Bangkalan, mediajatim.com — Salah satu profesi yang dinilai terancam punah di Indonesia ialah wartawan atau jurnalis.
Hal itu disampaikan Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur Joko Tetuko saat menghadiri Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) yang diselenggarakan PWI Bangkalan, Kamis (2/3/2023).
Berdasar hasil survei yang dipelajari Joko, peran pers hari ini mulai digeser platform media sosial yang cenderung dikelola tanpa memedulikan kaidah dan kepentingan pemberitaan.
Jurnalis atau pekerja pers pun dengan sendirinya juga rentan digeser oleh konten kreator atau pelaku media sosial.
“Kalau ini terus menjadi kebiasaan, bukan tidak mungkin, peran pers ke depan akan digantikan oleh media sosial,” ungkapnya, Kamis (2/3/2023).
Dia menegaskan, potensi punahnya profesi jurnalis bukan karena tidak ada orang yang mau menjadi wartawan, tetapi, karena pers digantikan fungsinya oleh google, instagram, facebook dan sejenisnya yang merangsek berposisi sebagai pusat informasi massa.
“Maka yang harus menjadi komitmen bersama ke depan ialah, bahwa profesi wartawan tidak boleh hanya memberi dan menyebarkan informasi, tetapi lebih dari itu, memberikan edukasi,” paparnya.
Peran pers mengedukasi masyarakat harus diutamakan agar khalayak tidak hanya mengonsumsi konten media sosial yang isinya rata-rata mencaplok pemberitaan yang diproduksi pers.
“Peran edukasi terhadap masyarakat ini harus diperluas, tentu dengan kualitas jurnalisme yang pasti berbeda dengan kualitas konten yang ada di media sosial,” harapnya.
Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Jawa Timur Machmud Soeharmono meminta para jurnalis bersungguh-sungguh menggeluti profesinya.
Dia menyinggung pentingnya edukasi tentang media pers dan nonpers. “Kita memiliki peran edukasi, tidak hanya sekadar memberi informasi dan selesai, ada tanggung jawab yang harus ditanggung setelahnya,” terangnya.
Ada banyak hal yang perlu didalami oleh insan pers, yakni, kode etik, penggunaan asas praduga tidak bersalah dan bagaimana melindungi identitas anak di bawah umur dalam pemberitaan.
“Pers tidak hanya butuh cepat, aspek lain seperti ketepatan pemilihan narasumber, kritis, data, dan fakta harus tersaji dengan baik,” terangnya.
Sementara itu, Ketua PWI Bangkalan Mahmud Ismail mengatakan, bahwa orientasi yang digelar pada perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2023 ialah untuk kepentingan peningkatan kualitas insan pers.
Tema yang diangkat, kata Mahmud, yakni, “Membentuk Jurnalis Tangguh, Sajikan Berita Utuh”.
“Ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas insan pers di Bangkalan agar ingat dan terus sesuai dengan kode etik,” tuturnya.
Banyaknya media online yang sekadar menjadi batu loncatan dan ladang profesi dadakan, dan gempuran media sosial yang dengan mudahnya mencopot dan mengupload berita milik jurnalis harus disikapi serius.
“PWI sebagai salah satu organisasi resmi yang diakui Dewan Pers harus menunjukkan perbedaan kualitas jurnalis, bukan yang abal-abal dan menulis informasi yang masuk kategori nonpers,” tutupnya.(hel/ky)