MediaJatim.com, Jember – Kabupaten Jember selain dijuluki sebagai kota tembakau, juga dikenal dengan nama kota santri. Julukan yng disebut terakhir ini tak lepas dari banyaknya pesantren yang tumbuh di Jember. Menurut data di laman ditpdpontren.kemenag.go.id, Jember memiliki 611 pondok pesantren. Tentu saja jumlah ini cukup banyak, dan merupakan asset yang sangat berharga bagi Jember.
Pesantren merupakan salah satu pilar pendidikan nasional. Ia telah berperan besar dalam memberikan sumbangsih bagi lahirnya generasi yang berakhalqul karimah. Faktanya dewasa tidak sedikit jabatan-jabatan publik yang diisi oleh orang yang berlatarbelakang santri. Selain itu, pesantren juga telah melahirkan tokoh-tokoh nasional yang punya jasa besar terhadap NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), misalnya KH Hasyim Asya’ri, KH Wahid Hasyim, dan KH Achmad Siddiq.
Oleh karena itu, pesantren tidak boleh dipandang sebelah mata. Sebab menyepelekan pesantren berarti mengabaikan salah satu soko guru pendidikan nasional.
“Bagi saya, harga mati pesantren harus dirawat sebagaimana mestinya. Kita (Jember) mempunyai APBD yang cukup besar, saya kira cukup, sangat cukup untuk untuk memberdayakan pesantren. Yang penting kita mau apa tidak,” ujar Ifan Ariadna di kediamannnya, Selasa (28/4).
Menurut Ifan, sapaan akrabnya, pesantren cukup besar jasanya bagi pembagunan sumber daya manusia (SDM). Sistem pendidikan pesantren mempunyai kelebihan dalam pembentukan karakter anak didik, yaitu penguatan bidang agama. Sehingga lulusan pesantren, selain mengerti ilmu umum, juga paham ilmu agama.
“Maka sesungguhnya, jika kita ingin generasi masa depan kita memiliki ilmu yang lengkap, yang paham ilmu umum dan agama sekaligus, maka pesantren jawabannya,’ urai bakal calon bupati Jember ini.
Ifan bukan sok tahu tentang pesantren. Sebab setidaknya ia pernah nyantri di pesantren Ashshiddiqi Putra, Talangsari, Jember selama 3 tahun. Ia merasakan betul bagaimana suka duka kehidupan pesantren, termasuk bagaimana pengasuh pesantren mendidik santri-santrinya hingga berilmu, berakhlak, dan berpengetahuan luas.
“Mereka adalah sosok yang sabar dan telaten dalam mendidik santrinya. Saya sendiri merasakan itu (dulu),” pungkas Ifan.
Jika pengusaha Alutsista itu bertekad untuk memberdayakan pesantren, maka sesungguhnya itu adalah keinginan yang alami, bukan mengada-ada karena ia pernah merasakan hidup di pesantren.
Reporter: Ardiansyah
Redaktur: Sulaiman