MediaJatim.com – Membuat literature belum menjadi budaya oleh stakeholder olahraga khususnya Fakultas Ilmu Keolahragaan di Indonesia, produk – produk hasil karya pada bidang olahraga masih sulit ditemukan di pasaran, toko buku, dan media online.
Profil atlet atau pelatih yang sukses juara dunia juga belum banyak dipublikasikan, sehingga tenaga keolahragaan kita sulit menemukan referensi karena kurangnya model dan metode yang bisa diikuti.
Oleh sebab itu membangun budaya menulis lewat teknologi informasi sebagai pendukung literature yang sudah ada akan sangat bermanfaat. Banyak dosen atau tenaga keolahragaan yang kita miliki akan tetapi kurang produktiv dalam membangun literature bidang olahraga.
Sehingga sampai saat ini karya yang dihasilkan dan dipublikasikan masih kurang dan tidak bisa bermanfaat secara maksimal bagi kemajuan olahraga nasional. Literature merupakan sumber informasi yang harus selalu diperbarui untuk kemajuan pendidikan dan keolahragaan.
Tenaga Pendidik atau Dosen di lingkungan perguruan tinggi dinilai mampu untuk menyumbangkan pemikirannya berupa karya tulis sesuai pada bidang keilmuannya masing – masing. Tridharma perguruan tinggi yang mengharuskan setiap dosen untuk melakukan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat merupakan point utama bagi dosen untuk menyumbangkan pemikirannya berupa tulisan.
Wakil Rektor III Prof. Dr. Achamad Sofyan Hanif, M.Pd bidang kemahasiswaan dan selaku pengampu mata kuliah pengembangan profesi pendidikan mahasiswa S3 Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta mengatakan bukan hanya dosen yang dituntut untuk menulis hasil karyanya.
Sebagai mahasiswa program Doktoral Pendidikan Jasmani di Universitas Negeri Jakarta juga dituntut mampu membuat karya tulis yang nantinya dapat dinikmati oleh seluruh stakeholder olahraga dan mahasiswa di Indonesia yang belakangan ini semakin sulit ditemui khususnya pada bidang olahraga.
Selain melaksanakan kewajiban, menulis dapat meningkatkan kreativitas dan kualitas dosen dan mahasiswa itu sendiri sesuai kompetensi yang sebenarnya. Karya tulis bisa berupa buku, media pembelajaran atau metode latihan maupun opini yang dapat diunggah/dipublikasikan melalui media cetak atau online.
Dengan begitu pemikiran dosen akan dapat tersampaikan kepada masyarakat yang lebih luas. Semakin maju teknologi dan akses yang mudah seharusnya sebagai pendorong dosen di setiap Universitas agar dapat menuangkan pemikiran berupa karya tulisnya dibidang olahraga.
Status dosen olahraga yang memiliki latar belakang pendidikan yang berkompeten dibidangnya semestinya bisa menuangkan pemikirannya demi kamajuan olahraga di Indonesia. Produk – produk literature bidang olahraga belakangan ini mulai didorong untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Buku, gambar, video dan audio visual yang mengupas tentang olahraga semakin gencar dikembangkan oleh sebagian kalangan olahraga.
Menurut Jessica dalam membangun budaya literasi di era komunikasi modern ini perlu dilakukan dengan cara 1. Menumbuhkan kesadaran pentingnya membaca, 2. Budayakan membaca di sekolah, 3. mengoptimalkan peran perpusatakaan, 4) biasakan hadiah berupa buku, 5. Membentuk komunitas membaca, 6. Membiasakan menulis buku harian, dan 7. Menghargai karya tulis.
Oleh sebab itu membangun budaya literasi lewat teknologi informasi sebagai pendukung publikasi dan kemudahan dalam membaca dan menulis dirasa akan sangat bermanfaat. Semakin banyak orang yang membiasakan menulis dan menghargai karya tulis maka akan makin tinggi produktivitas seseorang.
Sehingga diharapkan semakin banyak karya yang dihasilkan dan dipublikasikan maka akan bermanfaat dan bisa membangun sistem keolahragaan nasional di Indonesia.
Desy Tya Maya Ningrum, M.Pd
Mahasiswi Program Doktoral Pendidikan Jasmani Universitas Negeri Jakarta
Semoga buk Dessy bisa memajukan olah raga seluruh Indonesia terutama untuk JATIM, semoga karya-karya njenengan bisa membawa motivasi sesama bidang olah raga amin