MediaJatim.com, Pamekasan – Beberapa pekan terakhir, publik dihebohkan dengan menyeruaknya isu penculikan anak di berbagai kota. Tak khayal, kegaduhan di media sosial menebar rasa cemas yang mungkin saja berlebihan. Namun hal itu telah menjadi budaya di tengah dilema yang kian booming layaknya musim tahunan.
Di Jawa Timur kabar ini semakin hangat, setelah beredar seruan dari Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Sumenep untuk tingkatkan kewaspadaan. Surat edaran itu membatasi peserta didik untuk tidak keluar dari lingkungan sekolah pada saat jam istirahat.
Tidak hanya itu, upaya mewaspadai adanya kemungkinan penculikan anak, pihaknya juga menghimbau kepada orang tua atau keluarga siswa, agar mengantarkan dan menjemput peserta didik ke sekolahnya masing-masing.
Hal serupa juga dilakukan oleh Dispendik Kabupaten Jember. Melalui surat edaran, pihaknya meminta kepala sekolah dan guru untuk menyambut dan menyalami anak didiknya satu persatu sampai gerbang sekolah. Kemudian apabila orang terdekat atau keluarga tidak kunjung menjemput, pihaknya menghimbau untuk menghubungi orang tua/wali dan memastikan peserta didik tetap berada di lingkungan sekolah.
Namun didapat tanggapan yang berbeda ketika melakukan konfirmasi ke pihak kepolisian. Mereka menegaskan bahwa isu yang sedang beredar akhir-akhir ini belum jelas kebenarannya.
Seperti yang disampaikan oleh Kasatreskrim Polres Pamekasan, AKP Andri Setya. Ia menjelaskan informasi yang sempat menghebohkan masyarakat terkait penculikan anak SD di wilayah hukumnya adalah hoaks.
“Terkait isu yang beredar, kita harus saling kroscek lebih dalam lagi sebelum menyimpulkan suatu kejadian. Faktanya, setelah di konfirmasi ke pihak terkait kadang sering simpang siur. Meski pada dasarnya kita harus waspada dengan apapun itu, yakni demi keselamatan masyarakat,” ungkapnya.
Postingan melalui Facebook dan grup WhatsApp menjadi ladang penyebaran hoaks itu. Bahkan, salah satu media mainstream juga merilis berita di rubrik Hoax atau Fakta, Selasa (18/2), tentang adanya penculikan anak yang ditulis dan disebarluaskan banyak orang. Tapi, foto-foto viral tersebut diketahui sudah lawas sekitar 2017 silam. Kendati demikian, media ini pun turut menyangkal kebenaran berita itu.
Terlepas dari semua kasak-kasuk yang ada, mestinya kita tidak stagnan menyikapi opini publik saat ini. Bukan menutup telinga dari gelindingan isu, akan tetapi lebih representatif memilah dan mengkonsumsi informasi sedetail mungkin. Sebab semua persoalan pasti ada dampak positif dan negatifnya.
Keresahan masyarakat yang mungkin tak terbendung, seakan merengut rasa aman di setiap harinya, serta menumbuhkan kekhawatiran yang berlebihan. Hal ini yang kemudian merugikan banyak pihak dan tentu mengganggu mental dan konsentrasi peserta didik itu sendiri.
Namun, di balik merebahnya ketakutan itu, seharusnya orang tua jadi lebih peduli kepada anaknya. Mereka yang mulanya ogah terhadap lingkungan, menjadi lebih waspada dan saling mengingatkan antar masyarakat. Selebihnya, kita waspada ala kadarnya tanpa berlebihan.
Reporter: Bahrul Rosi
Redaktur: Zul