Peran Wanita dalam Dakwah Islam untuk Menghadapi Generasi Milenial

Dakwah seringkali diartikan dengan berbicara di atas panggung atau pun di balik mimbar, berhadapan dengan beribu-ribu orang, memberikan tausiyah di luar rumah atau bahkan sampai  ke berbagai kota hingga negara. Padahal, dengan orang tua memberikan wejangan kepada anak-anaknya di rumah, memberikan materi dakwah seperti halnya mengajarkan bagaimana anak-anak sholat, membaca Al-Qur’an, mengajarkan bagaimana seharusnya anak bersikap baik terhadap orang lain, memotivasi mereka agar terus belajar menjadi anak yang bermanfaat bagi orang lain, dan lain sebagainya, itu juga merupakan dakwah yang selama ini tidak dikategorikan sebagai dakwah oleh kebanyakan orang yang kurang paham terhadap apa itu dakwah yang sebenarnya.

Banner Iklan Media Jatim

Betapa banyak persoalan yang sedang dihadapi dan yang akan dihadapi umat Islam pada hari ini dan hari esok. Contoh umumnya, publik Indonesia kembali digaduhkan dengan peristiwa pengeboman tiga gereja di surabaya Jawa Timur pada bulan Mei 2018, yang mana pelakunya merupakan satu keluarga yang notabenenya beragama Islam, berbagai pemikiran sesat dan destruktif itu lah yang acapkali dijadikan dogma bagi diri sang teroris, hal ini juga menyangkut ketidaktahuan atau bahkan kurang pahamnya mayoritas umat islam terhadap ajaran agamanya sehingga peristiwa bom bunuh diri tersebut mereka (teroris) anggap sebagai jihad fi sabilillah. Dengan adanya peristiwa ini tentunya agama Islam menjadi terpojokkan dan kembali gempar dengan doktrin bahwa Muslim adalah teroris. Nah, dalam keadaan seperti ini, umat Islam tidak boleh hanya terdiam manis dan menerima doktrin yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Kita sebagai umat Islam mempunyai kewajiban untuk memberikan pengertian dan ilmu tentang ajaran Islam yang sebenarnya, sehingga dakwah ini lah  merupakan salah satu jalan yang harus ditempuh para da’i maupun da’iyah.

Allah berfirman:

ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأولئك هم المفلحون

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebijakan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali ‘Imran: 104)

Berdakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim, tidak terbatas pada laki-laki saja, melaikan juga bagi perempuan. Wanita mempunyai peran penting dalam penyebaran dakwah sejak awal sejarah Islam. orang yang pertamakali menjawab dakwah Rasulullah adalah seorang wanita, ia merupakan Istri Rasullah yang bernama Siti khadijah. Ia membantu dakwah Rasulullah dengan membaktikan harta yang dimilikinya.

Allah berfirman:

كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله…

“Sesungguhnya kalian adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang Ma’ruf (dakwah), dan mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah…” (3: 110)

Allah SWT berikan pujian ini bukan hanya untuk laki-laki saja, bukan hanya untuk Abu Bakar RA, Umar RA, Utsman RA, Ali RA, tetapi juga untuk Khadijah R.ha, Aisyah R.ha, Hafsah R.ha, Fathimah R.ha, Summayyah R.ha, Asma R.ha, dan yang lainnya. Jadi kata “كنتم” di sini sifatnya umum, yakni untuk kaum laki-laki dan juga perempuan (para sahabat RA dan para sahabiyah R.ha). Jadi, tanggung jawab agama ini bukanlah untuk laki-laki saja tetapi untuk kaum wanitanya juga.

Baca Juga:  Sumenep Punya Panggung Kreasi Anak Muda, Digelar setiap Malam Minggu di Taman Bunga!

Sejak awal sejarah Islam saja, wanita sudah mempunyai peran penting dalam penyebaran dakwah, apalagi pada era  ini, dimana moral sudah mengalami dekadensi yang sangat deras, generasi millenial begitu sangat melejitnya, sehingga etika tak lagi ternilai penting, dan yang mendominasi hal ini adalah kaum wanita, mengapa harus didominasi oleh kaum wanita dan tidak didominasi oleh laki-laki? Iya, karena mulai dari penghuni neraka terbanyak adalah perempuan, hingga yang menjadi sumber fitnahpun perempuan. Kita tentunya  juga sering mendengar, berhati-hatilah dalam menjalani hidup ini, terutama terhadap tiga fitnah dunia yaitu: harta, tahta, dan wanita.

Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita. (HR. Muttafaq ‘Alaihi)

Sungguh fitnah wanita termasuk cobaan terbesar yang sangat berbahaya bagi laki-laki. Karena wanita, dua orang laki-laki berkelahi hingga tumpah darahnya, karena wanita seorang laki-laki bisa menentang Ibunya yang seharusnya lebih ia jaga dan hormati, karena wanita seorang suami bisa melakukan korupsi dan merugikan negara hingga trilyunan, dan karena wanita pulalah lelaki yang cerdas dapat kehilangan kecerdasannya dengan sekejap, sehingga akhirnya justru menjadi laki-laki layaknya sebuah robot yang sudah terangkai sistemnya yang siap dan bisa dengan mudah diperintah oleh tuannya yang bernama wanita hanya dengan memainkan tombol remotnya saja. Dan masih banyak lagi contoh fitnah dunia yang bersumber dari wanita.

Seorang wanita bisa menjadi sumber fitnah dari tampilan-tampilan fisiknya, seperti pakaian yang dikenakannya yang amat ‘menantang’ pandangan, dandanan wajah serta perhiasan yang amat menggoda tatapan lelaki, atau parfum yang menjadi timbulnya hasrat buruk lelaki, dan lain sebagainya. Hal itulah yang menjadi sebab lelaki berbuat jahat, karena nafsu jahat lelaki pada wanita asing (bukan muhrim)  tidak akan tumbuh jika tidak dipancing oleh wanita itu sendiri, istilahnya “tidak ada asap tanpa ada api” dan “tidak ada kucing yang tidak mau bila disuguhkan ikan”. Jadi mari, kita sebagai kaum wanita seharusnya mulai mengintropeksi diri dan saling mengingatkan apa yang seharusnya kita kerjakan dan apa yang seharusnya kita tinggalkan.

Dari beberapa pernyataan di atas, jelas bahwa untuk menengahi hal ini diperlukan peran wanita itu sendiri dalam menyebarkan dakwah Islam bagaimana seharusnya wanita bersikap, bagaimana seharusnya wanita bertindak dan lain sebagainya yang semua itu sesuai dengan aturan syari’at Islam. Karena permasalahan yang sumbernya berasal dari wanita lebih efektif jika diselesaikan oleh kaum wanita itu sendiri. Wanita tentu lebih mudah dan lebih leluasa dalam menjalankan misi dakwah kepada sesama kaumnya. Dan dalam hal ini pendakwah wanita juga harus memiliki retorika penyampaian yang berbeda, antara retorika saat menghadapi ibu-ibu, mahasiswi, siswi, maupun anak yang belum sekolah, serta pendakwah wanita juga harus menyampaikan materi yang rasional dan hendaknya para pendakwah ini juga menguasai beberapa metode dakwah yang ada, disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang sedang berlangsung. Sehingga apa yang disampaikannya bisa menyentuh batin para penikmat dakwah, walaupun untuk membuatnya sadar dan kembali pada jalan yang benar itu butuh tahap yang tidak bisa terbilang singkat, melainkan harus dicekoki secara perlahan-lahan sampai kemudian mereka akan terbuka batinnya dan menyadari bahwa apa yang telah mereka perbuat merupakan suatu perbuatan yang tak seyogyanya mereka lakukan.

Baca Juga:  Hari Kartini dalam Perspektif Dr. Adian Husaini

Dakwah dengan menunjukan akhlak yang mulia, tutur kata yang baik dan berbusana yang sesuai dengan tuntunan Islam, merupakan salah satu dakwah yang bisa dilakukan para muslimah, dengan bagitu wanita membawa nilai-nilai ajaran Islam dalam setiap aktivitas kehidupan dan aktivitas pergaulannya di masyarakat. Hal ini akan menjadi lebih efektif untuk bisa mengajak orang lain dalam kebaikan, karena orang lain akan melihat dan mencontoh langsung kebaikan-kebaikan dan kemuliaan pribadi wanita yang paripurna sebagaimana Islam telah mengaturnya. Maka hal itu juga menjadi ladang dakwah bagi wanita di era modernis ini. Untuk menghadapi generasi Millennial wanita tak harus mengikuti mode dunia yang tak sesuai dengan ajaran Islam, namun dengan akhlaklah wanita muslimah seharusnya menunjukan bagaimana ajaran Islam mampu melampaui dan selalu sesuai dengan perkembangan zaman dengan tidak mengurangi esensi dari nilai-nilai Islam yang telah Rasul ajarkan 14 abad yang lalu.

Allah telah membagi rata anugerah yang Ia limpahkan kepada hamba-Nya baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari akal, pemikiran, pemahaman, dan anugerah yang lainnya, sehingga anugerah Allah yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh laki-laki seharusnya juga dikembangkan dan dimanfaatkan oleh wanita salah satunya dikembangkan dan dimanfaatkan dalam dakwah. Mari kita sebagai Muslimah manfaatkan ilmu yang kita miliki seizin Allah untuk menyebar luaskan ajaran Agama Islam yang haqiqi.

Semoga kita termasuk wanita yang tidak bisu, buta dan tuli terhadap apa yang seharusnya kita sebarkan, terhadap sesuatu yang seharusnya mata dan hati kita perhatikan hal mana yang baik dilakukan dan yang tidak baik dilakukan, serta kita tidak tuli terhadap apa yang seharusnya kita dengarkan yang kemudian untuk kita terapkan, hal-hal yang seharusnya kita lakukan dan hal-hal yang seharusnya kita tinggalkan. Semoga Rahmat Nabi Muhammad SAW selalu melimpah ruah bagi kita ummatnya. Aamiin. Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad.

Penulis: Dewi Raragita Septiniarsih, Mahasiswi Semester VI Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Madura.