MediaJatim.com, Jember – Sejak lama, nama H Marsuki Abd. Gofur sudah mencuat sebagai petani sukses. Profesinya dengan lebel petani tidak sekadar papan nama tapi benar-benar dijalani sebagaimana laiknya seorang petani. Dengan lahan yang sangat luas, H Marsuki dikenal sebagai petani tajir.
Kendati tajir, namun H Marsuki bukanlah sosok yang suka ongkang-ongkang kaki. Ia turun langsung ke sawah untuk memantau dan ‘mengendalikan’ anak buahnya dalam menggarap lahan yang dimilikinya. Sehingga ia tahu persis seluk-beluk pertanian di lapangan. Misalnya soal kebutuhan pupuk, bagaimana cara memupuk yang baik, hingga soal pemasaran hasil pertanian.
“Bertani cukup menyenangkan,” ujarnya.
Bagi H Marsuki, bertani bukan sekadar pekerjaan yang berkelindan dengan kebutuhan hidup, tapi juga terkait dengan keberlanjutan hidup bangsa Indonesia. Bayangkan jika semua orang malas bertani, tentu akan berdampak serius bagi kebutuhan stok pangan nasional. Dengan demkian, sesungguhnya H Marsuki telah ikut benkontribusi dalam uapaya swasembada pangan nasional, betapapun kecilnya.
Sebagai negara agraris, tentu sangat miris jika Indonesia masih mengimpor beras, jagung dan sebagainya. Menurut H Marsuki, ketersediaan lahan pertanian yang semakin menyusut ditambah dengan minimnya minat anak muda untuk menjadi petani, telah menyebabkan Indonesia menjadi negara pengimpor sejumlah item hasil pertanian. Dan ini tentu sebuah ironi karena terjadi di negara agraris.
“Kita tidak ingin anak-anak kita menjauh dari pertanian, karena menyangkut kesinambungan hidup bangsa,” ucapnya.
Kendati aktif sebagai petani, namun H Marsuki tidak buta politik. Bahkan ia pernah menduduki kursi Wakil Ketua DPRD Jember di awal-awal era reformasi. Bagi mantan Wakil Ketua PCNU Kencong ini, politik bukan hanya kebutuhan tapi tuntutan bagi umat Islam. Umat Islam yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini, sangat aneh jika menganggap tabu dunia politik. Sebab, apapun yang terjadi dengan umat Islam dan bangsa Indonesia, tak lepas dari kebijakan politik.
“Politik bagi saya hanya sebagai jembatan untuk berkhidmah lebih luas bagi masyarakat,” terangnya.
Ya, politik adalah jembatan untuk menuju lahan pengabdian yang lebih luas. Sebab menjadi anggota legislatif, apalagi pimpinan DPRD, mempunyai hak untuk ikut merumuskan kebijakan daerah. Dari situlah perjuangan para politisi dipertaruhkan. Dan H Marsuki telah menunjukkan komitmennya untuk membela rakyat saat ‘berkuasa’ sebagai salah satu pimpinan DPRD Jember.
Petani sekaligus politisi ada dalam sosok H Marsuki. Ini tentu saja merupakan modal penting untuk memimpin Jember kedepan. Ia paham soal anggaran dan kebijakan. Dan pada saat yang sama ia juga paham soal seluk seluk petani dan pertanian. Jelas, inilah salah satu kelebihan H Marsuki yang belum tentu dimiliki tokoh lain yang berniat turun gelanggang di Pilkada Jember tahun 2020.
Reporter: Aryudi A Razaq
Redaktur: A6