Sumenep — Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumenep menyesalkan pencabutan label bantuan gereja di tenda pengungsi korban gempa Cianjur beberapa hari lalu.
Ketua FKUB Sumenep KH. Qusyairi Zaini mengatakan, pencabutan label semacam itu seharusnya tidak boleh terjadi.
Sebab, peristiwa yang menimpa Cianjur adalah musibah bersama, dan warga semestinya saling bergandengan tangan tanpa melihat “label dan cap” untuk membantu memulihkan jiwa yang trauma dan beban sengsara yang diderita para korban.
“Siapa pun boleh mengulurkan tangan untuk berempati dan membantu saudaranya yang sedang tertimpa musibah, karena musibah itu turun tanpa melihat identitas agama,” ungkapnya kepada mediajatim.com, Senin (28/11/2022).
Menurut Kiai Qusyairi, dalam konteks berbangsa dan bernegara, manusia Indonesia ini ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka sakit pula seluruh anggota tubuh yang lain.
“Terjadinya musibah di Cianjur pada 21 November 2022 lalu, maka sudah seharusnya seluruh elemen bangsa memiliki rasa empati dan rasa peduli untuk membantu mereka,” jelasnya.
Pengasuh Ponpes Hidayatul Ulum, Desa Gadu Barat, Kecamatan Ganding itu menegaskan bahwa semua pihak harus belajar untuk tidak selalu saling mencurigai satu sama lainnya, terlebih pada saat dalam kondisi berduka.
“Saatnya kita bersatu untuk membangun negeri ini agar bisa lebih maju dan bangkit dari keterpurukan. Para pendahulu kita telah mencontohkan bagaimana mereka saling bergandengan tangan membangun NKRI ini tanpa sekat-sekat ras, suku dan agama,” terangnya.
Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk itu juga mengutip perkataan Gus Dur, bahwa tidak penting apa agama ataupun suku seseorang. Jika mereka bisa melakukan sesuatu yang baik kepada semua orang maka orang tidak akan bertanya apa agama mereka.
“Terakhir, saya mengajak seluruh elemen masyarakat agar bersama-sama membantu para korban bencana alam di Cianjur baik berupa bantuan moril, materil dan doa,” pungkasnya.(rif/ky)