MediaJatim.com, Jember – Kamampuan ilmu agama bakal calon Bupati Jember, H Hendy Siswanto boleh juga. Paling tidak hal ini terlihat saat bos Rien Collection itu mengembalikan berkas formulir pendaftaran calon Bupati Jember ke kantor DPC Partai Gerindra Jember, Jumat (9/11) lalu. Usai menyerahkan berkas, dan penanda tanganan berita acara, tiba-tiba Ketua DPC Partai Gerindra Jember, H Satib mendapuk H Hendy untuk membaca doa.
Tanpa canggung, H Hendy langsung, dan mengawali doanya dengan tawassul, yang dilanjutkan dengan doa panjang berbahasa Arab, dan dipungkasi lagi-lagi dengan pembacaan al-Fatihah bersama-sama.
“Ya kami biasa mengawali pekerjaan dengan al-Fatihah dan mengakhiri dengan doa. Ini Jember, daerah seribu pesantren, dan konon sudah memperkenalkan diri sebagai kota relijius. Doa kita juga doa untuk kemakmuran Jember,” ucapnya.
Model doa seperti itu, adalah rata-rata yang dipakai warga Jember, khas NU. Ini bisa dimaklumi karena secara kultural keluarga besar H Hendy memang NU. Apalagi asal usul H Handy adalah Semenep, Madura, sebuah daerah yang dikenal fanatik dalam ber-NU.
Bisa jadi susana bathin H Hendy yang sangat relijius, bukan kebetulan. Sebab dilihat dari aktifitas sosialnya, besan KH Muzakky Syah itu memang cukup agamis, dan dekat dengan masyarakat. Paling tidak, H Hendy sudah membangun 46 masjid, mulai dari Pelembang, Surabaya, Semarang, Madiun, Purwokerto, Bojonegoro, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Makasar, hingga Jember. Sedangkan Mushalla yang sudah dibangun sebanyak 120 unit.
Nama masjid dan Mushallanya di luar Jember adalah “Az-Zahra”. Sedangkan khusus untuk masjid di Jember namanya “Roudlatul Muchlisin”. Masjid yang menelan anggaran Rp. 7,5 Miliar ini merupakan ikon wisata reliji. Setiap hari dikunjungi banyak waisatawan, baik lokal maupun luar daerah.
Di luar itu, saat bulan Ramadhan, H Hendy tak pernah melewatkan waktu untuk bersedekah nasi kotak setiap hari. Nasi kotak itu dibagikan menjelang buka di sejumlah titik di Jember. Awalnya, nasi yang dibagikan H Hendy hanya 500 kotak. Namun melihat respon masyarakat yang begitu hangat, jumlahnya dinaikkan hingga 6000 nasi kotak, bahkan dalam beberapa tahun terakhir sudah mencapai 8.500 kotak/hari.
Kebiasaan itu sudah dilakukan H Hendy sejak tahun 1989, jauh sebelum bau-bau Pilkada menyeruak. Tak ada hubungnnya dengan politik. Tapi jika hari ini H hendy mendapat simpati masyarakat dari aksi sosialnya itu, sangat wajar, dan tidak bisa dihalangi.
“Biar Gusti Allah yang membalas kebaikan saya,” ucapnya.
Reporter: Aryudi A Razaq
Redaktur: A6