MediaJatim.com, Pamekasan – Miris! Persepam Madura Utama dipastikan degradasi. Klub yang diambil alih Said Abdullah untuk kemudian ditinggalkan tersebut, dipastikan turun kasta ke Liga 3.
Berikut sedikit ulasan saksi sejarah, Tabri Syaifullah Munir, saat dari Persepam mulai merangkak hingga promosi ke ISL, degradasi ke Divisi Utama, dan kini terpuruk ke Liga 3.
“Tahun 2014 awal, tepatnya di Maret ketika Persepam Madura United akan bertolak ke Jayapura guna menghadpai Perserui Serui. Sejumlah anggota klub Askab PSSI Pamekasan menemui Bupati Pamekasan untuk meminta agar Persepam Madura United diambil alih.
Waktu itu, kebetulan menjadi awal tahun politik. Desakan tersebut lahir atas keinginan agar Pemkab Pamekasan memiliki perhatian terhadap Persepam Madura United dan berusaha menjaga identitas Persepam sebagai kekayaan Pamekasan. Pada tahun itu juga, Persepam Madura United yang berlaga di Kompetisi ISL harus menjalani pertandingan di Stadion Gelora Bangkalan.
Salah satu desakan yang diminta perwakilan klub anggota Askab kala itu, adalah soal bagi hasil yang harus didapatkan Pemkab dan Klub atas nama besar Persepam Madura United yang dikelola oleh PT Pojur Madura United.
Saya ikut terlibat mendampingi tim menjalani pertandingan perdana ISL tahun 2014. Waktu itu, Persepam Madura United harus takluk dengan skor 4-1 atas Perseru Serui. Hasil tersebut, di kemudian hari pada akhir kompetisi menjadikan Persepam harus terdegradasi meski memiliki poin yang sama dengan Serui dan unggul selisih gol. Sebabnya, di leg kedua yang digelar di Bangkalan, Perepam hanya menang 2-1.
Kekalahan di laga perdana tersebut langsung menjadi hujatan yang sangat kasar dari beberapa pihak yang “Hanya” tahu menuntut pengembalian Persepam ke pangkuan Pemkab Pamekasan.
Meski pertandingan kedua imbang dengan Persipura di Stadion Mandala Jayapura dengan skor 2-2- berkat gol Ade Suhendra dan Rossy Noprihanis, hujatan dari lawatan ke Papua masih terus dinyinyirkan oleh pihak-pihak tertentu. Bahkan, Persepam Madura United tetap dicap sebagai kendaraan politik oleh Manajer kala itu yang pegang Achsanul Qosasi.
Aksi kasak-kusuk dan recokai manajemen dengan meminta kembalikan Persepam ke Pemkab dan juga hembusan aksi mengembosi terus dijalankan. Hingga puncaknya, pada saat Persepam Madura United sedang berjuang untuk mendapatkan poin dari 5 pertandingan yang diubah jadwalnya, suporter besar asal Pamekasan yang mengklaim sebagai pendukung setia Persepam absen.
Dari kenyataan tersebut, lahirlah kelompok suporter Taretan Dhibi’ dan berusaha terus memberikan dukungan agar Persepam bisa tetap bangkit. Taretan Dhibi’ juga membeirkan dukungan hingga ke Yogya, dan juga ke Stadion Gelora Bung Tomo. Di laga kandang, jumlah penonton yang datang juga sangat sedikit. Hanya bisa memenuhi tribun selatan bagian barat dan tribun utara bagian barat. K-ConK Mania dan Taretan Dhibi’ adalah suporter yang berusaha terus memberikan dukungan terhadap perjuangan Persepam Madura United.
Respek suporter Madura bersatu kala itu juga mulai berkurang terhadap Persepam, karena desakan agar Persepam dikembalikan ke pangkuan Pemkab Pamekasan terus didengungkan oleh Stakeholder Pamekasan. Alasan mereka waktu itu, sederhana. Desakan tersebut seakan tidak memperhatikan bahwa Persepam dalam kondisi butuh dukungan penuh, tidak ada penghargaan terhadap upaya Manajemen yang telah berusaha menghidupkan Persepam sejak dari Divisi Utama hingga hanya dalam setahun promosi. Termasuk juga dukungan dari Suporter Madura Bersatu yang diabaikan kerja kerasnya untuk memberikan dukungan.
Puncaknya, pada saat menjalani pertandingan melawan Persipura Jayapura sebagai pertandingan penentu, Persepam yang hanya butuh hasil imbang untuk bisa tetap bertahan di ISL, justru harus kebobolan saat pertandingan tinggal 30 detik. Hasil itu menjadikan Persepam harus terdegradasi dan menjadikan sebagian besar suporter yang menaruh hati menangis di pinggir lapangan.
Namun, di Tribun VVIP dan di luar stadion, justru ada pernyataan dari pihak-pihak tertentu, dengan kalimat. “Saatnya Persepam kita minta kembali dan Persepam harus dikembalikan ke Pemkab Pamekasan,”.
Desakan agar Persepam dikembalikan ke Pemkab Pamekasan juga sempat ditunjukkan dengan berdirinya spanduk besar di Jalan Triunojoyo.
Sebagian dari para penagih, nyatanya, saat ini membawa Persepam degradasi ke Divisi 3. Saya bukan mau nyumpahi, bukan juga berupaya menagih balik atas terpuruknya Prestasi Persepam tahun ini. Tetapi, untuk menyampaikan pertanyaan, kenapa Persepam Degradasi lagi? Padahal, pada pertandingan tadi masih memiliki kesempatan untuk menjadi runner up terbaik.
Yang mau bicara sejarah, Mari ketemu saya. Catatan ini, hanya catatan kecil. Catatan panjangnya, masih saya simpan.
Mulai dari Divisi I hingga pemaksaan penyerahan Persepam di Pendopo saat kunjungan kerja Achsanul Qosasi ke Kantor Bulog.”
Reporter: Hendra WCP
Redaktur: Sule Sulaiman