Di zaman yang serba instan dengan pola makan dan gaya hidup yang kadang kurang diperhatikan membuat pelbagai penyakit mudah datang bertandang. Hal ini terjadi karena banyak orang yang terlalu memanjakan selera makannya, sehingga kurang memperhatikan efek yang ditimbulkan dari makanan-makanan yang mungkin mengandung lemak atau kolesterol tinggi.
Karena itu, setiap orang seharusnya menjaga pola makan dan menghindari gaya hidup yang bisa mengancam kehidupan melalui penyakit yang bisa kapan saja menyerang. Lupus adalah salah satu penyakit yang sampai sekarang masih sulit ditebak gejalanya. Sebelum seseorang divonis mempunyai penyakit lupus, biasanya ia juga didiagnosis penyakit lain, sehingga tidak menyadari kalau ada penyakit lupus di dalam tubuhnya.
Melalui buku Asa untuk sang Kupu-Kupu, dokter Laniyati dan Sandra Navarra berbagi kisah dan pengalamannya selama mendampingi para odapus (orang dengan penyakit lupus). Dokter ahli reumatologi dan peneliti lupus ini memaparkan berbagai hal yang berkaitan dengan penyakit yang sulit terdeteksi ini. Dari bagaimana cara mendeteksi, hingga upaya penyembuhannya.
Penulis menjelaskan, lupus adalah penyakit autoimun. Penyebab penyakit autoimun itu sendiri masih belum diketahui dengan pasti. Lupus muncul sebagai kombinasi dari berbagai faktor penyebab, mungkin di antaranya adalah faktor genitik, hormon, faktor lingkungan, infeksi, stres yang berlebih, paparan sinar matahari, atau obat-obatan tertentu (hlm 45).
Lebih lanjut penulis memaparkan, setiap orang bisa terkena lupus. Tetapi, kemungkinan terjadi pada wanita 10 sampai 15 kali lebih tinggi dibanding pria. Karena itulah lupus sering disebut ‘penyakit wanita’, meskipun kenyataannya pria pun dapat terkena lupus. Faktor hormonal mungkin dapat sedikit menjelaskan mengapa lupus sering terjadi pada wanita daripada pria.
Orang yang baru saja mendapatkan diagnosis lupus biasanya sulit menerima kenyataan. Tapi, saran penulis, sebaiknya jangan terlalu khawatir, karena lupus dapat dikelola dengan baik selama seseorang rajin kontrol dan mengonsumsi obat-obatan secara teratur (hlm. 46).
Ada beberapa gejala yang timbul sebelum seseorang didiagnosis lupus. Di antaranya adalah masalah kulit. Meskipun terjadi hanya pada satu dari tiga orang pengidap lupus, ciri khas masalah kulit pada lupus adalah munculnya ruam merah atau perubahan warna di wajah. Sering sekali, ruam merah itu berbentuk kupu-kupu yang melintang dari pipi ke pipi lewat hidung. Ruam ini tidak selalu gatal atau nyeri (hlm. 26).
Gejala-gejala lain yang lazim terjadi adalah kerontokan rambut yang tidak biasa (alopecia), fatigue atau kelelahan luar biasa, demam, pembengkakan, masalah pencernaan, dan juga depresi. Dengan gejala-gejala yang timbul, seseorang bisa segera memeriksakan diri ke dokter, sehingga penyakit lupus yang dideritanya bisa segera tertangani.
Selain memaparkan tentang gejala-gejala yang lazim timbul, dalam buku ini juga dipaparkan tentang apa saja yang harus dilakukan olah orang yang didiagnosis lupus. Obat apa saja yang harus mereka konsumsi, hingga bagaimana menjaga pola makan dan gaya hidup, sehingga penyakit lupus yang diderita lebih cepat sembuh dan teratasi.
Pengalaman kedua penulis selama berbagi dan mendampingi para odapus berusaha menyadarkan banyak orang agar tidak takut dengan penyakit langka ini. Ini penting sekali agar orang tidak mudah menvonis ‘macam-macam’ seseorang yang terkena lupus, tetapi sebaliknya berusaha mengembalikan semangat hidup yang biasanya drop saat divonis lupus.
Buku yang sarat dengan informasi dan inspirasi ini bermanfaat sekali buat siapa saja yang ingin mengenal lebih jauh tentang lupus. Terutama untuk mendeteksi sejak dini ketika mereka atau anggota keluarga yang mengalami gejala-gejala yang mirip dengan gejala lupus. (*)
DATA BUKU:
Judul : Asa untuk sang Kupu-Kupu
Penulis : Dr. Laniyati H. & Sandra V. Navarra, M.D.
Penerbit : Qanita, Bandung
Cetakan : Pertama, 2017
Tebal : 152 Halaman
ISBN : 9786024020606
*) Diresensi Untung Wahyudi, lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya.