Manajemen Keluarga Ala Nabi Yusuf

Media Jatim

Juz 12 dalam kitab suci Al-Qur’an memuat dua surat saja. Yaitu surat surat Hud (123 ayat) dan surat Yusuf yang berisikan 111 ayat. Kedua surat tersebut merupakan jenis surat Makkiyah atau surat yang diturunkan pra Rasulullah hijrah ke Madinah al-Munawwarah.

Surat Yusuf merupakan satu-satunya surat dalam al-Qur’an yang menceritakan satu tokoh yang menjadi lakon secara lengkap tanpa terpotong. Mulai dari awal surat sampai akhir surat, hampir semuanya mengupas tentang perjalanan hidup Nabi Yusuf As.

Dimulai dari cerita masa kecil bersama ayah dan saudara-saudaranya sampai beliau menduduki jabatan penting di Negara Mesir. Yaitu, menjadi Menteri Ekonomi. Dengan program-programnya yang cerdas, beliau sukses menyelamatkan rakyat Mesir dari bencana kelaparan di saat paceklik datang menerpa.

Saking lengkapnya, sampai Allah SWT menyatakan bahwa cerita Nabi Yusuf merupakan “Ahsanul Qosos” atau paling bagusnya cerita yang pernah Allah wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.

Nabi Yusuf merupakan prototype manusia sempurna yang diturunkan ke muka bumi untuk menjadi ibroh bagi orang-orang yang hidup sesudah beliau. Termasuk kita umat yang hidup di akhir zaman.

Nabi Yusuf dikruniai ketampanan ruhani berupa kesabaran, budi pekerti, serta sifat nubuwat yg mengagumkan. Nabi Yusuf juga dikaruniai fisik dan wajah yang rupawan, sehingga banyak gadis dari kalangan konglomerat tergila-gila kepada beliau. Termasuk ibu angkat beliau, Zulaikho’, yang pada ending cerita menjadi Istri Nabi Yusuf As.

Nabi Yusuf juga satu-satunya Nabi yang bapak, kakek, serta buyutnya merupakan Nabi utusan Allah SWT. Yaitu Yusuf bin Ya’kub bin Ishaq bin Ibrohim As.  Sehingga, pantaslah jika Rosulullah menyebut beliau dengan julukan “Al-Karim Ibnul Karim, Ibnul Karim, Ibnul Karim” (orang mulia, anak orang mulia, cucu orang mulia dan cicit orang mulia).

Baca Juga:  Aksi Virtual Masyarakat Kawal Bantuan Pemerintah, Suarakan Kebenaran

Nabi Yusuf mempunyai 11 orang saudara dari 4 orang ibu yang berbeda. Disebutkan dalam kitab Hasyiah As-Showi bahwa nabi Ya’qub As mempunyai 2 orang istri; Lea dan Rahel, juga dua wanita sariyyah, yaitu  Zilfah dan Naftali.

Dari 4 orang istri tersebut beliau memiliki 12 orang putera. Dari istrinya yang bernama Lea lahir 6 orang anak: (1) Ruben, (2) Simeon, (3) Lewi, (4) Yehuda, (5) Isakhar dan (6) Zebulon. Dari Bilha lahir 2 orang anak: (7) Dan, (8) Naftali. Dari Zilfa lahir 2 orang anak: (9) Gad, (10) Aser. Sedangkan dari istri Nabi Ya’qub a.s. yang bernama Rahel lahir 2 orang anak: (11)Nabi Yusuf a.s., dan (12) Benyamin.

Petualangan Nabi Yusuf sebetulnya berawal dari konflik keluarga, yaitu kedengkian saudara-saudaranya lantaran Nabi Ya’qub dianggap pilih kasih dan lebih menyangi Yusuf ketimbang saudara yg lain. Kedengkian ini akhirnya berujung pada dibuangnya Yusuf ke dalam sumur dg rekayasa jadi korban mangsa srigala hutan yg ganas. Namun demikian, musibah ini juga mnjadi Awal perjalanan kesuksesan beliau. Tanpa beliau masuk sumur, hampir mustahil Beliau menjadi Budak para pedagang yg kmudian dibeli oleh perdana menteri Mesir yang pada akhirnya dijadikan sebagai anak angkat. Subhanallah! Maha Besar Allah yang telah memmbuat “rekayasa” indah untuk hamba-Nya yang bertaqwa yang menjadi contoh bagi kita semua.

Ada beberapa hal yang bisa kita ambil sebagai contoh dari perjalanan Nabi Yusuf As. Selain tentang kesabaran dan ketaqwaan, juga tentang managemen keluarga; bagaimana seharusnya orangtua bertindak dan memperlakukan anak-anaknya. Orangtua semestinya bisa bersikap adil dan tidak menampakkan kecondongan kasih sayang kepada salah satu dari anaknya. Sehingga, di kemudian hari akan menimbulkan konflik keluarga yang berkepanjangan.

Baca Juga:  Pembawa Tembakau Bojonegoro ke Pamekasan Didenda Rp1 Juta, Satpol PP: Pembeli Hilang Jejak!

Bicara managemen keluarga, saya jadi ingat teman saya yang memberikan wejengan kepada saya tentang bagaimana cara mengelola keluarga sehingga bisa bisa terbebas atau setidaknya bisa meminimalisasi terjadinya konflik. \

Dia menyarankan agar supaya dalam memberikan hadiah atau apa saja yang berupa pemberian kepada orangtua, saya sebisanya tidak menyerahkannya sendiri. Tapi yang melakukanadalah istri. Begitu pun ketika mau memberikan sesuatu kepada mertua, sebisanya saya kita sendiri yang menyerahkannya secara langsung. Dengan sistem sulang seperti ini, diharapkan terjalin mahabbah di antara menantu dan mertua sehingga konflik tidak terjadi.

Bicara managemen konflik, saya juga ingat dengan salah seorang kiai di Malang yang punya istri tiga. Dari kesemuanya, beliau mempunya anak. Untuk meminimkan konflik internal, beliau selalu mengajak keluarga besarnya berjalan-jalan bersama, sehingga rasa kekeluargaan betul-betul bisa terjalin.

Kerukunan tersebut juga sangat saya rasakan, ketika saya sowan kepada salah satu istri beliau, yang dibicarakan adalah tentang kebaikan dan keunggulan anak tirinya. Tidak jarang Ibu Nyai yang saya sowani mengatakan “Fathul memang anak yang luar biasa, walaupun berpendidikan tinggi dan telah jadi orang sukses, dia tidak sombong dan sangat ta’dzim kepadaku. Bahkan, kadang aku merasa kalau Fathul lebih menghormatiku ketimbang anak-anakku sendiri.”

Mendengar komentar dari ibu nyai, saya berpikir betapa hebat managemen yang sang kiai terapkan dalam membangun keharmonisan rumah tangga, butuh skill dan ilmu yang luas agar mampu melakukannya. Dan setelah itu, saya jadi ingin mempraktikannya.