Banner Iklan Media Jatim

Dampingi Anak agar Tidak Kecanduan Internet

Oleh: Untung Wahyudi*)

Di zaman digital seperti saat ini, sulit rasanya memisahkan anak-anak dari perangkat elektronik seperti gadget atau smartphone. Perkembangan zaman membuat semua orang harus beradaptasi dengan dunia teknologi dan informasi.

Namun begitu, orang tua harus bisa mengendalikan anak-anaknya agar tidak keranjingan gadget. Meskipun anak-anak sekarang sudah tidak bisa dipisahkan dari gadget, terutama sejak dilaksanakan belajar daring dampak Covid-19, orang tua harus tetap membatasi anak-anaknya agar tidak terlalu lama bermain internet.

Pengawasan orang tua harus tetap dilakukan agar perangkat elektronik bisa digunakan dengan bijak. Jangan sampai anak-anak, terutama di luar pelaksanaan belajar daring, ketagihan bermain gadget seperti bermain game, atau browsing hal-hal yang kurang bermanfaat.

Buku kumpulan cerita anak berjudul Gara-gara Game Online yang ditulis para finalis Lomba Menulis Indiva kategori Cerpen Lintang, sangat relate dengan kondisi saat ini. Bagaimana orang tua harus bisa membatasi anak-anaknya dari permainan gadget.

Dalam cerita Gara-Gara Oline, Fery Lorena Yanni mengangkat kisah tentang seorang anak bernama Cika yang keranjingan game online. Lewat perangkat handphone cerdasnya, Cika tidak bisa lepas dari hobinya bermain game.

Baca Juga:  Memaknai Sumpah Pemuda di Era Milenial

Kebiasaan tersebut terbawa saat Cika dan teman-temannya berekreasi ke suatu tempat yang belum pernah mereka datangi. Sejak awal pemberangkatan, Cika tetap setia dengan game di hape-nya. Saat teman-temannya turun untuk instirahat, makan, dan buang air kecil, Cika tetap di dalam bis dengan game-nya (hlm. 53).

Hingga saat tiba di lokasi, teman-teman Cika sudah turun, sementara dia tetap dengan handphone-nya. Saat mereka mulai menjelajahi lokasi rekreasi, Cika tetap khusyu nge-game. Hingga dia merasa asing di lokasi dan teman-temannya sudah tidak ada di sampingnya. Ternyata dia tersesat.

Cerita-cerita lain dalam buku ini juga tak kalah menarik. Sejumlah penulis mengangkat kisah-kisah seharian yang penuh dengan inspirasi. Dalam cerpen Rahasia Allah, Yosep Rustandi berkisah tentang Ahmad yang punya hobi menyingkirkan benda-benda yang ditemuinya di tengah jalan. Pelepah kelapa, kaleng atau botol minuman, hingga benda-benda tajam yang membahayakan pengguna jalan (hlm. 5).

Tentang bagaimana menghargai orang lain dengan tidak memberikan julukan tidak baik dikisahkan Yersita dalam cerita Arti Sebuah Nama. Yersita menceritakan seorang anak bernama Teguh yang punya hobi memberi julukan tidak baik pada teman-teman sekelasnya. Ada yang dipanggil ‘Tante’, ‘Si Gundul’, dan lainnya. Bahkan, Teguh kerap menjuluki guru-gurunya dengan ‘Spidermen’ atau ‘Bapak Kura-Kura Ninja’.

Baca Juga:  Wabup Banyuwangi Apresiasi Grebeg Tumpeng Pekulo

Kebiasaan buruk Teguh membuat Pak Yozar, salah seorang guru, jengah dengan sikap Agung. Agung dinasihati agar tidak memberikan julukan tidak baik pada teman-temannya. Karena setiap nama punya arti atau makna. Nama juga mengandung doa dan harapan (hlm. 127).

Selain tiga cerpen di atas, masih ada beberapa cerpen lain yang mengandung pelajaran dan pendidikan budi pekerti. Cerpen-cerpen yang membuat pembaca bisa memetik hikmah di balik cerita yang dikisahkan penulis.

Cerita-cerita dalam buku ini kaya manfaat dan bergizi. Tidak hanya cocok dibaca oleh anak-anak, orang tua, atau pendidik, tetapi bagi siapa saja yang tertarik dengan pendidikan akhlak. Pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak yang tumbuh di zaman yang penuh dengan gempuran informasi dan kecanggihan internet.

Data Buku

Judul      : Gara-Gara Game Online

Penulis            : Fery Lorenna Yani, dkk

Penerbit          : Indiva Media Kreasi, Solo

Tebal               : 150 Halaman

Cetakan           : Pertama, 2020

ISBN               : 9786232530072

*) Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya.