Opini  

Bukan Berkah, Namun Musibah

Media Jatim

Ramadhan merupakan bulan paling mulia di antara bulan lainnya, tiada untaian kata yang pasti untuk menggambarkan keagungan dan keistimewaannya. Pada bulan itu setan ada dalam pasungan, Allah menabur ampunan, semesta menghujani keramahan, seisi rumah menebar kasih sayang, kehidupan pun dilimpahi keberkahan,  dan umat muslim melatih jiwa dan nuraninya untuk menahan perih-pedihnya rasa lapar.

Puasa adalah kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap muslim pada bulan mulia tersebut. Ketika berpuasa kita harus menahan diri dari hal yang membatalkan puasa salah satunya makan dan minum mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.

Hal yang dinanti-nantikan saat menahan perih-pedihnya rasa lapar adalah makan. Segala makanan dan minuman sengaja disajikan. Menu yang tak biasa pun sengaja dihadirkan untuk menjadi santapan. Saat adzan dikumandangkan, nafsu makanpun tak dapat ditahan. Segala sajian seolah menjadi pelampiasan balas dendam dari nafsu yang sedang kelaparan. Pada akhirnya makan berlebihanpun tak dapat terhindarkan. Seharusnya berbuka dilimpahi dengan kenikmatan dan keberkahan, namun malah musibah yang datang karena sifat kerakusan.

Berlebih-lebihan dalam segala sesuatu adalah tercela dan terlarang, apalagi dalam masalah makanan dan minuman. Allah berfirman (QS- Al-A’raf:31):

وكلوا واشربوا ولا تسرفوا إنه لا يحب المسرفين.

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Baca Juga:  Madura dan RIS, Refleksi untuk Perjuangan Masyarakat Papua

Nabi Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidak ada wadah yang dipenuhi anak Adam yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah anak Adam mengkonsumsi beberapa suap makanan untuk menguatkan tulang rusuknya. Kalau memang tidak ada jalan lain (memakan lebih banyak), maka berikan sepertiga untuk (tempat) makanan, sepertiga untuk (tempat) minuman dan sepertiga untuk (tempat) nafasnya.” (HR. Tirmidzi, no. 2380, Ibnu Majah, no. 3349, dishahihkan oleh Al-Albany dalam kitab shahih Tirmidzi, no. 1939)

Dalam hadits lain Rasulullah juga mengingatkan:

إياكم و البطنة في الطعام و الشراب فإنها مفسدة للجسم و تورث السقم عن الصلاة

“Jauhilah olehmu mengisi perut dengan penuh terhadap makanan dan minuman sebab mengisi perut dengan penuh akan membahayakan tubuh dan menyebabkan malas shalat.” (HR. Bukhari)

Dari hadits di atas, jelaslah membalas dendam rasa lapar dengan mengisi perut secara berlebihan merupakan perbuatan yang  terlarang meskipun dengan memakanan dan minuman yang dihalalkan. Karena mengisi perut dengan berlebihan akan menimbukan berbagai jenis penyakit baik itu jasmani dan rohani.

Seperti yang disabdakan Rasulullah, secara rohani orang yang berlebihan dalam berbuka puasa akan malas melaksanakan shalat. Karena orang yang kekenyangan akan diserang rasa ngantuk dan pada akhirnya ia akan merasa malas untuk beraktivitas terutama untuk sholat magrib bahkan shalat tarawih. Padahal shalat tarawih hanya ada pada bulan Ramadhan.

Baca Juga:  Tiga Catatan untuk Beasiswa Pemkab Jember

Sedangkan secara jasmani, makan yang berlebihan bisa menyebabkan seseorang rentan terhadap penyakit seperti kolesterol, penyakit gula, jantung dan penyakit lainnya.

Berdasarkan pada sebuah study di tahun 2001 berjudul Obesity, orang yang mempunyai kebiasaan makan berlebihan malah mempunyai kecenderungan malas berolahraga dan rentan mengalami obesitas. Selain itu menurut tinjauan dr. Deffy Leksani Angga Sari, orang yang makan berlebihan tidak hanya diserang gangguan kesehatan fisik, akan tetapi juga menyebabkan gangguan kesehatan mental. Ia menuturkan bahwa orang yang mengalami pertambahan berat badan akibat makan terlalu banyak akan kehilangan rasa percaya diri karena adanya keterkaitan antara rasa percaya diri dan penampilan. Rasa tidak percaya diri yang timbul terus menerus akan menyebabkan depresi, kecemasan, kegalauan serta adanya obsesi terhadap makanan dan kalori.

Berdasarkan uraian data di atas, berbuka puasa secara berlebihan mempunyai banyak dampak negatif yang sangat merugikan terhadap pelakunya. Oleh karena itu, agar kita selamat hendaklah kita mengikuti suri teladan sang pemimpin umat yakni Nabi Muhammad. Sehingga di bulan suci Ramadhan ini banyak menuai nikmat, hikmat dan berkat. Bukan malah musibah yang datang menghambat disaat aktivitas yang semakin padat.

Penulis: Nurul Muhimmah, Mahasiswi IAIN Madura asal Pamoroh Kadur Pamekasan.