MEDIAJATIM.COM, Jember – Pilkada Jember saat ini tengah memasuki masa kampanye. Kesenian dan nasib pelaku seni kerap kali menjadi materi kampanye untuk meraih simpati massa, bahkan tak jarang para pasangan calon (Paslon) mengklaim sebagai pihak yang paling peduli terhadap nasib para seniman.
“Kalau boleh bicara, sedih melihat nasib seniman hanya dibicarakan saat momen-momen tertentu saja. Apalagi pas ketika sarat kepentingan,” kata Den Gus Yeyen kepada Media Jatim, Selasa (20/10/2020).
H. Agus Abdul Majid atau akrab disebut Den Gus Yeyen, adalah praktisi dan pelaku seni yang hampir lima tahun ke belakang ini keliling Jember untuk menginventarisir dan mengarsipkan karya kesenian lokal untuk kepentingan bukunya. Tidak hanya yang berbasis tradisi namun juga seni modern dan populer.
Saat ini, ia tengah menyelesaikan buku yang akan menjadi diskografi perjalanan identitas kesenian Jember tersebut. Naskah yang sudah setengah jalan ditulisnya itu, rencananya juga akan diaplikasikan dalam platform media visual.
“Ya, nantinya saya juga dibantu kawan untuk membuat dokumenter perjalanan dari pekerjaan ini,” tambahnya.
Pria yang sukses memiliki usaha kuliner hingga membuka berbagai cabang di Jember ini, juga menyoroti nasib seniman di Jember. Dikatakannya, mayoritas seniman di Jember masih jauh dari apresiasi dan atensi atas hasil karyanya. Produk budaya yang populer saja masih cukup susah untuk eksis, apalagi nasib seni tradisional yang sangat kekurangan ruang eksistensi berupa panggung dan penghargaan.
“Dari berbagai diskusi yang saya lakukan dengan para seniman ini, mereka itu hanya butuh ruang aktualisasi diri untuk mengembangkan potensinya dan syukur-syukur bisa dapat panggung untuk hidup dari sana,” jelas Den Gus Yeyen dengan nada tinggi.
Den Gus Yeyen menyayangkan Paslon tiba-tiba muncul dan menyatakan dirinya paling peduli terhadap nasib seniman. Meski demikian, ia mengaku bersyukur karena biasanya pada masa Pilkada seperti ini, banyak bermunculan panggung-panggung untuk para seniman mendapatkan “job”. Hanya saja, esensinya tidak sekadar bersifat seremonial.
“Saran saya, cari Paslon yang memang peduli nasib seniman, bahkan jauh sebelum masa kampanye ini berlansung. Sudah waktunya seniman tidak cuma jadi hiasan kepentingan,” pungkasnya.
Reporter: Aryudi A Razaq
Redaktur: Sulaiman