IAIN Madura Bahas Tradisi Islam Madura Di Konferensi Internasional

Media Jatim

MEDIAJATIM.COM | Pamekasan- Rabu (18/11/2020), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura bahas Tradisi Islam di Madura pada International Conference on Islamic Studies (Iconis) & Call for Papers. Keunikan Tradisi Islam di Pulau Garam ini pun jadi tema besar Iconis keempat tersebut.

Dalam konferensi yang digelar via Zoom itu setidaknya dua keynote speaker dari kampus luar negeri dan dua dari kampus dalam negeri. yang diundang untuk membahas tentang tradisi Islam Madura. Sebagaimana tertera di pamflet yang sudah tersiar beberapa bulan sebelumnya. Dari luar negeri, ada Prof. Robert Hefner dari Boston University, United State of America, dan Prof. Ken Miichi dari Waseda University, Jepang. Sedang dari dalam negeri ada Yanwar Pribadi dari UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, dan Rektor IAIN Madura Dr. Mohammad Kosim.

Mohammad Kosim, sakaligus Rektor IAIN Madura membeberkan, alasan tradisi Islam Madura diangkat dalam Iconis kali ini. Menurutnya, ditinjau dari etnisitas, Madura terbesar ketiga setelah Jawa dan Sunda dan penutur bahasa Madura di Indonesia di ranking terbesar keempat setelah Jawa, Sunda, dan Melayu.

“Selanjutnya, penyebaran Islam di Madura hampir sempurna. Dengan indikasi, sulitnya ditemukan pienduduk asli Madura yang tidak beragama Islam,” katanya dalam konferensi itu, Rabu (18/11/2020) lalu.

Kosim menambahkan, Madura identik dengan Islam, padahal Madura bukan persinggahan pertama para penyebar Islam di nusantara. Madura hanya pinggiran dari proyek islamisasi Jawa, tapi kemudian sukses dan Madura identik dengan Islam.

Baca Juga:  5 Santri Pamekasan Lolos Final Musabaqoh Kitab Kuning Tingkat Nasional

“Oleh karenanya, perlu muncul kajian-kajian ilmiah tentang Islam Madura. Bagaimana mungkin ada identitas Islam yang begitu lekat dengan Madura. Untuk itu, Iconis keempat mengangkat tema tradisi Islam Madura untuk memperkaya khazanah atas Islam Madura itu sendiri. Ini sangat penting dikaji, ada apa di dalamnya,” ujarnya.

Ketika Hamka datang ke Madura pada 1936 menyinggung Madura sebagai pulau kecil, katanya, namun, semangat Islam sudah masuk ke dalam sumsum orang Madura. “Tanahnya miskin, tapi penduduknya kaya dengan iman,” ungkap akademisi asal Sampang tersebut.

Dia bilang, Hamka juga menyinggung tentang surau yang ada hampir di setiap rumah tangga. Itu dianggap sebagai tanda kuatnya keberislaman orang Madura. Selain itu, kiai di Madura memiliki posisi sentral dan sakral.

Dia berharap, Iconis kali ini bisa menggali identitas Madura lebih kompleks dan mampu mendorong peranan orang Madura di Indonesia.

Prof. Robert Hefner mengatakan, orang Madura pandai menyesuaikan diri. Salah satu hasil penelitian yang dia lakukan menunjukkan bahwa orang Madura yang tinggal di luar Madura lebih banyak daripada yang tinggal di Pulau Garam itu.

“Hanya saja, orang Madura ini tidak banyak diketahui dan tidak banyak menunjukkan identitasnya. Bahkan, wilayah Malang ke timur hingga Banyuwangi sebenarnya wilayah Madura,” jelansya dalam konferensi saat itu.

Ada dua hal yang menjadi indikator keberhasilan Madura menduduki ujung timur Jawa ini karena dua hal. Hal bisa diketahui bahwa orang Madura banyak memelopori berdirinya masjid. Lembaga pesantren, di bagian timur Jawa sebagian besar dibangun oleh orang Madura, kendati orang Jawa juga ikut serta di dalamnya sejak abad ke-19.

Baca Juga:  Studi Wawasan ke UIN Suka Yogyakarta, Kinerja UPZ IAIN Madura Ingin Lebih Maksimal

Robert menambahkan, Jawa Timur sebetulnya tidak murni orang Jawa. Sebab, yang merintis di dalamnya adalah tangan-tangan orang Madura.

Atas adanya peranan orang Madura di wilayah Jawa Timur yang begitu besar ini membuat orang Madura tidak hanya bergerak dalam pendirian masjid dan pesantren. Tapi, juga merintis pola-pola keberislaman atau islamisasi masyarakat. Ini faktor kedua mengapa Madura menguasai ujung timur Jawa. Setelah abad ke-18, tidak ada keraton lagi di Jawa Timur yang signifikan, tidak ada priayi seperti orang Surakarta atau Jogjakarta, jadi pola masyarakatnya lebih terfokus ke kitab kuning, belajar tentang fikih dan akhlak,” ujarnya.

Kata Robert, yang membawa pola islamisasi di wilayah Jawa Timur ini, utamanya tentang ilmu fikih dan akhlak, sebagian besar adalah orang Madura. Hal Ini dimulai dari pembukaan pesantren dan pendirian masjid, dan ini kemudian menjadi fokus keislaman.

Selain digelar seminar, Iconis kali ini juga diadakan forum call for papers atau publikasi sekaligus presentasi hasil penelitian dari sejumlah akademisi dari berbagai daerah di dalam atau luar negeri.

Data yang didapat dari IAIN Madura, menunjukkan ada 65 artikel yang masuk dan mengupas tentang tradisi Islam Madura. Dari jumlah itu, hanya 46 yang masuk dan jumlah itu yang dipresentasikan via Zoom.

Reporter: Gafur

Redaktur: Zul