MEDIAJATIM.COM | Sampang – Perlu tim khusus berisikan 9 ulama khas guna melakukan istikharah dan istisyarah. Hal tersebut terkait ikhtiar Madura Provinsi.
Demikian ditegaskan KH Sam’an Isma’il dalam rapat koordinasi Koordinator Daerah (Korda) Nahdlatul Ulama (NU) Madura Raya di Pondok Pesantren Al-Mahmudiyah, Dusun Bandungan, Desa Tanggumong, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Madura, Selasa (15/12/2020).
“Karena dari sebelum didirikan, NU sudah terbiasa meminta petunjuk langit selain berikhtiar membangun kekuatan di bumi,” tutur Wakil Katib PCNU Bangkalan ini.
Menyikapi wacana Madura menjadi provinsi, Korda NU Madura Raya memiliki beberapa alternatif pemekaran wilayah.
Pertama, Kabupaten Pamekasan dimekarkan menjadi dua wilayah, perkotaan dan pegunungan; kedua, Kabupaten Sumenep dibuat wilayah tersendiri untuk daerah kepulauan; dan yang terakhir sepanjang jalur pantai utara Madura menjadi wilayah pemekaran lainnya.
Namun, sebelum melangkah jauh ke sana, beberapa usulan dan masukan diajukan oleh peserta rapat koordinasi.
Salah satunya dari Ahmad Saheri selaku perwakilan dari PCNU Sumenep. Dia meminta untuk mengkaji kembali secara mendalam dari berbagai sektoral.
“Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mengadakan sebuah acara seperti lokakarya,” usul Saheri, demikian dia biasa disapa.
Wacana Madura Provinsi harus dipastikan merupakan kehendak elit semata atau benar-benar ada keinginan kuat dari akar rumput, imbuh Wakil Sekretaris PCNU Sumenep tersebut.
Terkait pemekaran wilayah, KH Muhammad Makki Nasir menganalogikan bahwasanya NU membangun sebuah irigasi yang memiliki saluran air hingga ke persawahan.
“NU ini sedang membangun sebuah irigasi besar, maka tentunya harus memiliki saluran air yang mampu mengairi persawahan,” tutur kiai yang akrab disapa Ra Makki tersebut memberikan tanggapan.
Maka dari itu, lanjut Ra Makki, membariskan pengurus tidak kalah pentingnya agar lebih sibuk membangun ke dalam daripada sibuk membahas masalah eksternal.
Sebelum memungkasi rapat koordinasi, ketua Korda NU Madura Raya kembali menegaskan bahwa menjadi seorang kiai tidak cukup pintar. Namun, juga harus cerdas dengan melatih kepekaan diri.
“Peka terhadap peluang itu penting. Namun, peka terhadap potensi masalah jauh lebih penting”, tutup Ra Makki.
Reporter: Ist
Redaktur: Zul