Mohon hati-hati dalam berkomunikasi, menjelang Pileg dan Pilpres 2019 ini, yang suhu politiknya terus meningkat. Dengan penyampaian langsung saja bisa salah tafsir, apalagi tulisan.
Contoh :
Seorang Kades punya hobi pelihara burung. Jenisnya bermacam-macam. Di suatu pagi, burungnya hilang semua.
Merasa ulah si Maling udah keterlaluan, Pak Kades berencana untuk membawa masalah tersebut ke acara pertemuan warga sedesa.
Sekitar 350 warga hadir. Ada bapak-bapak dan ibu-ibu. Pak Kades pun memulai acaranya. Setelah bicara panjang lebar soal moral dan situasi politik menjelang Pilpres,
Pak Kades bertanya :
“Siapa yang punya burung, berdiri!”
Semua bapak-bapak yang hadir segera berdiri.
Pak Kades buru-buru berkata: “Bukan itu maksud saya. Maksud saya adalah siapa yang pernah lihat burung?”
Seluruh ibu-ibu berdiri.
“Wah gawat” pikir Pak Kades. Dengan muka merah dia berkata: “Maksud saya siapa yang pernah lihat burung bukan miliknya?”
Separuh wanita berdiri.
Muka Pak Kades makin merah dan merasa serba salah sehingga makin gugup. Segera berkata lagi:
“Maaf sekali lagi, bukan ke arah situ pertanyaan saya. Maksud saya itu siapa yang pernah lihat burung saya?”
Segera 5 wanita berdiri.
Pak Kades langsung lari pontang panting karena dikejar Bu Kades sampe ke semak2.
s
Itu lah contoh bahayanya salah persepsi dalam komunikasi.
Foto & Konten: Istimewa