Telapak Kaki Ibu
1
pada telapak kali ibu terletak sabda
garis-garis langit takdir anak-anaknya mendatang
2
dijejakmu langkah-langkahnya dengan teladan
memberi kasih pada kenakalanmu yang tak jua selesai
3
cium dengan kepatuhan dan baktimu
kerelaannya mengantarmu menuju jalan surga
Indramayu, 2018
Di Dada Ibu
di dada ibu mulutku menghisap puting air susunya
mengharap segala cemas segera berlalu
menetes segala kasih yang tak berharap upah
dijejali siang malam tiada letih
mulutku menganga tangis pun reda
di dada ibu kulenguhkah segala keluh kesah
cemas ketakutan akan perasaan menjauh
dua gundukan itu bagai bukit dan lembah bahagia
menjadi pujaan yang kau jaga selama-lama
impian lelaki gagah yang mencintaimu kini
di dada ibu tersimpan air kasih sayang
mengalir dengan dikulum-kulum bagai anak sapi
diperah tak pernah jera dua tahun lama
balas air susunya dengan madu yang manis
bukan dengan bau air tuba
Indramayu, 2018
Tangis Ibu di Suatu Malam
angin malam menyapu bantaran sungai cimanuk
sisa air hujan menggenang di jalanan berlubang
nun jauh pejal terdengar suara tangis
isakmu itu terdengar begitu pilu
menyayat langit-langit kamar yang tak kuasa
menahan perihnya luahan hati ibu
di sampingmu seorang bocah dengan tubuh panas
matanya terbelalak seakan ada yang sedang di tatap
mulutnya merengek-rengek
tak tahu apa yang mau dikata
“sembuh nak! sembuh nak!” ucapmu
ayahmu besok atau lusa akan pulang
membawa banyak ikan
kita jual di pasar untuk membeli obat
ayo nak! kuat-kuatkan!
Indramayu, 2018
Istri yang Menjual Rambutnya
padang pasir nan tandus itu setandus hati
perempuan yang menyaksikan segala coba
anak dan harta tersapu angin kedengkian
iblis-iblis yang senang menyaksi
orang-orang terjerumus dalam lembah
keputusasaan dan mengakhiri hingga mati
dipotongnya dengan pisau air mata
gerai rambutnya yang hitam panjang
terlepas dari pangkal kepala perempuan
istri seorang nabi yang tahan ujian
dijualnya di pasar untuk dibarter
makanan dan keperluan hidup
“mengapa kau tak minta izin?” tanya suamimu
katamu untuk kebaikannya
“sembuhku aku bernazar, 100 kali cambukan untukmu.”
tengadahkan tangan sebelum pintu langit tertutup
saat kebaikan kembali padamu seikat lidi sejumlah 100 batang
menyaksi segala ucap dibuktikan
Indramayu, 2018
Membelah Dada Istri-istri
lebah
di hatimu bersarang,
bergemuang-gemuang
di pucuk kesabaran
di ranting keikhlasan
di pohon kehidupan
berhimpun dalam bilangan
lebah
di dadamu bersembunyi
berkerumun-kerumun
tidak mendendam
tidak membenci
tidak mencaci
bersama dalam bermadu
Indramayu, 2018
Memanah Rembulan
aku pemanah yang tak beriman pada angin dan awan
sendirian melesatkan anak panah pada ujung mata pena
bulan retak, pecah menjadi puisi-puisi
di kaki langit malaikat-malaikat menangkapnya
turun ke bumi mencarimu
serupa membawa wahyu untuk perawan suci
maryam
Indramayu, 2018
Faris Al Faisal lahir dan tinggal di Indramayu. Bergiat di Dewan Kesenian Indramayu. Karya fiksinya adalah novella Bunga Narsis Mazaya Publishing House (2017), Antologi Puisi Bunga Kata Karyapedia Publisher (2017) dan Kumpulan Cerpen Bunga Rampai Senja di Taman Tjimanoek Karyapedia Publisher (2017) sedangkan karya non fiksinya yaitu Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di Indonesia Penerbit Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017).
Puisi, cerma, cernak, cerpen dan resensinya tersiar berbagai media koran seperti Kompas, Tempo, Republika, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Padang Ekspres, Rakyat Sumbar, Radar Cirebon, Radar Surabaya, Radar Sulbar, Radar Banyuwangi, Merapi, Minggu Pagi, Bali Post, Bangka Pos, Magelang Ekspres, Solopos, Suara NTB, Joglosemar, Tribun Jabar, Bhirawa, Koran Pantura, Riau Pos, Tanjungpinang Pos, Majalah Hadila, Tabloid Nova dan Jurnal Asia. Email ffarisalffaisal@gmail.com, Facebook www.facebook.com/faris.alfaisal.3, Twitter @lfaisal_faris, IG @ffarisalffaisal, Line ffarisalffaisal dan SMS/WA 085 224 107 934.