Capresma Unej Janji Lawan Gerakan Radikalisme di Kampus

Media Jatim

MediaJatim.com, Jember, Pemilu Raya Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Jember (Unej) yang akan dihelat tanggal 2 November 2017 mendatang, memunculkan fenomena baru. Yaitu tampilnya calon pasangan Presiden dan Wakil Presiden dari kalangan santri (Agus Wedi dan Ahmad Muzayin) dengan nomor urut 1.

Agus pernah nyantri di Pondok pesantren Al Amin, Prenduan Sumenep, Madura. Sementara Muzayin adalah santri Pondok Pesantren Genggong, Kraksan, Probolinggo.
Keduanya akan bersaing dengan sejumlah pasangan lain untuk memperebutkan suara sekitar 32.000 mahasiswa Unej.

Itulah pemilihan Presiden BEM pertama yang melibatkan seluruh mahasiswa Unej dengan sistem e-vote.

Baca Juga:  Optimalkan Pembelajaran Osborn, Tim Abdimas Unira Lakukan Bimbingan terhadap Guru Sekolah

Dalam kampanyenya belum lama ini, Agus mengaku gelisah dengan kecenderungan mahasiswa yang terjebak dalam dunia apatisme dan menyepelekan perannya dalam membangun bangsa. Yang cukup ironi, katanya, bibit-bibit penolak ideologi negara (Pancasila), juga sudah muncul di kalangan mahasiswa. Tentu gerakan yang bersumbu pada radikalisme itu harus dilawan dengan berbagai cara.

Sebab jika tidak, tambahnya, maka lama kelamaan kampus akan menjadi persemaian subur bagi tumbuhnya kelompok intoleran yang ujung-ujugnya berbahaya bagi tegaknya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). “Mereka harus kita bimbing agar kembali ke jalan yang benar, tentu saja dengan cara yang bijaksana,” urai mahasiswa Fakultas Fisip Unej itu.

Baca Juga:  Kuatkan Cinta NKRI dan Karakter Positif, Ratusan Siswa Nobar Film

Sementara itu, mahasiswa Fakultas Hukum Unej, Davin Djojoastro menyatakan bahwa visi pasangan Agus-Muzayin seirama dengan kebanyakan visi mahasiswa Unej, bahkan masyarakat. Sebab, memerangi gerakan radikalisme memang menjadi arus besar keinginan bangsa Indonesia.

“Kalau melihat statmen Kapolres Jember, bahwa salah satu kampus di Jember sudah terdeteksi adanya mahasiswa, bahkan dosen yang terindikasi ikut gerakan radikal, tentu kita harus waspada,” jelas alumni Pondok Pesantren Tarbiatut Thalabah, Lamongan itu.

Reporter: Aryudi A. Razaq

Redaktur: Sule Sulaiman