Oleh: Aryudi A Razaq*
Munculnya virus Corona di Indonesia tidak hanya mengincar nyawa manusia, namun juga menjadi mimpi buruk bagi keberlangsungan sektor lain, misalnya sektor ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Sektor inilah yang paling kita rasakan sebagai ‘korban’ keganasan virus yang berasal dari China tersebut. Pasalnya, pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah untuk menghambat transmisi penyebaran Corona, membuat kegiatan masyarakat cukup dibatasi, sehingga berdampak pada kegiatan dan kehidupannya.
Hampir semua acara dianjurkan dilakukan secara virtual untuk menghindari kontak langsung atau tatap muka antar sesama manusia.
Dalam kondisi yang serba terbatas ini, muncul pertanyaan bagaimana cara kita mengelola media dakwah agar tetap eksis di masa pandemi. Pertanyaan ini penting karena dakwah tidak boleh vakum di tengah terjangan corona yang cukup mengkhawatirkan ini. Dalam kondisi apapun, masyarakat tetap butuh bimbingan, pencerahan, siraman rohani, dan sebagainya.
Dakwah merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan kepada masyarakat. Saat ini, sejak masa pandemi, telah terjadi transformasi dalam kegiatan dakwah. Kegiatan dakwah yang biasanya dilakukan secara klasik atau tatap muka antara dai dan mad’u, sekarang berubah melalui platform media sosial Daring yang tersedia.
Oleh karena itu, keberadaan media dakwah menjadi sangat penting sebagai salah satu alternatif untuk tetap menjaga kontinuitas dakwah itu sendiri.
Sesungguhnya, kondisi saat ini boleh dikata cukup menguntungkan bagi media online. Kenapa? Pertama, untuk menyampaikan dakwah dan membaca konten media online, kita bisa langsung mengklik, Tanpa perlu kontak dengan orang lain sehingga tidak memicu penularan Corona.
Kedua, selama masa Corona ini, media sosial semakin diminati, konsumsi masyarakat terhadap media sosial semakin tinggi, sehingga web dakwah dan konten-kontennya bisa jadi juga kecipratan berkahnya, yaitu semakin ramai dikunjungi pembaca.
Namun persoalannya adalah bahwa saat ini media online begitu banyak, sehingga akan terjadi persaingan yang cukup ketat. Yaitu persaingan untuk dikunjungi pembaca. Oleh karena itu, pengelola media dakwah, perlu meningkatkan performa tulisannnya dengan memperbaiki konten, membuat judul yang semenarik dan sebagainya. Jika tulisan tersebut berupa news (berita), kita perlu memenuhi kaidah jurnalitik 5 W 1 H, dan ditulis dengan bahasa standar Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indensia (PUEBI). Jika tulisan tersebut berupa opini atau artikel, maka disajikan dengan gaya bahasa yang memukau dan pendalaman materi, investigasi.
Jadi itu, salah satu kiat untuk membuat tulisan yang bagus, sehinga tulisan dakwah kita disukai orang.
Namun di atas semua itu, secara umum, konten-konten dakwah kita harus mengacu kepada surat An-Nahl ayat 125, yang intinya Allah menyerukan kepada kita untuk menyampaikan dakwah dengan kalimat yang baik. Kalaupun kita harus menyikapi suatu masalah atau membantah tuduhan misalnya, maka tentu harus menggunakan bahasa yang santun.
Dakwah adalah satu kaharusan. Masing-masing kita diberi tugas untuk meyampaikan dakwah walaupun hanya satu ayat. Indonesia saat ini menghadapi ujian yang sangat berat. Yaitu munculnya kelompok radikal yg terus-menerus berusaha menggerogoti NKRI. Mereka bergerak dalam kesenyapan, bahkan sudah mulai terang-terangan. Mereka melakukan propaganda di tengah-tengah masyarakat agar masuk dalam barisan mereka untuk dijadikan ‘pejuang kebenaran’ dengan janji imbalan surga. Mereka lihai memanfaatkan media sosial sebagai corong kampanyenya untuk mempoganda masyarakat dengan bungkus agama.
Oleh karena itu, kita wajib mengimbanginya dengan konten-konten yang sejuk dan damai untuk meningkatkan imunitas masyarakat dari pengaruh kaum propagandis itu. Dakwah adalah mengajak masyarakat kepada kebaikan, bukan menyeret mereka dalam jurang kebencian. Dakwah harus disampaikan dengan cara yang benar, bukan dengan garang, hanya untuk mengejar ketenaran.
*) Penulis adalah Redaktur NU Online.
**) Disampaikan dalam Webinar Nasional yang digelar Fakultas Dakwah IAIN Jember tanggal 16 Desember 2020.