Gelar Talkshow, MMC Kupas Film dari Berbagai Perspektif

Media Jatim

MediaJatim.com, Pamekasan – Muslimah Milenial Community (MMC), Minggu (29/9/2019) mengadakan Talkshow Meneropong Realita dengan tema “Kupas Film dari Berbagai Perspektif” yang diadakan di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Pamekasan.

Dalam acara ini, panitia menghadirkan dua narasumber, Heny Triyaningsih, M.A, Dosen Ilmu Komunikasi IAIN Madura dan Rabiatul Adawiyah, M.Pd, Dosen Bimbingan Konseling Pendidikan Islam IAIN Madura. Kegiatan ini diangkat berdasarkan fenomena film yang beredar di masyarakat dan banyak menuai pro dan kontra, seperti Film Dua Garis Biru, The Santri dan Film Shin.

Kegiatan yang dihadiri kurang lebih 50 peserta dan rata-rata dari kalangan mahasiswa dan siswa se- Pamekasan berlangsung menarik. Pemateri mengupas tuntas tentang penyebab timbulnya kontroversi film di masyarakat.

Menurut Heny Triyaningsih, hal tersebut muncul karena adanya perbedaan pandangan terhadap film yang masyarakat tonton. “Membahas tentang kontroversi, itu ada karena masyarakat memiliki pandangan lain terhadap film yang sudah ditonton. Dari sanalah masyarakat mulai beropini sesuai apa yang ia tangkap dari film tersebut,” katanya.

Baca Juga:  Halau Covid-19, MIF Bangkalan Semprotkan Disinfektan di Tempat Umum

Tolak ukur film yang baik itu juga harus disesuaikan dengan norma atau etika dimana kita berada, seperti di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim.

“Ya, kita tidak boleh asal mengikuti tren saja. Walau film itu adalah bentuk dari kebebas berekspresi,” tegas Heny.

Pasalnya banyak sekali dari trailer film yang beredar mengandung nilai-nilai yang bertentangan dengan agama dan moral. Sehingga dari sini harus dicarikan solusi, agar tayangan publik tidak lagi menimbulkan gejala sosial yang buruk untuk generasi ke depan.

“Menanggapi contoh dari trailer film The Santri, itu sebenarnya kurang sesuai dengan Budaya Pesantren yang ada, seperti adegan tatap-tatapan dengan lawan jenis. Dan santri sebenarnya sudah terbiasa terdidik dengan nilai-nilai Islam, karena pesantren juga merupakan pusat pendidikan tertua di Indonesia. Sehingga film yang baik itu harus mencerminkan nilai-nilai yang baik menurut agama,” ujar pemateri kedua, Rabiatul Adawiyah.

Baca Juga:  1.000 Warga Bangil Jalani Istighosah Jumat Legi

Film sangat berpengaruh bagi anak-anak dan remaja yang menontonnya. Maka dari itu lihatlah dengan teliti sebelum ditonton lebih lanjut. “Film disini tidak bisa dilakukan dengan sendirian. Pastinya ada peran orang lain yang terlibat dalam memproduksi film hingga ditayangkan kepada publik,” imbuhnya.

“Di dalam dunia perfilman juga ada sistem yang mengatur atau norma yang mengaturnya. Hingga film dinyatakan layak tayang atau tidak. Apabila ingin menampilkan film yang dapat memberikan edukasi baik untuk publik, maka harus dipilihlah sistem yang baik pula, yang dapat melindungi identitas kita sebagai muslim,” pungkas Rabiatul Adawiyah.

Reporter: Husnul Khotimah

Redaktur: A6