Banner Iklan Media Jatim

Candu Pupuk Kimia, Ini Dampak Buruknya bagi Tanah

Petani
(Helmi Yahya/Media Jatim) Petani di Desa Jaddih saat membajak ladangnya, Minggu (5/2/2023).

Bangkalan (mediajatim.com) — Penggunaan pupuk kimia bersubsidi yang diberikan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) RI menjadi candu bagi petani di Bangkalan.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Penyuluhan, Sarana dan Prasarana Pertanian Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Dispertapahorbun) Bangkalan Cristian Henry Karyadinata, bahwa penggunaan pupuk kimia untuk tanaman sudah membuat petani di Bangkalan ketagihan.

Salinan dari atas dedikasinya selama 5 tahun, menggagas banyak terobosan, menciptakan program-program lompatan dan berguna bagi masa depan Pamekasan_20230925_204820_0000
20230925_204733_0000
20230925_203345_0000

“Petani di Bangkalan ini mengalami ketergantungan pada pupuk urea, sehingga jenis pupuk lain seperti NPK, dan SP36 kurang diminati,” katanya, Kamis (9/2/2023).

Menurut Henry, memakai pupuk kimia memang membuat tanaman lebih cepat berbuah dengan kualitas yang bagus.”Hasilnya, tanaman memang tumbuh lebih cepat dan bagus,” tuturnya.

Tetapi, lanjut Henry, efek sampingnya berdampak pada struktur tanah. Karena jika selalu menggunakan pupuk kimia, struktur tanah akan mengeras dan rusak.

“Sehingga kesuburan tanah akan berkurang, dan akhirnya harus menggunakan pupuk kimia secara terus menerus,” tukasnya.

Padahal, kata Henry, penggunaan pupuk organik cenderung lebih baik dibandingkan pupuk kimia. Sebab, bahan yang digunakan alami. Manfaatnya sama, tapi efek sampingnya lebih sedikit.

“Pupuk organik itu lebih bagus, saya juga menyarankan agar petani tidak tergantung pada pupuk kimia,” ulasnya.

Baca Juga:  Pemulung di Surabaya Temukan Plastik Kresek Berisi Potongan Tubuh Manusia

Salah satu petani di Desa Jaddih M Sahlun menjelaskan, dirinya sudah berusaha berhenti menggunakan pupuk kimia jenis urea untuk tanamannya. Dia merasa, jika sudah terlanjur pakai pupuk kimia akan sulit untuk berhenti.

“Ketika saya mencoba berhenti dan beralih pada pupuk organik, tanaman saya hampir mati, tapi setelah terus menggunakan organik, ternyata lebih baik,” ulasnya.

Sahlun menambahkan, selain menimbulkan ketergantungan, pupuk kimia juga membuat tanah miliknya lebih gersang, sehingga ketika ditanami berbagai macam komoditas, sulit untuk berbuah.

“Kalau pakai organik, satu tahun bia sampai tiga hingga empat kali tanam, tapi kalau pakai pupuk kimia, biasanya hanya dua kali,” ulasnya.(hel/faj)