Pindul; Mata Air Kehidupan dan Mata Air Inspirasi

Media Jatim

SAJAK-SAJAK Tentang Pindul adalah Antologi Puisi Terpilih Peserta Lomba Cipta Puisi Pindul Bersajak 2017 yang mencoba mengabadikan keindahan Gua Pindul sebagai mata air kehidupan dalam bahasa puisi. Melalui karya puisi diharapkan mata air di Gua Pindul dapat dilindungi dan digunakan sebagaimana mestinya untuk keberlangsungan anak cucu kelak. (halaman iii)

Pindul adalah diambil dari kutipan legenda setempat, berasal dari kata pipi dan kebendul dan di singkat menjadi Pindul. Pindul merupakan sebuah mata air yang mengalir di bawah rongga pegunungan Sewu. Meskipun daerah identik dengan pegunungan kapur, berbatu, kering, dan tandus, ternyata memiliki mata air dengan debit 1.500-2.500 liter/detik. Hal ini mengejutkan dunia pariwisata sehingga daerah ini dijadikan obyek wisata baru. Pindul menjadi lebih eksotis setelah dinyatakan oleh UNESCO sebagai Taman Geopark (kawasan kars) dunia pada tanggal 19 September 2015. Gua Pindul langsung meroket mengangkat Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Forum Penulis Negeri Batu (FPNB) di Gunungkidul melihat puisi sebagai media yang tepat untuk lebih mempopulerkan Gua Pindul ke mata dunia. Lalu dengan Lomba Cipta Puisi Pindul Bersajak 2017 mengajak para penulis, penyair, seniman, dan sastrawan di seluruh Indonesia untuk menuliskan keindahan Pindul melalui sajak.

Pindul kemudian menjelma menjadi sajak-sajak. Ia bukan saja menjadi mata air kehidupan bagi masyarakat Desa Bejingharjo Kecamatan Karangmojo Gunungkidul, akan tetapi telah pula menjadi sumber mata air inspirasi yang tak pernah habis ditimba untuk menjadi bait-bait puisi bagi para penyair. Keindahannya menjelma dalam setiap diksi, intuisi dan koherensi pada sajak-sajak yang mampu mengangkat persoalan dan permasalahan secara tidak langsung dengan bahasa puitika. Antologi puisi ini memuat 108 puisi dengan pembagian 31 puisi kategori pelajar/santri/mahasiswa dan 77 puisi kategori umum.

Baca Juga:  Menggali Inspirasi dari Sosok Politisi dan Enterpreneur Sukses

Membaca Antologi puisi ini akan ditemukan suatu tema yang memaparkan Pindul dengan berbagai sudut pandang dan pemikiran penyair dalam memandang Taman Geopark Dunia ini. Satu penyair dengan lainnya tentu memiliki perbedaan dalam penafsiran, pemilihan kata, gaya bahasa dan majas. Berikut ini petikan sajak dari juara terpilih 1, 2 dan 3 dari masing-masing kategori.

Pindul, oh, pindul / Dunia tampak tersenyum / Seperti senyum gadis gingsul // Di goa itu, wahai / Kuingat kenangan / Tentang rahim ibu dan janji tuhan / Perihal keindahan yang masih dirahasiakan ~ Juara 1 kategori pelajar (halaman 3)

Rumahku / Dikelilingi batu / Untuk aku / Berteduh / Dari terik dan hujan, / Dari kejora lahir / Hingga nuansa lembayung ~ Juara 2 kategori pelajar (halaman 4)

Pada mulutmu kutemukan dahaga / Pada muaramu kutemukan lega / Air sungi susuri tanah / sebening kristal nirmala / Dari mata air gedong tujuh / Ada terang yang tak alpa / Sedang remang di sebagian / Bias ca’ya kupungut takjub / Menyata pekat butuh penyuluh / Sibak segala kegamangan / Aku kagum padamu Pindul ~ Juara 3 kategori pelajar (halaman 6)

Aroma tanah dan bebatuan karst / warisan kisah yang menebal di langit-langit / menjulurkan kisah yang menebal di langit-langit / menjulurkan kristal-kristal satalaktit / tetes speleothem yang menhujan, / beku di tengah jalan ~ Juara 1 kategori umum (halaman 51)

Riak-riak lembut selalu merayu / mengajak sayapku merentang / terbang menjulang lalu menukik / menghujam sungai hingga ke dasar / bertemu ikan-ikan / merasakan kehidupan lain / yang basah dan dingin ~ Juara 2 kategori umum (halaman 53)

Sesekali mampirlah, Zha! / jika engkau berkenan, akan kukisahkan / perihal mitos ‘Stalaktit Puting’ / konon katanya dapat menjadikanmu awet muda / Janagn lupa, kabarkan ini kepada kerabatmu, Zha! / kunanti kunjunganmu di ujung pagi ~ Juara 3 kategori umum (halaman 55)

Menyelesaikan membaca antologi puisi Sajak-sajak tentang Pindul akan banyak ditemukan bait-bait keindahan tentang Pindul seolah menjadi mata air inspirasi yang tak habis untuk disajakkan oleh para penyair yang terpilih dalam antologi ini. Apalagi Lomba Cipta Puisi Pindul Bersajak 2017 diseleksi oleh tiga juri yang merupakan penyair berkompeten dibidangnya yaitu Sosiawan Leak, Sri Wintala Achmad dan Hasta Indriyana sehingga menjadikan buku antologi puisi ini memiliki kelebihan kurasi dan nilai rasa tinggi yang tidak diragukan.

Baca Juga:  Bukan Bung Karno! Inilah Penyebab Tragedi G30S

Di bagian akhir dari antologi ini, disajikan biodata penulis terpilih dan juri lomba sehingga pembaca bisa mengetahui bagian rinci dari penyair dan tim kurator yang turut andi dalam peluncuran buku Sajak-sajak tentang Pindul.

Buku ini merupakan kumpulan karya terpilih yang paling keren dan beken, dengn harapan mampu semakin memancarkan pamor Pindul kepada pengunjung domestik dan mancanegara. (Blurb)

Indramayu, 2018

Faris Al Faisal lahir dan tinggal di Indramayu. Bergiat di Dewan Kesenian Indramayu. Karya fiksinya adalah novella Bunga Narsis Mazaya Publishing House (2017), Antologi Puisi Bunga Kata Karyapedia Publisher (2017) dan Kumpulan Cerpen Bunga Rampai Senja di Taman Tjimanoek Karyapedia Publisher (2017) sedangkan karya non fiksinya yaitu Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di Indonesia Penerbit Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017).

Puisi, cerma, cernak, cerpen dan resensinya tersiar berbagai media koran seperti Republika, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Padang Ekspres, Rakyat Sumbar, Radar Cirebon, Radar Surabaya, Radar Sulbar, Minggu Pagi, Bali Post, Bangka Pos, Magelang Ekspres, Solopos, Suara NTB, Joglosemar, Koran Pantura, Tribun Jabar, Bhirawa, Tabloid Nova dan Jurnal Asia. Email ffarisalffaisal@gmail.com, Facebook www.facebook.com/faris.alfaisal.3, Twitter @lfaisal_faris,  IG @ffarisalffaisal, Line ffarisalffaisal  dan SMS/WA 085 224 107 934.