Witjaksono, Wakil Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha dan Profesional Nahdliyin (P2N).
Tahun 2020 menjadi tahun yang sulit bagi seluruh dunia, selain dibawah bayang – bayang resesi ekonomi 10 tahunan, dunia kini dihadapkan pada wabah yang tanpa diduga menyebar begitu cepat ke seluruh dunia.
Bertepatan dengan tahun 1441 Hijriah, banyak yang menghubungkan peristiwa ini dengan 1 abad kejatuhan khilafah atau konspirasi 100 tahunan dimana akan muncul wabah yang mengakibatkan banyak korban. Terlepas dari apapun itu yang jelas wabah ini ada dan harus kita hadapi.
Perekonomian Indonesia cukup terpukul sebagai akibat wabah Covid-19, begitu juga dengan dunia. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyatakan bahwa sulit untuk memprediksi berapa lama wabah ini akan berakhir atau setidaknya tidak lagi terlalu memberi dampak buruk bagi ekonomi global.
Hal ini menunjukkan keputusasaan global akan perekonomian yang ternacma semakin memburuk, bahkan menurut ekonom Austalian National University efek Covid-19 bisa lebih buruk daripada yang disebabkan flu Spanyol (1918-1919) yang menewaskan setidaknya 40 juta jiwa.
Covid-19 sendiri telah mengjangkit lebih dari 600 ribu jiwa diseluruh dunia dan menewaskan hampir 30 ribu jiwa per tanggal 28 Maret 2020 dimana Amerika Serikat menempati peringkat teratas dalam persebaran virus ini melebihi China sebagai negara asal virus.
Berbagai pemimpin dunia turut terjangkit, seperti Pewaris Tahta dan PM Inggris, Pangeran Charles dan Boris Johnson. Harga minyak dunia turun, sektor perdagangan terpuruk, industri transportasi dan pariwisata mengalami kesulitan menghadapi penurunan yang belum pernah dihadapi diabad ke 21.
Bahkan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya tumbuh sekitar 0,1 persentase poin, sesuatu yang mengejutkan dan dunia belum pernah mempersiapkannya sebelumnya. Kekhawatiran tidak bisa disembunyikan oleh masyarakat dan pemerintah Republik Indonesia.
Pasien positif Covid-19 mencapai 1285 jiwa dan 114 jiwa kehilangan nyawa karenanya di 30 provinsi per tanggal 29 Maret 2020. Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, anggota DPR-RI dan beberapa kepala daerah telah positif terinveksi Covid-19 dan telah merenggut korban jiwa.
Sebagai respon akan kekhawatiran yang kian meluas, kegiatan ibadah yang melibatkan perkumpulan orang telah dilarangdiseluruh negeri, konsentrasi massa dibubarkan dan beberapa daerah telah melakukan antisipasi dengan melakukan karantina wilayah (lockdown) meski telah diperingatkan oleh pemerintah pusat. Hampir seluruh industri terpukul, bisnis transportasi dipastikan merugi dan harga bahan pokok melonjak naik dan antrean terlihat dipusat-pusat perbelanjaan.
Warga kelas bawah merupakan sektor yang paling berat menanggung beban, bergantung pada pendapatan harian seperti buruh harian lepas, pedagang kecil, ojek dan beberapa jenis pekerjaan lain tidak pernah memimpikan asuransi, mendapatkan uang hari ini adalah hal yang disyukuri karena uang itu lah sang kepala keluarga dapat memberikan penghidupan bagi keluarganya.
Namun hari ini para warga kelas bawah ini tidak mendapatkan penghasilan sebagaimana kemarin atau kemarin lusa, mereka semakin resah. Begitu juga pemerintah, Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan menyatakan bahwa jika wabah ini tidak tertangani lebih dari 3 sampai 6 bulan, atau sampai lockdown maka pertumbuhan ekonomi bisa di kisaran 2,5 persen bahkan 0 persen.
Ditengah krisis ini, pemerintah telah menerapkan berbagai skenario untuk mengatasi wabah Covid-19 dan memperbaiki perekonomian nasional. Puluhan triliun siap digelontorkan untuk menstimulus pertumbuhan sektor fiskal dan non fiskal, pajak dilonggarkan, kredit dipermudah, dan mempersiapkan kartu prakerja.
Langkah-langkah pemerintah ini tidak akan mampu menyelesaikan masalah jika tidak dibarengi dengan kesadaran masyarkat. Tentu yang pertama kita perlu menjaga kesehatan dengan mengikuti protokol dari pemerintah, namun kita tidak boleh melupakan hari yang
akan datang ketika mentari mulai bertaji dibalik badai corona ini.
Jangan sampai setelah ancaman wabah ini berakhir, kita menghadapi krisis ekonomi bahkan kerusuhan karena terlalu terlena dengan ketakutan wabah dan tidak mempersiapkan kelangsungan kehidupan kedepan. Roda ekonomi harus terus berjalan dengan penyesuaian sesuai rambu yang telah disampaikan organ-organ negara.
Pengusaha dan Profesional Nahdliyin (P2N) memandang bahwa peluncuran Kartu Prakerja merupakan langkah yang tepat dimana perlu ada persiapan untuk meningkatkan kemampuan generasi muda ditengah bonus demografi Indonesia.
Kondisi perekonomian yang menurun akibat Covid-19 sudah seharusnya disikapi dengan optimis dan persiapan yang matang untuk memperbaik perekonomian kedepan. Kartu prakerja program terobosan yang perlu dilaksanakan secepatnya, bahkan ditengah pandemi seperti ini, karenanya perlu ada penyesuaian pelatihan terhadap kondisi yang perlu diselaraskan dengan protokol kesehatan.
P2N mendukung program tersebut dan telah menyampaikannya kepada Kementerian Ketenagakerjaan RI dan BPJS Ketenagakerjaan secara lisan, namun konsep keseluruhan sempat tertunda akibat pandemi. P2N telah menyiapkan sebuah platform start-up digital untuk mendukung program pelatihan berbasis online dan terverifikasi.
Hal ini tentu saja meminimalkan pertemuan karena pelatihan sepenuhnya dapat dijalankan secara online melalui aplikasi tersebut sehingga sesuai dengan protokol kesehatan untuk menghindari infeksi Covid-19. Skema dan program yang mampu melakukan verifikasi sehingga menjamin program tersebut tepat sasaran telah rampung digarap oleh P2N.
Bahkan jika diperlukan, P2N telah menggandeng perusahaan rekanan yang dapat digunakan para penerima program Kartu Prakerja sebagai tempat magang atau praktek. Selain itu P2N telah menyiapkan bidang usaha bagi penerima program untuk memanfaatkan modal kerja yang nanti mungkin akan didapatkan, sekaligus menyediakan pendampingan sehingga dapat menjamin bantuan yang disalurkan tepat sasaran serta tepat guna.
P2N merekomendasikan kepada pemerintah untuk memperhatikan persiapan perbaikan ekonomi melalui ekonomi kerakyatan, selain fokus pada penyelesaian wabah Covid-19. Ditengah kondisi ekonomi global yang terpuruk maka membangkitkan ekonomi kerakyatan dengan meningkatkan jumlah wiraysahawan adalah salah satu solusi dan perludilakukan secepatnya.
Hal ini sejalan dengan program Kartu Prakerja dan keinginan P2N untuk memberi sumbangsih bagi negeri melalui program yang telah dipersiapkan P2N yang selaras dengan program Kartu Prakerja.