Kuota Impor Ayam Indukan Tak Adil, Unjuk Rasa Marak

Media Jatim

MediaJatim.com, Kediri — Unjukrasa yang marak dilakukan para peternak ayam belakangan ini di berbagai daerah, menjadi perhatian Ketua Umum Inkopsim (Induk Koperasi Syirkah Muawanah), HM Al Khaqqoh Istifa.

Menurutnya, unjuk rasa tersebut bisa dimafhumi karena “prahara” yang mereka alami benar-benar bisa membuat usahanya bangkrut jika pemerintah tak segera mengambil tindakan.

Salah satu prahara tersebut adalah terjadinya ketidak adilan dalam pembagian kuota impor Grand Parent (ayam indukan). Sementara di sisi lain, harga pakan ternak melambung setinggi langit.

“Jadi itu merupakan akumulasi dari sekian persoalan yang mendera para peternak ayam, dan itu terkesan dibiarkan, tak ada penanganan oleh pihak-pihak terkait,” tukasnya kepada MudiaJatim.com di Kediri, Ahad (2/8).

Baca Juga:  Usai Dicekoki Miras, Gadis Sekokah Ini Digilir Dua Pria

Ia menguraikan, saat ini kandang para peternak ayam terancam kosong karena DOC (anak ayam) yang merupakan turunan dari ayam indukan, sulit didapat.

Penyebabnya karena pembagian kuota impor ayam indukan, tidak merata. Dari 14 perusahaan impor ayam indukan, dua perusahaan diantaranya menguasai kuota impor sebanyak 63 persen. Sisanya dibagi untuk 12 perusahaan lainnya.

“Mereka menguasai pasar, harga mereka yang ngatur. Ini ‘kan repot,” jelasnya.

Ayam indukan sudah sulit didapat, jagung sebagai bahan baku pakan ternak, mengalami kelangkaan. Karena langka, maka pakan ternak menjadi begitu mahal. Menurut Gus Khaqqoh, dua hal tersebut jelas merupakan pukulan telak bagi para peternak ayam.

Baca Juga:  Ketua Ansor Pamekasan: BAANAR Tidak untuk Menyaingi Kepolisian dan BNK

“Saya malah curiga ini memang ada sutradaranya, karena belakangan juga saya dengar kelebihan jagung kita malah diekspor,” urainya.

Karena itu, ia meminta kementerian terkait harus segera turun tangan sebelum peternak ayam benar-benar hancur. Kalau mereka kolaps, maka masyarakat juga yang dirugikan. Dua hal tersebut tidak bisa disepelekan, karena bisa menjadi bom waktu.

“Kami hanya pemerintah tolong itu semua diatasi,” tuturnya.

Reporter: Abdul Razaq

Redaktur: Sulaiman