Sayang Anak

Diriwayatkan dari ‘Aisyah RA, beliau berkata: “Seorang wanita miskin datang kepadaku dengan membawa dua anak perempuannya, lalu aku memberinya tiga buah kurma. Kemudian dia memberi untuk anaknya masing-masing satu buah kurma, dan satu kurma hendak dia masukkan ke mulutnya untuk dimakan sendiri. Namun kedua anaknya meminta kurma tersebut. Maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dia makan untuk diberikan kepada kedua anaknya.

Peristiwa itu membuatku takjub sehingga aku ceritakan perbuatan wanita tadi kepada Rasul SAW. Maka beliau bersabda:
إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ
Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga (karena perbuatan baiknya kepada anaknya) dan membebaskannya dari neraka” [H.R Muslim]

“Sayang anak” adalah perilaku terpuji dan mulia bahkan pengorbanan orang tua untuk anak akan dibalas dengan surga sebagaimana hadits di atas. Orang tua yang baik, pastilah menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Orang tua akan dengan senang hati memberikan apa pun yang dulu ia tak pernah bisa memilikinya, semua karena dasar cinta pada anak. Namun, sadarkah kita bahwa betapa banyak orang tua tanpa sengaja telah menjerumuskan anak kepada perilaku yang jelek karena rasa sayang yang berlebihan.

Islam mengajarkan kita untuk sayang kepada anak namun di sisi lain, islam juga mengajarkan kepada kita untuk bertindak tegas kepada anak jika berperilaku negatif. Seperti anjuran Rasul untuk memukul anak usia 10 tahun jika ia meninggalkan sholat. Rasul bersabda :
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah mereka jika (meninggalkan)nya pada usia 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka [HR Abu Dawud]

Baca Juga:  Kebiasaan Nabi Muhammad SAW (Bagian 1)

Maka betapapun orang tua “sayang anak” maka dia haruslah tegas terhadap anak. Bangunkan anak-anak untuk sholat subuh meskipun hati iba dan kasihan melihat mereka bangun terlalu pagi dan tidurnya menjadi berkurang. Seorang ibu meminta fatwa dari ulama.

“Wahai kyai, anak-anakku tidurnya pulas dan sulit dibangunkan. Aku tidak bisa membangunkan mereka saat fajar untuk shalat Subuh. Apa yang harus aku lakukan?”

Maka Kyai balik bertanya: “Jika AC rumah terbakar hingga terjadi kebakaran di rumahmu, apa yang akan kamu lakukan terhadap anakmu yang masih tidur itu?”

Ibu menjawab: “Aku akan membangunkan mereka.”

Kyai bertanya lagi: “Tetapi bagaimana jika tidur mereka sangat pulas?”

Banner Iklan Media Jatim

Ibu itu dengan tegas berkata: “Demi Allah, akan aku bangunkan meskipun harus dengan cara menyeret mereka.”

Maka sang kyai manggut-manggut dan berkata : “Benar! Seperti Itulah yang harus kau lakukan untuk menyelamatkan anak dari api dunia. Dan seperti itu pula kau harus lakukan untuk menyelamatkan mereka dari api akhirat.”

Alhamdulillah prinsip ini saya terapkan kepada anak-anak saya mulai usia TK, mereka harus bangun subuh dan merekapun telah istiqamah sholat lima waktu sekaligus sunnah rawatibnya.

Janganlah kasih sayang kepada anak menjadikan orang tua selalu menuruti kemauan anak dan memanjakannya dengan barang yang mahal.

Pepatah mengatakan: jangan ajarkan anakmu untuk menjadi kaya raya. Tapi ajarkan mereka untuk selalu bahagia. kelak mereka mengerti bahwa hidup bukan tentang harga. Di tengah kehidupan modern ini, kebanyakan orang menjadi susah untuk bahagia. Hal ini mungkin karena sejak kecil kita tidak benar-benar diajarkan bagaimana caranya untuk menjadi bahagia. Maka sebenarnya kitalah yang bersalah karena telah keliru dalam mengekpresikan kasih sayang terhadap mereka.

Baca Juga:  Membangun Tradisi Berpikir Positif

Ada baiknya kita Renungkan tulisan Dorothy Law Nolte seorang penulis dan konsultan masalah keluarga dari amerika (1942-2005), Ia mengatakan:

Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki.

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi.

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri.

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri.

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri.

Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri.

Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai.

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya.

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri.

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya.

Wallahu A’lam.

Semoga kasih sayang kita kepada anak tidak menjadikan kita lupa untuk mengajari mereka komitmen, ibadah dan arti bahagia yang hakiki sehingga anak-anak kita menjadi sholihin sholihat.

*) Penulis adalah Muhammad Chumaydi Al Madury, Pengasuh Pesantren An-Nur 2 Malang Jatim. Pesantren ini mengajarkan kitab kuning dengan lokasi yang didesain dengan nuansa yang asri dan dilengkapi beberapa wahana layaknya wisata seperti
flying fox, rumah pohon, terapi ikan, minizoo dll.