Manfaatkan Celah Impor Perdagangan Jawa Timur

Media Jatim

Oleh: Ahmad Arif Firmansyah

InShot_20241111_121036630
InShot_20241111_154314461
IMG-20241108-WA0045

Setiap negara tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri. Perlu adanya hubungan kerjasama antar negara demi mensejahterakan rakyatnya. Salah satu bentuk kerjasama itu adalah perdagangan yang mencakup kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan impor merupakan kegiatan pembelian barang/jasa dari luar negeri oleh suatu negara, sedangkan kegiatan ekspor merupakan kegiatan penjualan barang/jasa ke luar negeri oleh suatu negara. Kegiatan impor memang baik dilakukan, namun apabila kegiatan impor sangat dominan daripada kegiatan ekspor akan mengakibatkan perekonomian menjadi buruk.

Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, ekspor di Jawa Timur pada Agustus 2019 mengalami kenaikan 6,16 persen dari bulan sebelumnya atau sebesar USD 1,89 miliar. Sedangkan untuk impor di Jawa Timur pada Agustus 2019 mengalami penurunan sebesar 7,97 persen dari bulan sebelumnya atau sebesar USD 1,83 miliar. Kabar baik ini perlu dipertahankan kedepannya demi peningkatan kekuatan perekonomian Jawa Timur. Penurunan impor di Jawa Timur tidak terjadi pada semua komoditas. Komoditas yang mengalami penurunan dapat menjadi peluang usaha yang bagus karena dapat ditargetkan untuk pengganti barang impor.

Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan impor:

Kedelai

Kacang Kedelai mengandung 40% protein, 20% lemak, dan 30% kandungan lainnya menjadikan kedelai banyak digunakan sebagai bahan makanan dan keperluan industri. Dibalik peran Jawa Timur sebagai salah satu penghasil Kacang Kedelai terbesar di Indonesia, ternyata Jawa Timur juga melakukan impor Kedelai. Banyuwangi menjadi kabupaten penyumbang terbesar produksi Kedelai di Jawa Timur, yaitu sebesar 16 persen dari total produksi kedelai. Produksi Kedelai di Banyuwangi juga menurun sejalan dengan penurunan produksi Kedelai di tingkat provinsi.

Baca Juga:  Bukan Berkah, Namun Musibah

Berdasarkan data dari BPS, nilai impor Kedelai yang dilakukan Jawa Timur cenderung mengalami kenaikan sebesar 29% dari bulan Maret hingga September 2019. Pada bulan Maret impor Kedelai Jawa Timur mencapai USD 23.182,64 , sedangkan pada bulan september 2019 mencapai USD 34.175,46. Di lain sisi, produksi Kedelai Jawa Timur terus mengalami penurunan. Pada tahun 2016 produksi kedelai sebesar 274.317 ton menjadi 217.246 ton pada tahun 2018. Selain produksi yang menurun, luas panen Kedelai juga mengalami penurunan sebesar 36 persen. Pada tahun 2015 luas panen Kedelai 208.067 hektar hingga tahun 2017 seluas 133.593 hektar. Oleh karena itu, pengembangan pertanian tanaman pangan Kedelai cukup memberikan prospek ke depan yang bagus karena permintaan Kedelai yang tinggi. Selain itu juga peningkatan kualitas produksi Kedelai di Jawa Timur perlu diperhatikan melihat Kedelai digunakan untuk kegiatan industri yang menuntut kualitas Kedelai yang bagus. Selama ini kegiatan impor Kedelai selain berdasarkan jumlah yang sedikit juga karena kualitas yang rendah.

Banner Iklan Media Jatim

Gula Tebu

Gula Tebu menjadi salah satu bahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jawa Timur juga menjadi penyumbang terbesar produksi Tebu di Indonesia, yaitu sebesar 47,5 persen dari produksi Nasional. Pada tahun 2018 Jawa Timur dapat memproduksi 1.032,3 ton Tebu, namun produksi tersebut menurun dari tahun tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 produksi Tebu di Jawa Timur sebesar 1.146,7 ton, yang artinya dari tahun 2017 ke tahun 2018 produksi tebu turun sebesar 10 persen. Malang menjadi penyumbang terbesar produksi Tebu di Jawa Timur yaitu sebesar 22 persen dari total produksi tebu.

Baca Juga:  Raja'e, Simpul Menyatunya Harapan

Disamping sebagai sentra penghasil Tebu, Jawa Timur juga masih belum bisa lepas dari impor Gula Tebu. Berdasarkan publikasi BPS, nilai impor Tebu di Jawa Timur meningkat sangat besar, yaitu sebesar 214 persen dari bulan April ke bulan Agustus di tahun 2019. Pada bulan April 2019 impor Tebu senilai USD 8.235,27 dan pada bulan Agustus 2019 sebesar USD 25.915,83. Peningkatan nilai impor Tebu dan penurunan produksi Tebu dalam negeri membutuhkan penanganan yang baik. Kondisi ini juga dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk mengembangkan produksi Tebunya ataupun membuka lapangan usaha baru disektor perkebunan Tebu.

Anggur

Anggur merupakan salah satu buah yang banyak diminati oleh masyarakat, selain rasanya yang enak juga karena manfaat yang terkandung didalamnya. Salah satu manfaat Anggur adalah mengandung senyawa antioksidan yang berguna untuk menangkal radikal bebas. Produksi Anggur di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 10.867 ton. Angka produksi ini menurun dari tahun 2017 yang sebear 11.736 ton, atau penurunannya sebesar 7,4 persen. Jawa Timur menjadi penyumbang kedua terbesar setelah Bali, berkontribusi sebesar 4,5 persen dari total produksi. Sedangkan Bali berkontribui sebesar 94,8 persen dari total produksi. Karena kecilnya produksi Anggur di Jawa Timur, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Anggur dilakukan impor buah anggur segar. Nilai impor Anggur Jawa Timur meningkat sebesar 347 persen, yaitu di bulan April 2019 sebesar USD 5.001,55 dan di bulan Mei 2019 sebesar USD 22.354,65. Hal ini bisa menjadi peluang usaha yang bagus untuk mengembangkan perkebunan anggur di Jawa Timur mengingat permintaan buah Anggur yang tinggi.