Nabi Muhammad Sang Teladan Hidup

Media Jatim

Judul: Semerbak Senyum Nabi (Pesan-pesan indah dari sabda dan kisah Nabi)
Penulis : Achmad Ainul Yaqin, Lc., M.Ag
Tahun Terbit: Cetakan pertama, Maret 2019
ISBN: 978-602-5653-43-8
Penerbit: Belibis Pustaka
Tebal: 190 Halaman
Peresensi: Nuvilu Usman Alatas*

Apa bekal kita untuk menyambut maulid Nabi Muhammad Saw?. Jika belum mempunyai bekal, mungkin buku ini layak kita baca sebagai bekal pengetahuan dalam menyambut kelahiran beliau yang gegap gempita disambut seluruh dunia, agar kita bisa lebih meresapi makna kehadiran beliau didunia ini.

Nabi Muhammad diutus ke bumi untuk menyebarkan akidah Islam yang rahmatan lil alamin. Tidak hanya sebatas menyebarkan, Nabi juga menjadi suri teladan atau cerminan bagi manusia untuk menjalankan agama Islam dalam kehidupan ini secara ideal, tidak terlalu radikal kaku, tapi juga tidak liberal.

Salahs atu wujud Islam yang ditampakkan oleh nabi ialah tidak pernah meremehkan kebaikan sekecil dan sesederhana apapun. Contohnya dalam senyuman, Nabi bersabda, “Senyummu didepan saudaramu adalah sedekah”. Untuk hal sesederhana senyum saja dianggap sedekah, apalagi dalam hal yang lebih dari itu. Inilah yang menjadi keistimewaan Islam dalam memaknai kebaikan, sebagaimana diungkapkan oleh Habib Ali Zainal Abidin dalam ceramahnya yang mengatakan “agama mana yang menganggap senyuman adalah sedekah dan ibadah kalau bukan Islam” (Hal. 03).

Baca Juga:  Islamatika

Selain dianggap sebagai sedekah, senyum juga merupakan simbol perdamaian. Selaras dengan arti dari kata Islam itu sendiri yang bermakna damai. Hal ini mengindikasikan kepada umat Islam bahwa tugas dari seorang muslim adalah menyebarkan kedamaian atau menjadi agen perdamaian (hal. 17). Hal ini seringkali dilupakan oleh sebagian umat Islam yang dengan alasan membela kebenaran, tapi bertindak tanpa berperikemanusiaan, dan dampaknya adalah justru membuat buram makna Islam sebagai agama perdamaian.

Wajah Islam yang dihadirkan dengan senyum kedamaian oleh Nabi Saw. menunjukkan bahwa agama ini bukanlah agama yang kaku, tidak hanya mengajarkan untuk shaleh secara ritual saja, tetapi juga secara sosial (Hal. 23). Senyuman menjadi simbol kecil dari kepedulian, Islam tidak melihat seberapa besar sebuah kebaikan yang dilakukan, tapi seberapa besar kepedulian yang diberikan.

Kepedulian Nabi Saw. Juga tampak dalam suatu kisah, dimana ketika nabi menyusuri jalanan kota Madinah, beliau mendengar suara unta yang sedang menangis. Ketika beliau menghampiri dan bertanya perihal kesedihan yang menimpanya, unta tersebut mengadu mengenai dirinnya yang sering dicambuk setiap hari oleh majikannya dan sering diberi beban yang tidak mampu diemban olehnya. Lantas kemudian Nabi bertanya kepada para sahabat mengenai pemilik unta. Dengan rasa malu dan takut, seorang sahabat mengaku dirinya pemilik unta tersebut. Kemudian, Rasulullah Saw. Menegurnya untuk tidak lagi bersikap kasar kepada unta peliharaannya (Hal. 35).

Baca Juga:  Reformasi Dikorupsi dan Dikebiri, Mahasiswa Turun ke Jalan

Kisah diatas menjelaskan kepada kita bahwa Islam yang ditampakkan oleh Nabi Saw. tidak hanya mengajarkan menjaga hak-hak manusia terhadap sesama manusia, tapi juga mangajarkan untuk menjaga hak-hak manusia kepada hewan, dan juga kepada seluruh alam. Benar kemudian apa yang pernah dikatakan oleh Gus Dur bahwa mencintai Tuhan ialah dengan mencintai makhluknya.

Dalam hal kenegaraan, Nabi juga mencontohkan bagaimana menjadi seorang negarawan yang baik, yang senantiasa mengupayakan keutuhan suatu negara dengan merangkul segenap perbedaan dalam bingkai persatuan. Sebagaimana Nabi merangkul suku Aus dan Khandak yang sama-sama bersaing memperebutkan Madinah, yang ketika itu masih bernama Yastrib. Nabi mampu menyatukan kedua kelompok tersebut dan meleburnya menjadi nama Anshar (Hal.103).

Banner Iklan Media Jatim

Secara keseluruhan, buku ini hendak memberikan pandangan kepada kita mengenai keteladan Nabi Muhammad Saw. baik dari sabda maupun kisah-kisah beliau. Disajikan dalam bentuk kumpulan artikel dengan bahasa sederhana, sehingga memudahkan kepada pembaca untuk memahami isinya, dan karenanya cocok dibaca semua golongan yang ingin menggali keteladanan hidup dari Nabi Muhammad Saw. Wallahu alam.

*) Peresensi adalah Pustakawan Ponpes Annuqayah daerah Lubangsa sekaligus Mahasiswa FEBI Instika Sumenep.