Pamekasan, mediajatim.com — Polres Pamekasan sudah menetapkan seorang pemuda berinisial MN (20) sebagai tersangka kasus penganiaayaan terhadap seorang kiai bernama Abdul Hayyi pada 18 Agustus 2023.
Sebagaimana diberitakan mediajatim.com, Jumat (8/9/2023), tindak pidana penganiayaan yang dilakukan ponakan kepada pamannya tersebut terjadi di Desa Banyupelle, Kecamatan Palengaan, Pamekasan.
Berdasarkan keterangan Kiai Abdul Hayyi, penganiayaan itu bermula saat ayah MN, yakni Kiai As’ad, tengah dalam kondisi kritis lantaran sakit.
Sebagai saudara kandung dari Kiai As’ad, Kiai Hayyi datang untuk menjenguk ke Desa Banyupelle. Setibanya di lokasi, Kiai Hayyi mengaku melihat MN justru sibuk teleponan di samping ayahnya yang kritis.
Karena dianggap kurang patut, akhirnya Kiai Hayyi menegur MN agar sebaiknya mengaji dan mendoakan ayahnya yang tengah kritis. Namun teguran Kiai Hayyi itu dibalas dengan umpatan dan kata-kata kasar oleh MN.
“Saya dibilang kurang ajar. Bahkan saya diteriaki anjing. Padahal itu saya lakukan semata-mata karena prihatin dengan kondisi ayahnya sedangkan dia malah sibuk teleponan,” ungkap Kiai Hayyi kepada mediajatim.com, Kamis (7/9/2023).
MN tidak hanya mengumpat, lanjut Kiai Hayyi, tetapi juga meninju dadanya hingga tubuhnya roboh. Kiai Hayyi mengaku dadanya sempat sesak lantaran dirinya juga punya riwayat sakit jantung.
Pada saat itu pula Kiai Hayyi mengaku spontan menempeleng MN. Setelah itu, untuk menghindari kegaduhan, Kiai Hayyi bergegas pergi meninggalkan rumah saudara kandungnya di Desa Banyupelle.
“Tapi sepertinya pelaku masih kurang puas saat itu, sebab, saat saya keluar dari lokasi masih dikejar lalu saya dipukul berkali-kali di bagian muka dan pelipis mata hingga berlumuran darah,” jelasnya.
Keluarga Tersangka MN Sebut Kiai Hayyi yang Menempeleng Duluan
Kakak kandung tersangka MN, Saifurrohim, menyebut apa yang disampaikan Kiai Hayyi terkait kronologi penganiayaan di atas tidak semuanya benar, bahkan, semuanya tidak benar.
Pria yang akrab disapa Ra Saiful itu menyebut bahwa Kiai Hayyilah yang lebih awal menempeleng MN sebelum akhirnya MN memukul balik wajah Kiai Hayyi.
“Ceritanya begini, jam 14.00 WIB, orang tua kami (Kiai Abdul As’ad, red) kritis. Karena Kiai Hayyi adalah saudara kandung orang tua kami, maka saya telepon dia, saya sampaikan bahwa ayah kritis,” tuturnya kepada mediajatim.com, Sabtu (9/9/2023).
Pada saat Kiai Hayyi tiba di rumah Kiai As’ad, adik Saiful, si MN ini, sedang menerima telepon dari istrinya.
“MN ditelepon istrinya, mertuanya kritis juga, darah tinggi 280, bukan bermain handphone,” terang Saiful.
Pada saat MN ditelepon istrinya itu, Kiai Hayyi yang baru saja tiba langsung menegur MN dengan nada tinggi.
“Kok main hape, kata Kiai Hayyi, nadanya membentak, dan dia tidak tahu kalau yang menelepon MN adalah istrinya karena mertuanya kritis,” lanjut Saiful.
Pada saat Kiai Hayyi membentak, MN hanya menoleh ke arah Kiai Hayyi. “Oleh Kiai Hayyi MN lalu dipukul, ditempeleng. Sebelum ditempeleng, MN hanya menoleh, tidak mengatakan apa-apa, tidak mengatakan kata-kata kasar apa pun,” imbuhnya.
Usai ditempeleng, MN dan Kiai Hayyi bersitegang di tengah kondisi Kiai As’ad yang kritis. Keluarga di lokasi akhirnya melerai keduanya.
“Pada saat dilerai, keduanya berupaya saling dekat dan MN memukul Kiai Hayyi dan mengenai sekitar mata. Mungkin MN reflek karena kesal ke Kiai Hayyi,” sambung Saiful.
Usai itu, Kiai Hayyi, lanjut Saiful, mencari celurit dan mengatakan akan membunuh MN. “Kiai Hayyi cari celurit tidak ketemu, andai ketemu mungkin MN akan benar-benar dibunuh,” beber Saiful.
Saiful kemudian menenangkan Kiai Hayyi untuk tidak membuat keramaian di tengah situasi Kiai As’ad yang kritis. Akhirnya Kiai Hayyi pulang ke Desa Tambak, Kecamatan Omben, Sampang.
“Bohong semua kalau adik saya dibilang masih mengejar Kiai Hayyi dan memukulnya. Justru adik saya ditempeleng duluan, oleh sebab dasar itulah saya kemudian membuat laporan polisi,” jelasnya.
Soal luka yang diderita Kia Hayyi, kata Saiful, hanya memar dan tidak sampai berlumuran darah. “Justru adik saya yang ditempeleng hingga mengalami goncangan, kita ada visumnya juga, kok,” paparnya.
Ra Saiful berharap, perkara ini selesai damai, sebab, Kiai Hayyi tidak lain adalah pamannya sendiri.
“Saya melihat Kiai Hayyi itu ingat ayah saya sendiri, dan kami begini ini, sampai melaporkan balik, karena mediasi gagal, dan karena ini hukum, kami juga harus lawan dengan hukum,” tuturnya.
Terkait pemanggilan polisi, Saiful menegaskan bahwa pihaknya selalu koperatif. “Kalau kami tidak koperatif, maka MN sudah lama ditahan,” pungkasnya.(rif/ky)