web media jatim
Brosur UIJ Sosial Media-01

Ramuan Ampuh “Gila Baca” Ala Pegiat Literasi Madura

Media Jatim

Oleh: Gafur Abdullah

“Banyak orang yang bisa membaca, tapi tidak banyak orang suka membaca”

Premis diatas bukan dari siapa-siapa. Itu hanyalah terjemahan dari bahasa kegelisahan penulis melihat kegiatan membaca dari bilik kecintaan literasi yang tak begitu dicintai.

Kadang penulis jengkel dengan pertanyaan yang muncul ketika atau seusai mengisi acara diskusi maupun berbagi ilmu seputar literasi. Penulis sering menerima pertanyaan “Kak, gimana sih caranya agar pintar atau lancar bicara?” Mendengar itu, saya jawab simpel. “Banyak Baca”.

Tak hanya itu, pertanyaan lain juga menyusul. Amsal, “Kak, gimana agar lancar merangkai kata dalam menulis?” Jawaban saya agak panjang. “Orang akan sering kencing dan cairan banyak yang keluar jika sering dan banyak minum,” belum selesai saya jawabnya, si penanya meroketkan pertanyaan lagi. “Apa hubungannya kencing dan pertanyaan saya barusan kak?” Lalu saya membatin “Walah, kok aku bawa-bawa kecing segala ya. Hihihi.”

Reflek, saya melanjutkan jawaban yang terpotong tadi. “Ya, begitu halnya dengan menulis. Akan sering ingin dan lancar merangkai kata dalam kegiatan menulis bila otak sering diberi asupan keilmuan dari hasil membaca.” Tanpa titah, penanya manggut-manggut dengan bibir berbentuk huruf ‘O’. Lega rasanya sudah. Karena sudah kencing.. Bahahah.

Ups. Ihwal membaca, mari coba intip ramuan ampuh yang bisa membuat kamu gila baca atau jadi pembaca gila. Ah, tapi jangan gila sama si doi terus. Hihihihi.

Ramuan ini, penulis dapatkan dari Royyan Julian. Ia penulis sekaligus sastrawan muda asal Pamekasan, Madura. (Khusus cewek: Mayan sih, selain cerdas, sering diundang sana sini mengisi acara berkelas, orangnya ganteng, jomblo lagi. Tapi hati-hati, jangan coba-coba mendekatinya kalau tak ingin sakit hati. Orangnya gak mudah terpincut pada perempuan. Maklum, orangnya gak mau kalau gak cocok katanya. Bahahaha.).

Nah, ramuan gila baca ala salah satu penulis terpilih di ajang Ubud Writers & Reader Festival 2016 lalu di Bali ini terdiri dari empat bahan saja. Apa saja ya? Sabar yo, terus lanjutkan boco tulisan ini.

Baca Bacaan yang Disukai

“Suka-suka…. Nyanyi di pinggir jalan” Itu bukan mantra agar gila baca. Bukan. Itu sempalan lirik lagu tempo dulu. Dulu sekali, waktu penulis masih Jomblo.

Baca Juga:  Kebersihan Itu Ada Batasnya

Jadi begini, menurut Royyan, membaca sebaiknya diawali dengan membaca buku atau bahan bacaan yang disukai. Pasalnya, itu cara paling mudah untuk menghindari ketidakpahaman yang ujungnya menimbulkan kebosanan. Akibatnya, ya berhenti membaca.

Amsal, suka baca komik, silakan baca komik. Suka buku sastra silakan baca buku sastra seperti novel, puisi, cerpen bahkan teori-teori kesusastraan. Doyan baca buku keagamaan, yo monggo. (Suka baca chatting di WA, yo monggo. Tapi yakin, kamu akan lupa baca buku, kalau chatting si doi terus. Hihihi.).

Tapi misalkan ingin memperkaya keilmuan, jangan hanya baca komik terus, atau baca sastra terus. Tapi bacalah ragam bacaan, agar ilmumu beragam. Buku politik oke, hukum oke, terserah dah. Yang penting bukan baca berita hoax, nanti ketipu tujuh turunan. Amboy.

Miliki Target

IMG-20250502-WA0029
IMG-20250502-WA0027
IMG-20250502-WA0028
IMG-20250502-WA0031
IMG-20250502-WA0030

Yaps. Bahan yang kedua adalah target. Royyan membeberkan, membaca harus punya target. Target versi penulis novel Tanjung Kemarau ini ada tiga.

Pertama: Membaca Berdasarkan Jam
Targetkan membaca berdasarkan jam. Jadi, dalam sehari, sediakan waktu beberapa jam untuk kegiatan membaca. Terserah, mau 4 jam, 5 jam sak karepmu. Sing penting sediakan jam untuk membaca. Semakin banyak waktu yang kamu manfaatkan untuk membaca, yo semakin banyak ilmu nongkrong di otak.

Kedua: Membaca Berdasarkan Halaman
Jadi dalam membaca, harus ditarget. Jangan asal baca atau atas dasar mood saja. Kalau diatas berdasarkan jam, yang ini berdasarkan halaman. Semisal, dalam sehari targetkan membaca 50 halaman. Dirasa kurang, silakan ditambah. Jadi 60, 70 bahkan ratusan halaman. Ya bertahap. Tapi tetap kembali pada kamu, yo semakin seringkali membaca, yo semakin banyak perbendaharaan kosakata atau keilmuan di otak.

Ketiga: Membaca Berdasar Jumlah Buku

Jam dan halaman sudah. Sekarang berdasarkan jumlah buku. Jadi buat kamu yang ingin gila baca, cobalah target yang ketiga ini ; Membaca Berdasar Jumlah Buku.

Sederhana, satu buku dalam satu minggu. Bayangkan, (eh, jangan cuma bayangkan, tapi laksanakan, ya.) kamu baca satu buku dalam satu minggu. Mari hitung. Kalau satu minggu satu buku. Berarti satu bulan empat buku. Dalam setahun, terhitung empat puluh delapan (48) buku.

Baca Juga:  Punya Kemampuan Reportase? Yuk Ikuti Lomba Karya Jurnalistik Ini!

Rasio eksaktanya adalah : 1x 4x 12 =48

Terbayang kan, hanya satu buku dalam satu minggu kalau konsisten sampai 12 bulan, maka 48 buku kamu rekam dalam setahun. Waow.. Dicoba ya..

Hindari Gawai Selama Membaca

Kata Royyan, gawai, HP, android, atau apalah sebutannya tak penting. Yang penting dalam konteks ini adalah menghindarinya saat sedang membaca. Atau minimal, yamutkan data internet. Gimana kalau si doi ngambek, pas gak diladeni chatting? Yo, itu urusanmu, penulis di sini mau ngasih tips baca, bukan tips ngatasi gebetan ngambek. Hohohoho. Boleh sih, asal kamu jangan nyessel kalau gebetanmu pindah haluan pada penulis. Hiks.

Komitmen Bin Konsisten Ibnu Istiqamah

“Memulai itu mudah. Yang susah itu istiqamah” Nah, kalau ini baru petuah. Petuah ini dilontarkan mas Edy Mulyono, pemilik Diva Press plus penulis kece asal Madura yang kini ngecis di Yogyakarta. Punya penerbit besar, bisa nulis banyak buku, punya bisnis lancar dan berkembang, tidak semata-mata memejemkan mata. Tidak. Tapi dibutuhkan ikhtiar, konsisten dan tentunya kekuatan doa.

Membaca pun sama, butuh istiqamah atau konsisten. Bagaimana realisasi konsisten membaca? Ya ramuan satu, dua, dan tiga ini diracik atau ditulis dan dimasukkan dalam gelas berair, lalu kamu minum. Bahahha. Serius amat bacanya. Ihwal membaca bukan ilmu perdukunan, tapi salah satu kegiatan positif yang sudah diisyaratkan Tuhan yang kudu dilaksanakan.

Tak terasa, ya, tulisan ecek-ecek ini selesai kamu baca. Yowes, aku sek mau nyetel musik dulu. Siapa tahu pas tepat di giliran adzan yang mbunyi, mayan kan, bisa langsung buka puasa. Takjil, takjil mana takjil.

Tulisan ini berdasarkan wawancara dengan Rayyan Julian (26/05/2019).

Pamekasan, 28 Mei 2018

Gafur Abdullah, calon sarjana dan mantan PU LPM ACTIVITA IAIN Madura. Penulis buku “Tuhan, Di Mana Jodohku Sekarang?” (Quatan, Gramedia 2019). Pegiat Literasi Pamekasan.