Kekuasaan Bukan Segala-galanya

Media Jatim

MediaJatim.com, Jember–Berpolitik itu harus tapi kekuasaan bukan segala-galanya. Sebab jika kekuasaan ditempatkan sebagai sesuatu yang ‘wajib’ maka sering kali mengabaikan sisi moral.

Itulah prinsip H Rasyid Zakaria dalam meramaikan Pilkada Jember tahun 2020.

Baginya, turun ke gelanggang politik adalah suatu keharusan. Sebab, kekuasaan yang notabene menjadi target politik merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk membantu dan mengabdi kepada masyarakat.

“Dengan kekuasaan yang kita pegang, menjadi bupati misalnya, maka kita punya kesempatan besar dan jangkauannya lebih luas untuk mengabdi kepada masyarakat. APBD bisa dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat,” ucapnya di sela-sela sebuah acara di Kaliwates, Jember, Jumat (13/3).

Baca Juga:  Ada Kutukan di Pilbup Sumenep (?)

Namun kekuasaan bukan segala-galanya. Artinya jangan hanya karena berburu kekuasaan, sampai mengabaikan moralitas. Persaudaraan dihancurkan, kebersamaan dikoyak, fitnah ditebar, tipu sana tipu sini, hanya untuk meraih kekuasaan.

“Na’udzubillah, kalau seperti itu lebih baik tidak jadi bupati. Bupati bukan segala-galanya,” jelasnya.

H Rasyid bertekad, dalam berpolitik dirinya selalu mengedepankan etika, menjaga persahabatan dengan semuanya, termasuk kompetitor dalam Pilkada Jember. Bertarung dalam Pilkada, tidak perlu diisi dengan caci maki, kedengkian, hujatan dan sebagainya.

“Sebagai santri dan warga NU saya wajib berpolitik santun, saya wajib menjaga nama baik NU,” tegasnya.

Bos Rajawali Music itu menekankan pentingnya santri untuk terjun ke arena politik agar pos-pos penting di pemerintahan dapat diisi oleh sosok-sosok yang sejuk dan amanah. Sehingga pemerintahan tidak hanya maju dari sisi fisik, tapi juga berkembang dari sisi spritualitas.

Baca Juga:  Gagal Penalti dan Cetak Gol Cantik, Ini Komentar Zah Rahan

“Di situlah arti pentingnya santri memegang kekuasaan,” pungkasnya.

Berpolitik memang perlu, dan menang di gelanggang politik adalah suatu keharusan. Tapi kemenangan yang direngkuh dengan cara-cara yang ‘merusak’ harus dihindari. Sebab, kekuasaan yang diperoleh dengan cara yang kotor, tak menutup kemungkinan akan melahirkan kebijakan yang kotor pula.

Dan tekad H Rasyid untuk berpolitik secara santun, tampaknya perlu diapresiasi.

Reporter: Aryudi A. Razaq

Redaktur: A6