web media jatim
Brosur UIJ Sosial Media-01

Depopulation Program; Konspirasi Elit Global

Media Jatim

Judul: THE CODEK Konspirasi Jahat di Atas Meja Makan Kita
Penulis: Rizki Ridyasmara
Halaman: 434
ISBN: 978 979 19163 5 6
Peresensi: Shafif KA

Melalui tokoh Alda Adrina seorang saintis yang bekerja di La Rocher Laboratory. George Marshall, mantan suami Alda yang beralih profesi dari penembak jitu pasukan rahasia Australi yang pindah ke Indonesia menjadi seorang novelis. Profesor Lombardo, saintis senior penggemar banyak buku, dan menjadi tumpuhan Alda dalam segala pengetahuan, serta Profesor Contrada rumah bagi kematian sahabatnya Profesor Lombardo.

Pertemuan Alda dan George diawali saat mereka sama-sama bertugas di Indonesia. George yang keluar dari angkatan rahasia kemudian bergabung dengan tim investigasi untuk sebuah firma yang berpusat di London, kemudian Alda sebagai kepala tim riset biomedis yang berpusat di AS. Pertemuan itu tepatnya di Jakarta, saat George menyelidiki kematian turis asal Inggris di Bali akibat paparan virus H5N1. Kemudian Doktor Alda menjadi tamu kehormatan untuk melakukan pengujian sampel biomedisnya.

Kesempatan beberapa kali bertemu dan cocok, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Namun sayang pernikahan mereka tidak berumur panjang. Pada akhirnya George ingin mengobati hatinya dengan menjadi seorang penulis, sedangkan Dokter Alda menghabiskan hari-harinya di laboratorium.

Setelah dua tahun tidak bertemu, saat George menyelesaikan novelnya yang terdengar juga oleh mantan istrinya, tiba-tiba Doktor Alda menelpon dengan bahasa yang gugup dan terdesak. Dokter Alda meminta George untuk datang ke Itali, ada sesuatu yang besar ingin diceritakan si doktor tersebut. Sebuah microchip dengan rahasia besar, yang melibatkan mafia dan tokoh besar negara adidaya.

Pertemuan itu akhirnya terjadi, dan Doktor Alda mencritakan banyak hal.

“Profesor Pannier merupakan segelintir ilmuwan langkah di dunia, yang sangat ahli dalam pengembangan teknologi senjata biologi dan kimia. Dia seorang expert. Bertahun-tahun dia bekerja pada pusat rahasia di Fort Detrick (instalasi rahasia pusat uji coba senjata biologi), milik Pentogan, tanpa diketahui oleh keluarga dan teman-teman dekatnya,” ujar Dokter Alda. (34:2013)

Kemudian dia menjelaskan bahwa Pannier berteman akrab dengan Lambardo. Dia ingin menebus semua yang sudah dilakukan, Pannier merasa bersalah dengan kelebihannya itu. Dan pada suatu ketika Profesor Lambardo bercerita kepada Dokter Alda, Pannier akan mengirim ke Milan sebuah rahasia yang disembunyikan di dalam microchip, setelah microchip itu dikirim selang dua hari terdengar kabar bahwa Pannier meninggal. Berdasarkan informasi Pannier meninggal karena kegagalan sistem pernafasan, tapi banyak orang tidak percaya.

Joan merupakan gadis yang mengirim microchip tersebut, setelah Doktor Alda dan Joan bertemu. Joan pun berpamitan untuk kembali ke Amerika, namun naas mobil yang dikendarai tiba-tiba meledak dan nyawanya tidak tertolongkan. Disinilah alasan kenapa Doktor Alda memanggil mantan suaminya untuk meminta perlindungan. Malam yang panjang dilewatkan oleh kedua pasangan tersebut, mereka menyewa sebuah penginapan. Selang beberapa jam telfon berdering dan terdengar kabar di telinga Doktor Alda bahwa Carmen rekan kerjanya telah dibunuh oleh seseorang yang terlatih di laboratarium mereka bekerja. George merasa ada yang aneh, dan benar adanya, ternyata setelah melakukan pembunuhan di laboraturium, sasaran berikutnya adalah Doktor Alda, pembunuh yang rupanya banyak jaringan itu seketika tahu keberadaan Dokter Alda dan George menginap. Tapi naas bagi pembunuh bayaran tersebut, George adalah Sersan Kepala SAS-Australia. Dengan keahliannya bisa menghabisi pembunuh tersebut dengan seketika.

Seketika setelah aksi pembunuhan itu, pasangan tersebut bergegas ke rumah Profesor Lombardo. Seseorang yang memegang microchip rahasia itu. Profesor Lambardo tersenyum melihat laki-laki yang bersama Doktor Alda. Akhirnya dia melihat langsung lak-laki yang diam-diam masih sering diceritakan dan dikagumi wanita cantik itu. Ketiganya duduk di sebuah kursi, di tempat buku-buku Profesor Lambardo disimpan. Di situlah Profesor memulai perbincangan.

“Dalam file tersebut, Pannier mengaku jika dirinya dilibatkan dalam sebuah tim khusus dibawah asistensi langsung PNAC yang bergerak dalam mengembangkan persenjataan biologis dan kimia. Menurutnya, Amerika sangat antusias mengembangkan senjata mematikan yang biaya produksinya sangat murah, tapi memiliki daya rusak yang setara dengan senjata pemusna masal atom. Fort Detrick memang dijadikan pusat pengembangannya. Dan juga yang mengagetkan, Amerika ternyata berhasil mengembangkan satu senjata biologis yang mampu menyerang manusia dari etnis tertentu. Jadi senjata pintar yang mampu memilih sasaran berdasarkan ras manusia itu. Ini benar-benar mengerikan.” (75:2013)

Baca Juga:  7 Siswa SD Antarkan Pamekasan Jadi Juara Umum Festival Tunas Bahasa Ibu se-Jawa Timur 2023

Muda bagi profesor yang banyak menghabiskan buku-buku dan pengalaman, dia yang kaya pengetahuan seketika bisa memunculkan sebuah benang merah isi microchip itu.

Depopulation Program

Sebuah program rahasia yang berangkaat dari keyakinan pagan yang ingin memelihara keselarasan populasi manusia dengan bumi. Hanya saja cara mereka menjaga keselarasan ini benar-benar kehilangan pikir. Mereka ingin bumi hanya dihuni oleh 500.000.0000 orang saja. Sedangkan hasil sensus internasional, manusia di bumi lebih dari Rp6.000.000.000 atau enam miliar rupiah.

Lebih dari itu, Lambardo mengungkapkan kepada Doktor Alda dan George terkait catatan sejarah dunia yang cukup mengguncangkan diwaktu itu yang tidak lepas dari program tersebut. NAZI, sebuah kelompok besar dari Jerman yang diberi suntikan dana dari Amirika, oleh Jorg Lanz (penganut Okultis) dan Margareth Higgins Sanger (pengarang The Birth Control Review) yang terang-terangan di bukunya mendukung program pemusnahan “Ras Lemah” dan memperbanyak “Ras Super” sebagaiman yang dilakukan NAZI dalam programnya Labensborn (program memperbanyak manusia dari darah Aryan). Margareth juga menyatakan jika orang-orang Negro, kulit berwarna, orang-orang lemah, sakit, atau cacat harus dimusnakan. Perlu diketahui bahwa Margareth Higgins Sanger merupakan seeorang rasialis, dan pendiri Gerakan Keluarga Berencana (KB).

IMG-20250502-WA0029
IMG-20250502-WA0027
IMG-20250502-WA0028
IMG-20250502-WA0031
IMG-20250502-WA0030

Dalam keyakinan Okultis ada istilah “Ostara” sebuah perayaan yang digelar diakhir Maret-Mei. Sebuah bentuk pemujaan pengorbanan manusia yang dipersembahkan kepada Dewi Bumi. Seperti penumpahan darah rakyat Irak pada 20 Maret dengan mengebom Baghdad. Dan jelas dalangnya adalah Amirika. (106:2013)

Selain ritual dewi kesuburan kaum pagan, Lambardo juga menyebut nama Henry Kissinger mantan Menlu AS, dia dengan berani telah menyatakan akan menggunakan makanan sebagai senjata pemusna masal. Fakta itu dibuat sendiri oleh Kissinger untuk U.S. National Scurity Council. Dokumen itu bertajuk National Scurity Study Memorandum 200: Implication of Worldwide Population Growth for U.S. Scurity and Oversaes Interests. (108:2013)

Lambardo menanambahi “Bila masih saja ada orang yang menyangga atau tidak percaya dengan program jahat ini. Maka hanya ada dua kemungkinan: mereka sungguh-sungguh bodoh, atau malah menjadi bagian dari program tersebut.” Terang profesor kepada Alda dan George.

Setelah perbicangan yang panjang tersebut, tentu saja microchip itu sangat diburuh pemiliknya. Tentu melibatkan orang-orang elit Gedung Putih, serta menggeret pentolan mafia itali. Hal ini juga memunculkan tokoh-tokoh Freemasonry yang punya kedekatan dengan mafia, yang ikut dirugikan jika dokumen itu bocor. Sudah tidak asing lagi jika tertankapnya orang Mason tidak akan memberikan pengaruh, soalnya mereka punya istilah Omerta sebuah sumpah untuk tutup mulut, dan lebih baik mati ketimbang mengorbankan saudara-saudaranya, maka dari itu usia Paganisme cukup panjang hingga sekarang.

Terorpun terus diterima oleh ketiganya, teror yang paling berat adalah desain mereka. Para pewaris paganis-okulis yang mempertahankan keyakinan itu sepanjang waktu. Apalagi meraka adalah pemilik modal tentu dengan gampangnya memainkan situasi. Perusahaan-perusahaan multinasional yang bergerak dalam hal pangan, medis, laboratorium semuanya punya dekengen media sebagai penipu dunia. Tentu terus menerus mencekoki kesadaran manusia jika produk mereka sehat dan aman, mereka meracuni opini dunia. Padahal fakta yang sebenarnya adalah sebaliknya.

Seperti halnya iklan junkfood, yang menjadi icon adalah produk McDonald’s. yang didesain menarik oleh media, sehinngga banyak orang tertarik.

Baca Juga:  Kisah Asmara Bak Menggambar Lingkaran

“Film dokumenter Super size Me! Sudah membongkar kejahatan itu semua. Aah, kamu pasti belum tahu film hebat itu kan George?” gurau si doktor itu kepada mantan suaminya yang tegang.

Morgan Spurlock merupakan sutradara asal Amirika yang coba meyakinkan banyak orang. Kisahnya berawal dari tahun 2002 ketika Spurlock masih berusia 32 tahun, usai makan malam Spurlock kekenyangan. Ketika itu ada program televisi yang bertajuk “Epidemi kegemukan di Amerika”. Diapun menontonnya dengan serius, dalam layar televisi diceritakan ada dua remaja putri asal New York telah menggugat lestoran McD keduanya fans berat makanan tersebut, nyaris setiap hari keduanya memakan produk McD. Tapi keduanya terasa tidak fit dan sakit-sakitan. Anggapan awal Spurlock mungkin hanya perang dagang semata. Karena selama ini McDonald’s telah memenuhi syarat standar kesehatan internasional.

Nah dari situlah Spurlock penasaran, dan menantang dirinya sendiri sebagai aktornya. Dia kemudian menyiapkan beberapa dokter sebagai pakar nutrisi dan laboratorium. Selama sebulan Spurlock hanya memakan dan meminum produk McD saja, tanpa yang lain. Dan apa yang terjadi, berat badan Spurlock naik hingga 11,25 Kg, tidak itu saja, Spurlock juga mengalami kondisi badan yang tidak karuan, cepat lelah, sering pusing, jatung berdebar, gula darah dan kolestrolnya juga naik. Tapi berkat eksperimenya, Spurlock mendapat banyak penghargaan dikanca internasional.

Setelah pembicaraan itu usai, dan memunculkan beberapa keganjalan kasus pembunuhan rekan-rekannya yang jelas desainan, mereka bertiga memutuskan untuk ke Indonesia untuk bersembunyi. Merakapun akhirnya tancap gas ke bandara yang ada di Milian. Di tengah perjalanan mereka sadar bahwa ada yang mengikuti, hal itu terjadi saat Doktor Alda selesai memesan tiket pesawat lewat online. Dari sanalah keberadaan mereka bisa terdeteksi.

Atas kecerdasan George, mereka bisa meloloskan diri, dan memutar rencana pergi ke suatu tempat yang ada di Parma. Tempat tinggal Profesor Contrada, yang merupakan teman dekat Profesor Lambardo. Profesor Contrada kemudian mengcopy isi microchip menjadi empat file dan dibahas di ruang rahasia, yang tidak lain adalah perpustakaan pribadinya. Dalam memulai perbincangannya Contrada menyebut bahwa dalam rahasia microchip tersebut bisa disimpulkan menjadi tiga rahasia besar.

Pertama, Politik Depopulasi menjadi prioritas utama, yang tentunya ada keterlibatan Iluminaty, PNAC, Bilderberger, Trilateral Commission, Tavistock, Club of Rome, Bohemian Groove, dan lainnya. Dalam microchip tersebut juga terang-terangan akan diluncurkan di masa Presiden Jimmy Carter.

Kedua, Codex Alimentarius merupakan kuda tunggangan bagi depopulation, nyaris disemua produk pangan yang dijual bebas telah disusupi bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia. Seperti MSG (Mono Sodium Glutamat), Aspartame, Siklamat dan sebagainya. (232:2013)

Ketiga, Amerika Berhasil Mengaktifkan Senjata Biologis Pintar, semacam senjata yang bisa memilih mana korbannya, senjata biologis yang mampu membaca DNA manusi. Tidak itu saja poin ketiga ini arahnya ke vaksin, obat penyembuh namun lebih berbahaya dari penyakit itu sendiri. Tentu saja vaksin merupakan pekerjaan WHO.

Setelah diskusi dilakukan, mereka berempat memutuskan untuk mengunggah file rahasia di internet, biar semua orang bisa membacanya dengan bebasnya. Akhirnya setelah pengunggahan rumah Profesor Contrada menjadi sasaran para pembunuh bayaran. Dan akhirnya Profesor Contrada dan Profesor Lambardo menjadi korban dalam aksi tersebut. Doktor Alda dan George selamat, dengan kepandaian strategi anggota khusus SAS, George mampu membunuh musuhnya satu demi satu. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk ke Indonesia memulai hidup baru.

Di akhir halaman Rizki Ridyasmara juga menuliskan para saintis dunia yang meninggal secara tidak wajar. tidak itu saja, dalam novel ini juga mencantumkan rilis FDA bahaya Asparin, sejumlah vaksin populer, serta beberapa penyedap rasa mengaandung MSG.

*Peresensi merupakan Alumnus Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Trunojoyo Madura.