MediaJatim.com, Jember-Indonesia memiliki aneka ragam budaya dan tradisi. Salah satunya adalah mudik saat Lebaran. Tradisi mudik bukan sekadar pulang kampung, tapi mempunyai makna sosial dan agama yang cukup dalam. Sebab, dalam mudik yaitu ketika pemudik sudah sampai di kampung halaman, maka yang dilakukan adalah berkunjung ke sanak fimili, bersilaturrrahim dengan tetangga dekat, dan sebagainya.
“Menyambung tali silaturrahim itu ‘kan perintah agama,” ujar tokoh muda NU, Ifan Ariadna di Jember, Jumat (22/5/2020).
Menurut Ifan, seharusnya Lebaran tidak hanya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang mengundang euforia, tapi yang lebih penting adalah dijadikan sebagai sarana pengikat tali silaturrahim. Sebab ketika Lebaran cuma dibuat senang-senang dan pamer sesuatu yang baru baru, di situlah Lebaran kehilangan makna.
“Bergembira boleh, tapi jalinan silaturrahim tetap dibangun dalam suasana saling memaafkan,” lanjutnya.
Tapi untuk saat ini keinginan untuk mudik mungkin bisa ditunda dulu. Sebab, bisa jadi tradisi mudik menjadi pintu masuk penularan virus Covid-19, yang ujung-ujungnya membahayakan diri dan lingkungan si pemudik.
Oleh karena itu, tradisi silaturrahim dan saling memaafkan bisa dilakukan dengan memanfaatkan media sosial, gawai, dan sebagainya. Dalam kondisi seperti ini, maka pilihan terbaik adalah bersilaturrahim dengan gawai tanpa harus mudik.
“Sedangkan bagi masyarakat, silaturrahim bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, diantaranya adalah menjaga jarak. Ini penting diperhatikan, karena di Jawa Timur, termasuk Jember, pergerakan Covid-19, cukup masif. Jumlah pasien positif Corona, cenderung naik,” pungkas Ifan yang juga Bakal Calon Bupati Jember itu.
Reporter: Ardiansyah
Redaktur: Sulaiman