MediaJatim.com, Pamekasan – Kita terasa menikmati suasana Madura pada tahun 1980-an. Begitulah kesan yang kita dapatkan saat hadir dalam acara resepsi pernikahan ‘Onjâng Manto’ dari sepasang insan pecinta Budaya di Kabupaten Pamekasan, Madura.
Budaya lokal ditunjukkan dalam moment sakral ini. Budaya Madura yang sudah banyak dilupakan oleh generasi muda kita menjadi motivasi tersendiri bagi mempelai berdua, sehingga pihaknya bulat mengambil konsep Budaya Madura dalam tasyakuran atas terlaksananya acara mengikat ‘Jhenji Nyata’ yang diharapkan hanya terjadi satu kali dalam hidupnya.
Sebagai generasi penerus bangsa, ia hendak menunjukkan rasa bangga terhadap budaya sendiri. Secara detail dalam kegiatan sakral itu dihadirkan sentuhan budaya Madura.
“Saya memiliki maksud melestarikan kebudayaan lokal dalam event sakral dan bahagia ini. Sehingga adat Madura tetap berdiri tegak atau dikenal di tengah menjamurnya budaya luar,” kata mempelai pria Nanda Muslihen saat ditemui usai Onjâng Manto, Jumat malam (14/8/2020), di Desa Nyalabuh Daja, Kecamatan/Kota Pamekasan.
Moment bahagia bersatunya Muslihen dengan Fadhila dalam ikatan pernikahan ini semakin nampak elok dan asri, sebab digelar outdoor dengan disaksikan ratusan pasang mata yang sembari memberi doa restu untuk kelanggengan hubungan pernikahan mereka. Pengisi acara didesain sedemikian rupa sehingga sentuhan budaya Madura terasa kental, termasuk mendatangkan Sanggar Seni Makan Ati dan Komunitas Bahasa Madhura Dhukremmek.
Tidak hanya itu saja, sentuhan pada hidangan juga tidak luput dari kearifan lokal Madura, seperti menggunakan anyaman daun lontar pada kotak hidangan yang dipersembahkan kepada para undangan.
“Sengaja diletakkan di outdoor untuk memahamkan kembali bahwa pernikahan adalah peristiwa yang harus banyak dinikmati oleh masyarakat sekitar bukan saja keluarga. Sehingga paradigma acara pesta (slamettan) pernikahan yang dianggap mahal sudah tidak lagi lahir dalam bayangan masyarakat,” tegas pemuda yang dikenal sangat berbakti terhadap orang tuanya tersebut.
Kebahagiaan kedua keluarga mempelai bertambah lengkap atas hadirnya beberapa tokoh-tokoh penting di Pamekasan, seperti Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan, Wakil Ketua DPRD Pamekasan, Anggota DPRD, Sekretaris Pribadi Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Kepala Dinas Pendidikan dan BKSDM serta kolega-kolega lainnya.
“Banyak terimakasih kami sampaikan, kepada seluruh undangan, terutama Bapak Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan. Ini merupakan suatu kehormatan yang luar biasa bagi kami,” tukas Muslihen.
Kekaguman terhadap konsep resepsi ini diungkapkan langsung oleh Bupati Pamekasan H Baddrut Tamam saat memberikan sambutan mewakili keluarga mempelai. Ia mengaku sangat terkesan dan bangga, sebab di era yang sudah penuh perkembangan teknologi seperti sekarang, masih ada anak muda yang sangat mencintai budaya lokal, bahkan ditunjukkan dalam moment bahagianya.
“Ketika saya masuk dalam acara ini, merasa berada di Madura pada masa 1980-an, nuansa Madura-nya sangat terasa. Kami masuk disambut dengan tari kebudayaan milik kita sendiri dengan diiringi musik tradisional khas Madura, ini sangat terkesan. Konsep seperti ini sudah sangat langka,” akui Kepala Daerah yang dikenal dengan sebutan Bupati Muda Enerjik tersebut.
Bahkan di ujung sambutannya, Bupati Baddrut berharap, kecintaan terhadap budaya lokal kedua mempelai berdua dapat menular pada seluruh generasi muda di Pamekasan.
“Saya kenal dengan saudara Muslihen ini, beberapa tahun lalu. Ia memang pemuda yang sangat gigih dan aktif di beberapa komunitas seni di Pamekasan. Kegigihan dan kecintaannya terhadap budaya ini, semoga tertular kepada pemuda-pemuda lainnya, khususnya di Pamekasan,” demikian yang diharapkan Ra Baďdut Tamam.
Reporter: Bahrul Rosi
Redaktur: Zul