Pelajaran Perjalanan

Setiap peristiwa, besar maupun kecil, luar biasa maupun sederhana, pasti memiliki makna tersendiri bagi siapa pun yang pernah mengalaminya. Barangkali hal itulah yang membuat M Faizi, selalu menyempatkan diri menulis kepingan fragmen dalam setiap titik perjalanannya, terutama menyangkut hal ikhwal dunia otobus dan pernak-perniknya.

Buku ini memuat sejumlah catatan perjalanan: sensasi berkendaraan, persaingan transportasi, kejutan perjalanan, dan kenyataan hidup di atas bentangan aspal. Menyambung kisah dari kota ke kota. Merentang cerita dari terminal ke terminal. Sumenep menjadi titik awal dan akhir cerita. Trayek terdekat, Sumenep-Pamekasan. Trayek terjauh, Sumenep-Jakarta.

Ada 70 macam nama bis yang tercatat di buku ini. Keluarga Akas (Asri, NR, NNR, IV, dll) merupakan nama bis yang sering disebut. Dengan ribuan armada, garasi bis yang berpusat di kabupaten Probolinggo ini menjadi perusahaan otobus terbesar di Jawa Timur. Tak ayal bila sepanjang pesisir pantai utara dan wilayah Tapal Kuda keluarga Akas menjadi penguasa jalanan. Terminal tak ubahnya garasi mereka. (hal.29)

Dari puluhan nama bis, ternyata bukan keluarga Akas yang menjadi primadona jalanan. Primadona itu justru jatuh pada Mila Sejahtera ‘Dona-Doni’ trayek Banyuwangi-Jogjakarta. Apa pasal yang dapat dibanggakan dari bis bumel ini? Dempul tebal bertatalan? Warna cat dan livery yang pudar? Atau sensasi jeritan mesin Hino AK tahun ’96? Hanya “Tokoh Utama Di Luar Cerita” yang bisa menjawab.

Selain dari itu, angka-angka lainnya yang sempat dicatat oleh penulis adalah 27 plat nomor dan 12 tempat makan. Warung Soto ‘Ojo Lali’ Cak Bambang seperti sebuah bahan rekomendasi penulis jika oper atau transit di Bungurasih, Surabaya, dalam kondisi perut terkapar atau sekedar ngopi sejenak menghilangkan capai.

Baca Juga:  Sempat Vakum 3 Tahun, Disporapar Akan Kembali Gelar Pemilihan Kacong Cebbhing Pamekasan

Dalam sebuah cerita, plot yang baik harus memiliki kejutan yang baik pula, baik kontak fisik atau pergolakan batin. Demikian pula dalam cerita nyata di jalan raya ini. Aksi heroik-akrobatik, semacam menguntit dan menempel kendaraan lain, menggoda supir menginjak gas lebih dalam dengan mengasapi moncong bis, menyalip dalam keadaan kres, meliuk-liuk dan melakukan manuver, dipaparkan secara gamblang sehingga memberikan ketegangan dan efek kejut tersendiri.

Buku ini tampak seperti kamus mini bagi siapa pun yang hendak melakukan perjalanan, terutama perjalanan sepanjang pulau Jawa. Pembaca akan diperkenalkan dengan ragam bis dari bumel sampai super executive, menjelaskan sasis dan cara kerja mesin, memandu perjalanan dengan segala tetek bengeknya, hingga strategi mencari jalan alternatif di masa injury time untuk mencapai tujuan tepat waktu sesuai rencana perjalanan.

Nah, rencana perjalanan menjadi ikhwal yang sangat penting. Semacam ikhtiar menghadapi kenyataan di luar perkiraan. Macet dan mogok menjadi momok yang sulit dihindari di negeri ini. Apalagi kalau bukan penyebab kecenderungan memakai kendaraan pribadi daripada menggunakan transportasi umum. Padahal, memakai transportasi umum, seperti bis, merupakan langkah preventif mengurai kemacetan.

Dengan kondisi seperti itu, seorang penumpang dituntut berpikir keras dan cerdas melakukan ‘manuver jalan raya’ agar rencana perjalanan tidak berantakan, seperti yang dilakukan pada bagian “Terjepit Undangan, korban Liburan”. (hal.106)

Dengan sensasi gaya cerita yang liar dan bernas, pembaca seolah dibuat hadir duduk di belakang supir. Merasakan pergantian gigi perseneling, mendengar deru mesin turbo, menghirup kepulan asap hitam bersemu putih, cericit rem diinjak mendadak, kerlap-kerlip lampu jalanan, mahkota lampu mayang, atau kedipan lampu sein yang tampak seperti seseorang yang tengah menggoda pacarnya.

Baca Juga:  Meretas Benturan Agama dan Logika Menghadapi Corona

Banyak orang yang menganggap perjalanan sebagai aktivitas lahiriah yang cenderung membosankan, sehingga peristiwa-peristiwa di atas jalan beraspal, yang seharusnya dapat dijadikan pengamatan potret kehidupan, hilang begitu saja dalam ingatan. Nilai-nilai kemanusiaan justru banyak tersaji atas persinggungan dan dialog dengan sesama penumpang dari bermacam karakter etnik dan arah tujuan.
Pandangan supir pada kaca spion juga turut memantulkan potret kehidupan. Sebentuk wajah yang memikul tanggung jawab besar memberikan kenyamanan kepada penumpang dan mengantarkan mereka dalam keadaan selamat sampai tujuan. Di lain sisi, ia bersama kondektur dan kernek, harus berlapang dada memangkas waktu sedikit mungkin bersama keluarga demi mengais rezeki sepanjang perjalanan.

Buku ini tidak hanya sebatas rekaman kenangan di dalam catatan, melainkan lebih kepada sebentuk upaya untuk memaknai perjalanan lebih cermat dan bijak; betapa suatu perjalanan yang dianggap lahiriah tersimpan makna yang sangat indah. Ayo ngebis…!

Jember, 14 Februari 2017

DATA BUKU:

Judul Buku : Beauty & The Bis
Penulis : M Faizi
Penerbit : Basa Basi, Yogyakarta
Terbitan : Pertama, Januari 2018
Tebal : 216 halaman
Ukuran : 14 x 20 cm

*) Jurnalis, alumni Ponpes Annuqayah, Guluk-Guluk. Tinggal di Ledokombo, Jember. Telp: 0823 3102 1747.