IAIN Madura Tambah Doktor Lagi di Tengah Pandemi

Media Jatim

MEDIAJATIM.COM | Pamekasan – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura mendapatkan nikmat akademik di tengah Pandemi Covid-19 berupa tambahan dosen bergelar doktor, Heni Listiana, Dosen Fakultas Tarbiyah kampus berlokasi di Jalan Panglegur KM. 4 Pamekasan tersebut.

Heni, sapaan akrabnya, membungkus hasil penelitian untuk disertasinya dengan judul ‘Analisis Konsep Neurosains Spiritual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Siswa Sekolah Dasar’ dari teori Neurosains Spiritual: Studi Panjang menuju Manusia Sempurna melalui Pendidikan. Dia dikukuhkan pada pekan pertama (4/12/2020) lalu di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.

“Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk bisa lulus kuliah”. Mungkin ini ungkapan yang cocok untuk menggambarkan studi doktor yang dia jalani.

“Butuh waktu 7 tahun untuk bisa menyelesaikannya. Alasan yang bisa dijadikan pembenaran adalah kemalasan. Tentu tindakan ini tidak patut dicontoh,” katanya kepada Media Jatim, Selasa (15/12/2020).

Dia menuturkan, ternyata tahun 2020 adalah batas akhir masa studi yang diberikan oleh Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. Pada tri semester pertama, wabah virus covid-19 melanda negeri ini. Sebab wabah inj, tambahnya, hidup menjadi terbatas. Pemerintah meminta masyarakat melakukan pembatasan fisik dan sosial untuk mencegah penularan virus yang belum ditemukan vaksinnya.

“Hampir seluruh warga dunia merasakan kedahsyatan amukan virus ini. Pembatasan fisik dan sosial ini, membawa berkah kepada studi doktor saya,” terangnya.

Menurutnya, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan oleh Pemerintah merubah pergerakan kehidupan masyarakat. Semua bidang kehidupan berubah, termasuk dalam hal pendidikan dan pembelajaran. Semua dilakukan secara online. “Disinilah titik terang studi yang saya dapati. Sejak diberlakukan PSBB, saya melakukan semua pekerjaan dari rumah. Mulai mengajar mahasiswa sampai konsultasi disertasi kepada para promotor atau pembimbing disertasi.

“Saya mensyukuri berbagai fasilitas yang diberikan oleh Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. Mulai dari daftar tahapan ujian, proses pembayaran biaya pendidikan di BTN kampus, sampai pelaksanaan ujian terbuka. Semua serba online,” ungkap Heni.

“Studi yang panjang ini akhirnya mengantarkan saya kepada tema besar penelitian yang telah saya rancang sejak 2014 lalu yaitu Neurosains Spiritual. Sebuah subdisiplin ilmu yang mempelajari spiritualitas manusia dari sudut pandang ilmu syaraf (Neurosains),” paparnya.

Baca Juga:  MKK, Santri Bata-Bata Borong Dua Piala

Ada tiga variabel kajian yang dilakukan Heni, yaitu: Neurosains Spiritual, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dan Siswa Sekolah Dasar. Beberapa alasan untuk mengangkat tema ini adalah: Pertama, Masih minimnya studi/penelitian tentang Neurosains Spiritual. Artinya bidang ini membuka kesempatan yang luas untuk diteliti. Kedua, Ketertarikan saya pada bidang spiritualitas, laku yang akan mengantarkan manusia pada Tuhan sebagai penyebab utama adanya alam semesta.

Ketiga, Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang bersangkutpaut dengan ajaran agama. Mata pelajaran ini memiliki dua karakteristik, yaitu berkaitan dengan keyakinan (aqidah) dan materi-materi agama. Keyakinan kepada Allah SWT ini jelas sekali berhubungan dengan spiritualitas.

Keempat, Otak bekerja dengan menggunakan sistem sirkuit. Dalam spiritualitas, ada operator tersendiri yang disebut dengan Operator Neurospiritual (ONS). ONS terdiri dari Corteks Prefrontal (CPF), Area Asosiasi (AA), Sistem Limbik (SL), dan Sistem Saraf Otonom (SSO). Kelima, Siswa Sekolah Dasar. Siswa adalah manusia dan manusia adalah makhluk spiritual. Pada usia sekolah dasar anak-anak sedang berada pada masa maksimal perkembangan otaknya. Pendidikan agama secara formal baru dikenalkan pada sekolah dasar. Harapan akhir sebagai penikmat spiritual adalah lahirnya manusia yang tiada takut dan sedih dalam menghadapi masalah dunia ini.

“Ada Allah SWT Penguasa takdir setiap makhluk-Nya. Sejalan dengan ayat QS Yunus: 62 “Ala inna auliya allahi la khoufun ‘alaihim wa la hum yahzanun” artinya yang artinya : Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati,” jelasnya.

Setelah pergulatan yang lama, kata Heni, akhirnya dia mampu menyampaikan temuan penelitian pada ujian promosi doktor pada 04 Desember 2020.

Dari penelitian itu, lanjut Heni, dia mendapti temuan di lapangan, antara lain: Saat ini pembelajaran harus mengadopsi temuan neurosains. Pembelajaran sangat membutuhkan pengetahuan tentang kerja otak. Neurosains telah mengkaji spiritualitas manusia, sebagai salah satu potensi yang luhur. Pendidikan berusaha mengembangkan semua potensi yang ada pada diri manusia.

Pembelajaran pendidikan agama Islam sebagaimana diketahui, katanya, bertujuan untuk menjadikan muslim menjadi hamba yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Dalam neurosains, pada usia sekolah dasar terjadi perkembangan-perkembangan pada bagian otak. Corteks Prefrontal berada pada lobus frontal, (yang menjalankan fungsi eksekutif), Area Asosiasi (sebagai distributor pada semua jaringan) , Sistem Limbik (pengendali emosi), dan Sistem Saraf Otonom (penjaga fungsi-fungsi dasar kehidupan) dapat distimulasi sejak dini melalui pembelajaran dengan menggunakan konsep neurosains spiritual. Jenis penelitian yang dilakukan Heni adalah pustaka dengan analisis isi konten berupa analisis deskriptif. Metode penelitian menggunakan sumber primer berupa bibliografi dan artikel jurnal ilmiah.

Baca Juga:  Peduli Leluhur, OSIS Yaspimu Data Arwah Keluarga Murid dan Guru

“Hasil penelitian ini menunjukkan: Pertama, Konsep neurosain spiritual dalam pembelajaran pendidikan agama Islam untuk siswa sekolah dasar adalah sebuah usaha mengkaji pembelajaran pendidikan agama Islam melalui Operator Neurospiritual (ONS) dengan mempertimbangkan perkembangan otak anak sekolah dasar. Kedua, Neurosains spiritual berpijak pada seluruh aspek aktivitas pembelajaran yang dimulai dari potensi fitrah manusia yaitu sistem saraf (neurosains). Konsep ini dibangun berdasarkan pada landasan pendidikan filosofis, religius, psikologis, sosiologis dan neurofisiologis,” papar Heni.

Kelima landasan ini, tambahnya, saling terintegrasi dalam tiga komponen utama pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu jaringan saraf, kompetensi, dan motivasi instrinsik-ekstrinsik. Operator Neurospiritual menggerakkan ketiga komponen utama tersebut untuk mencapai konsep neurosains spiritual dalam pembelajaran pendidikan agama Islam untuk siswa sekolah dasar.

“Kini tunai sudah saya menempuh pendidikan di bangku kuliah. Sempurna sudah saya menempatkan gelar akademik melalui pendidikan. Namun, masih ada tantangan yang harus ditaklukkan setelah proses ini. Yaitu mendalami, menggumuli, mengembangkan temuan Neurosains Spiritual untuk pendidikan dan pembelajaran,” jelasnya.

Kata Heni, penelitian awal ini adalah penelitian kepustakaan. Butuh berbagai penelitian lanjutan untuk mengimplementasikannya baik berupa pengembangan kurikulum, tujuan dan perencanaan pembelajaran, strategi dan evaluasi pembelajaran.

Dia berharap, dari penelitian Neurosains Spiritual ini dapat mengantarkannya pada titik pengukuhan guru besar di IAIN Madura.

Rektor IAIN Madura, Mohammad Kosim, bersyukur atas pencapaian akademik Heni. Dia bilang, dengan dikukuhkannya Heni sebagai dosen doktor, dapat memberikan semangat baru bagi dosen yang lain dan mahasiswa untuk bisa meniru jejak Heni.

“IAIN Madura secara kelembagaan bersyukur dengan gelar doktor yang dicapai Bu Heni. Semoga dosen kampus tercinta ini dan tentu mahasiswa dapat meniru jejak beliau. Selamat untuk Bu Heni,” tuturnya, Selasa (15/12/2020).

Reporter: Gafur

Redaktur: Zul