Menghadapi Koalisi Gerindra-Demokrat, Siapa Cawapres Jokowi?

Batas waktu terakhir pendaftaran pencalonan presiden Republik Indonesia semakin mendekat. Manuver-manuver politik sudah banyak dilakukan petinggi partai politik yang akan berkontestasi di pesta demokrasi terbesar sejak pemilihan umum dilaksanakan pertama kali pada tahun 2004 silam.

Jokowi, Prabowo dan SBY seakan menjadi tokoh besar di perpolitikan Indonesia yang bisa dikatakan paling sibuk. Jokowi yang sudah mendeklarasikan diri untuk maju sebagai capres untuk kedua kalinya, kini sibuk melakukan komunikasi dengan beberapa partai politik pengusung dan tokoh potensial untuk duduk mendampinginya sebagai cawapres nanti di Pilpres 2019.

Beberapa minggu yang lalu, (17/07), Jokowi sudah resmi merilis 10 tokoh dari berbagai unsur, baik dari kalangan politisi hingga ulama. Mereka semua digadang-gadang termasuk kandidat kuat yang akan dipilih sebagai cawapresnya.

Dari 10 tokoh tersebut terdapat dua nama yang dari kalangan teknokrat, Sri Mulyani (Menteri Keuangan) dan Susi Pudjiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan). Dari figur Politisi ada nama Airlangga Hartato (Ketua Umum Golkar), Muhaimin Iskandar (Ketua Umum PKB) dan Romahurmuziy (Ketua Umum PPP).

Sedangkan dari unsur Ulama ada nama KH. Ma’ruf Amin (Ketua MUI) dan Prof. Din Syamsudin (Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah).

Kemudian dari figur Akademisi muncul nama Prof. Mahfud MD (Mantan Ketua MK), dari figur Purnawirawan TNI ada nama Jenderal Moeldoko dan terakhir dari figur Pengusaha adalah Chairul Tandjung (CEO Trans Media Group).

Baca Juga:  Ngobrol Politik Kekinian Bareng Sandi di Madura

“Insya Allah tidak akan jauh dari nama tersebut,” ungkap ketua umum PPP M Romahurmuziy, politisi yang disebut-sebut paling intens melakukan komunikasi politik dengan Presiden Joko Widodo.

Namun secara mengejutkan, akhir-akhir ini muncul dua nama yang santer dibicarakan akan menjadi cawapres Jokowi. Dua nama yang sangat familiar bagi rakyat Indonesia, sama-sama memiliki elektabilitas dan kapasitas yang mumpuni. TGB Mohammad Zainul Majdi, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Tito Karnavian.

TGB Mohammad Zainul Majdi

Tokoh yang masih muda nan potensial, Tuan Guru Bajang bisa menjawab aspirasi rakyat muslim yang selama ini menginginkan tokoh ulama kembali memimpin negeri ini. Selain itu, Gubernur yang hafal Al-Qur’an tersebut juga bisa menjadi penerus Jusuf Kalla, tokoh yang berasal Indonesia Timur yang berhasil melenggang ke Istana Merdeka.

Pasangan Jokowi-TGB masih memiliki perpeluang besar untuk maju sebagai capres dan cawapres di 2019 mendatang. Mengingat alumni Universitas Al-Azhar Mesir itu sudah menyatakan diri untuk mendukung Jokowi 2 Periode, menyusul juga ia sudah memundurkan diri dari partai yang mengusungnya duduk sebagai Gubernur NTB, Partai Demokrat. Dan sampai saat ini Jokowi masih belum mengumumkan siapa cawapres yang dipilihnya. Kita ketahui, (23/17) lalu, Jokowi beserta seluruh pimpinan partai politik yang sudah berkoalisi sudah melakukan pembicaraan tentang cawapres dan dikabarkan sudah mengerucut menjadi satu nama.

Baca Juga:  Berbaur Menang, Kiai Ali Wafa: Terimakasih Masyarakat Pamekasan

Yang pasti dengan menggandeng Tuan Guru Bajang perolehan suara Jokowi dipastikan akan semakin bertambah. Ia adalah figur yang bisa diterima di semua kalangan. Religius, Muda, Cerdas, dan Merakyat.

Kapolri Tito Karnavian

Sementara untuk Jenderal Tito Karnavian, ia adalah tokoh yang saat ini masih dikenal tegas dalam mengambil keputusan dan sangat dikagumi dalam memimpin institusi yang dipegangnya, Kepolisian Republik Indonesia.

Munculnya nama Tito Karnavian dinilai sangat tepat. Beberapa pengamat politik menilai hadirnya Tito Karnavian sebagai cawapres bisa menutupi kekurangan-kekurangan Jokowi yang sejauh ini menjadi keraguan rakyat Indonesia memilih Jokowi sebagai presiden kembali.

Berangkat dari latarbelakang seorang kapolri, Tito dianggap paling mampu mengatasi masalah bangsa ini yang sudah mewabah sejak lama dan masih belum bisa diatasi hingga saat ini, yakni Radikalisme dan Terorisme.

Teka-teki ini hingga saat ini masih belum terjawab, yang pasti siapapun yang terpilih tentu diharapkan mampu menjadi pendongkrak suara Jokowi dan bisa mendampingi Jokowi dalam memimpin Indonesia jika terpilih lagi nantinya. Jokowi sudah pasti didukung oleh 6 partai politik, PDIP, PKB, PPP, Golkar, Hanura dan Nasdem.

Patut kita tunggu, siapakah tokoh yang akan dipilih mendampingi Jokowi melawan capres dan cawapres yang akan diusung Koalisi Gerindra-Demokrat?.

*) Sulaiman, Redaktur Media Jatim