MEDIAJATIM.COM | Jember – Musik patrol cukup familiar di telinga masyarakat Kabupaten Jember, dan sudah cukup lama ‘mengudara’ di kota suwar-suwir ini. Namun hingar-bingar musik yang berbahan kayu itu, tidak seperti dulu. Musik patrol hanya ramai di saat bulan Ramadhan.
Jika kondisi tersebut dibiarkan, bukan tidak mungkin musik patrol akan terus meredup hingga akhirnya betul-betul tenggelam di tengah globalisasi budaya kekinian.
Dalam rangka melestarikan musik patrol, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember menyelenggarakan diskusi terkait pelestarian musik patrol dengan mengusung tema “Meneropong Warisan Budaya Tak Benda” di area wisata Puncak Rembangan, Selasa (22/06/2021).
Dalam sambutannya, Bupati Jember Hendy Siswanto menekankan pentingnya melestarikan musik patrol. Sebab, musik patrol adalah warisan budaya asli milik Kabupaten Jember. Oleh karena itu, katanya, penting masyarakat memahami sejarah dan seluk beluk musik patrol.
“Warga Jember harus paham tentang apa yang dimiliki Kabupaten Jember ini bahwa musik patrol ini memang warisan budaya kita. Ini langkah kami untuk meningkatkan kesadaran akan budaya milik kita sendiri supaya tidak diambil pihak lain,” ujarnya.
Bupati Hendy menuturkan, dirinya saat masih remaja suka bermain musik patrol. Katanya, di Kabupaten Jember dulu hanya ada dua kampung yang terdapat grup musik patrol. Yakni kampung Ledok dan kampung Kauman.
“Saya main musik patrol mulai duduk di bangku SD, sekarang umur saya sudah hampir 60 tahun,” kenang Bupati Hendy.
Dikatakannya, musik patrol biasanya ramai saat bulan Ramadhan. Mereka (pemain musik patrol) memberikan hiburan sekalgius membangunkan masyarakat untuk bersahur. Tradisi tersebut sudah cukup lama berjalan secara turun temurun.
“Kami menginginkan agar musik patrol ke depan tidak hanya ditampilkan saat bulan Ramadhan saja, tetapi ditampilkan sepanjang tahun dan harus bisa menggerakkan perekonomian juga,” pungkasnya.
Dalan kesempatan tersebut, Bupati Hendy yang didampingi Wabup Jember KH Muhammad Balya Firjaun Barlaman menyerahkan penghargaan kepada warga Jember yang juga pencipta lagu Watu Ulo, Misnawar.
Acara yang dihadiri oleh jajaran Forkopimda, Kepala Disparbud Jember, Kepala Diskominfo, dan para budayawan tersebut, digelar dengan tetap menerapkan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment).
Reporter: Saedi
Redaktur: Sulaiman