STIU Al-Mujtama’ Pamekasan Sukses Jadi Tuan Rumah Internasional Dialogue On Islamic Studies

Media Jatim

MediaJatim.com, Pamekasan – Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Al-Mujtama’ Pamekasan, Madura, Jawa Timur sukses menjadi tuan rumah International Dialogue On Islamic Studies (IDONICS), Minggu (28/04/2019).

Acara yang mengangkat tema “The Teaching and Study of Islamic in The West” ini diisi langsung oleh Dr. Gregory Vanderbilt, P.hD asal California, Los Angeles, USA dan dipandu oleh Zainal Arifin selaku akademisi STIU Al-Mujtama’ Pamekasan.

Kegiatan Internasional itu berlangsung di Auditorium Al-Mujtama’ Pamekasan dengan dihadiri oleh perwakilan anggota Asosiasi Pemimpin Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (APPTKIS) Madura yang juga sebagai penyelenggara, yakni STIBA Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan, STIS As-Salafiyah Pamekasan, STIE Masyarakat Madani Pamekasan, STAI Al-Hamidiyah Bangkalan serta diikuti oleh berbagai kalangan mahasiswa dan dosen.

Ketua Panitia Pelaksana, Abdul Mukit merasa sangat beryukur karena pihaknya telah sukses mengundang seorang ahli lintas Budaya.

“Saya hari ini bersyukur karena berkesempatan mendatangkan seorang ahli Lintas Budaya,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Pembantu Ketua I STIBA Darul Ulum Banyuanyar.

Baca Juga:  IAIN Madura Akan Gelar Sidang Etik Mahasiswa dan Dosen yang Plagiat Tesis UIN Yogyakarta

Mukit berharap dengan adanya kajian International ini bisa menyadarkan masyarakat bahwa negara Amerika dan Islam tidak seperti yang dikabarkan di media sosial.
“Sebetulnya ada hubungan baik yang terjalin di dalamnya,” lanjutnya.

Sementara itu, Mr. Vandertbilt yang bertindak sebagai pemateri membeberkan, negara Amerika juga menganggap hoaks sebagai sesuatu yang perlu diperangi.

“Sosial media adalah isu baru. Sedangkan Undang-undang Amerika masih memakainya sehingga belum ada aturan yang jelas, namun budaya yang tinggi mampu menyeleksi mana hoaks dan mana yang bukan hoaks,” Ucap Mr. Vandertbilt.

Vanderbilt juga menuturkan, Komunitas Muslim yang ada di Amerika sudah mencapai sekitar 1%, bahkan di sana sudah ada tiga orang wanita muslim yang menjadi Legislator tingkat Nasional.

“Komunitas Muslim di sana sudah mencapai sekitar satu persen, sedangkan Muslimah yang menjadi Legislator tingkat Nasional sudah ada tiga orang,” jelasnya.

Baca Juga:  Praktikum di KUA Larangan, Mahasiswa HKI IAIN Madura Ngaji Prosedur Pembuatan Akta Ikrar Waqaf

Pria penganut agama Kristen itu juga mengungkapkan, Amerika sebetulnya wajib mengetahui tentang keberadaan Islam di Indonesia. Menurutnya budaya Nusantara perlu dijadikan contoh peradaban dunia.

“Apalagi Madura, Madura bukan sekedar pulau tapi kesatuan budaya yang paling unik di Indonesia, sebab Madura meskipun termasuk bagian dari Jawa Timur ia tetap kental dengan budayanya sendiri,” ungkap dosen tamu di Pusat Studi Lintas Budaya UGM Jogjakarta itu.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menganggap Muslim sebagai ekstrimis atau teroris.

“Saya punya teman muslimah sewaktu SMA dan saya bergaul dengan baik dengannya,” imbuhnya.

Di akhir penyampaiannya ia berpesan, janganlah seseorang menyakiti saudaranya walaupun dia berbeda agama.

“Apapun agamanya, buatlah dunia menjadi damai, buatlah orang menjadi nyaman dimanapun ia berada,” tukasnya.

Reporter: Kholisin

Redaktur: Sulaiman