilang dari permukaan bumi ini, dengan banyaknya bencana alam “musibah”, longsor, banjir bandang, gunung meletus maupun gempa bumi, itu akibat ulah tangan manusia (manusia-manusia munafik) yang tidak ramah lingkungan dengan menebang pohong sembarangan, membangun gedung sembarangan, serta reklamasi pantai tanpa mempertimbangkan ekosistem yang ada disekitarnya, yang pada akhirnya bencana alam “musibah” setiap saat mengintai kita semua. Hal ini terjadi, karena kebanyakan orang, berfikir bahwa Islam hanya mengurusi persoalan-persoalan ibadah, padahal realitasnya bagi orang-orang yang memahami bahasa Arab, ramah lingkungan menjadi bagian dari agamanya.

Pada intinya bahwa belajar bahasa Arab sebagai bagian dari agamanya, harus digalakkan dan kembangkan kembali dalam kerangka membentuk kepribadian, karakter manusia yang kaffah dalam segala aspeknya “tidak mengganggu sesama makhluk (manusia-tumbuhan-jin-malaikat)”, serta tidak terbelenggu oleh kebiasaan-kebiasaan para kaum “kapitalis-pragmatis”. Wallahu a’lam bi al-shawab.

SELAMAT HARI BAHASA ARAB SE DUNIA

18 DESEMBER 2017

Achmad Muhlis, Dosen Bahasa Arab STAIN Pamekasan