web media jatim
Brosur UIJ Sosial Media-01
Segenap pimpinan dan karyawan_20250605_201559_0000
10_20250605_164323_0009
3_20250605_164323_0002
5_20250605_164323_0004
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250605_233152_0000
Tokoh  

Multazam, Sosok Dokter NU yang Tulus

Media Jatim

MediaJatim.com, Jember – Dr. Akhmad Multazam, S.Ked, nama lengkapnya. Sosok yang satu ini sejatinya tak begitu populer di kalangan warga NU Jember. Maklum, ia adalah seorang dokter umum.

2_20250605_164322_0001
7_20250605_164323_0006
4_20250605_164323_0003
12_20250605_164323_0011
1_20250605_164322_0000

Selain bertugas di Puskesmas Andongsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur, juga membuka praktek di rumahnya. Sehingga seluruh waktunya nyaris tersita untuk urusan pasien.

9_20250605_164323_0008
8_20250605_164323_0007
5_20250605_164641_0004
11_20250605_164323_0010

Kendati demikian, dr. Multazam –sapaan akrabnya- tidak lupa NU. Dia adalah satu dari sedikit dokter berlatarbelakang NU yang mempunyai komitmen kuat untuk membesarkan NU. Di luar tugas rutinnya sebagai dokter, ia rajin menggalang kekuatan di kalangan dokter NU untuk missi sosial. Sebab baginya, meski sedikit tapi bersatu, maka tentu banyak yang bisa diperbuat. Maka dibentuklah Pengurus Cabang Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PCPDNU) Kabupaten Jember, dan ia didapuk sebagai ketuanya.

6_20250605_164323_0005
2_20250605_164641_0001
3_20250605_164641_0002
8_20250605_164641_0007
Salinan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang_20250606_103712_0000

Dr. Multazam lahir di Jember ketika kalender menunjuk pada angka 8 Agustus 1975. Dari sisi orang tua, ia tergolong tajir. Ayahnya, (almarhum) Drs. RH. Masrai Djoefri yang berprofesi sebagai dosen Universitas Jember dan IAIN Jember, masih mempunyai garis nasab dari kraton Sumenep, Madura. Sedangkan ibunya, Hj. Tutik Rahmawati, adalah cucu H Amal Makruf, pembayar pajak terbesar kedua di Jember di era Bupati Abdul Hadi. Walaupun begitu, rasa pongah jauh dari jiwa sang dokter.

Baca Juga:  Nakhodai Formasa IAIN Madura, Elman Komitmen Kristalkan Pendidikan

“Beda zaman, beda ekonomi, dan saya adalah saya,” jelasnya.

Darah ke-NU-an dr. Multazam, tentu tak lepas dari didikan orang tuanya. Bahkan ketika masih menjadi pelajar, ia menyempatkan nyantri di Pesantren Darussalam, Patrang, Jember. Sebuah pesantren yang diasuh KH Abdusshomad, ayahanda KH Muhyididn Abdusshomad, Rais Syuriyah PCNU Jember.

IMG-20250502-WA0029
IMG-20250502-WA0027
IMG-20250502-WA0028
IMG-20250502-WA0031
IMG-20250502-WA0030
IMG-20250604-WA0240
4_20250605_164641_0003
6_20250605_164641_0005
1_20250605_164641_0000

Setelah lulus SMAN 2 Jember, dr. Multazam melanjutkan ke ITS, Surabaya (1993), jurusan Teknik Fisika, Fakultas Tehnik Industri. Namun cita-citanya untuk menjadi insinyur, akhirnya kandas. Sebab, selang setahun ia berhenti di situ, dan memutar haluan untuk menjadi dokter. Maka iapun pindah ke Fakultas Kedokteran Umum, Unibraw, Malang. Dan dari situlah, suami dari Chandra Puspitasari ini meretas nasibnya hingga menjadi seorang dokter.

Kendati sibuk melayani pasien, namun dr. Multazam tetap meluangkan waktu untuk berkegiatan sosial, lebih-lebih di NU. Apalagi sejak 3 tahun lalu, ayah dari dari Alycia Qotrunnada, Hilal Muazzam dan Hanum Soraya ini ditunjuk sebagai Ketua Pengurus Cabang Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (PCLKNU) Kabupaten Jember.

Baca Juga:  Sering Go International, Inilah Sosok Pembina Olimpiade Sumber Bungur

Melalui lembaga itulah, ia mengabdikan diri dan membesarkan NU. Selain itu, nama d. Multazam juga masuk di kepengurusan PC ISNU Kabupaten Jember di bawah pimpinan DR. Hobri.

“Di mana pun kita berada, yang penting bermanfaat,” tukasnya.

Ucapan tersebut, salah satunya ia buktikan saat PWNU Jawa Timur menggelar Istigotsah Kubra beberapa waktu lalu. Saat itu, ia menurunkan tim medis untuk melayani kesehatan para jamaah di area Gelora Delta, Sidoarjo. Setidaknya, tim medis LKKNU Jember itu melayani 43 jamaah dalam “praktik” yang singkat tersebut.

Namun sayang, saat pulang ke Jember, mobil yang ditumpangi tim medis LKKNU Jember, mengalami kecelakaan di Pasuruan.

“Tapi tidak apa-apa. Semua ada hikmahnya. Dari situ saya kenal dengan cicit Mbah Kholil Bangkalan. Dan saya bersyukur bisa memberikan pelayanan kesehatan bagi jamaah istigotsah,” katanya.

Ya, dr. Multazam adalah sosok pengabdi yang tulus. Meski hanya setetes, semoga ketulusannya bisa menjadi penyejuk di tengah-tengah masyarakat yang cenderung terkooptasi budaya politik dengan segala kepura-puraannya. Semoga.

Reporter: Aryudi Abdul Razaq

Redaktur: A6