InShot_20250612_093447937

Peserta Tertua Diklatsar Banser Kadur Ternyata Seorang Pebajak Sawah

Media Jatim
Rofi'e (berseragam loreng), peserta Diklatsar Banser Angkatan XII saat mengikuti kegiatan di luar ruangan. (Foto: Ist)

MEDIAJATIM.COM | Pamekasan – Selalu ada hal yang menarik untuk menjadi perbincangan dalam setiap gelaran Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) Barisan Ansor Serbaguna (Banser), mulai dari diikuti penyandang disabilitas, orang yang berpendidikan tinggi, hingga orang yang lanjut usia sekalipun.

InShot_20250611_121708493
InShot_20250611_121725186
InShot_20250611_121808313
InShot_20250611_121920141
InShot_20250611_121834221

Seperti yang terjadi pada Diklatsar Angkatan XII Kabupaten Pamekasan yang diselenggarakan PAC GP Ansor Kecamatan Kadur, Jumat-Senin (25-28 September 2020), di Yayasan Miftahul Ulum, Kertagena Tengah, Kadur, Pamekasan.

InShot_20250611_121151641

Saat pendidikan yang diproyeksikan untuk mencetak kader pengawal ulama itu, salah satunya diikuti oleh seorang yang kesehariannya bekerja sebagai pembajak sawah. Ia bernama Rofi’e dengan usia 51 tahun.

Pria yang sudah tidak muda lagi itu mengaku dirinya mantap mengikuti Diklatsar karena ingin mewujudkan mimpi lamanya yang belum tercapai, yakni menjadi bagian dari korp yang dikenal dengan Tentara Nahdlatul Ulama (TNU) tersebut.

Baca Juga:  Selama 2019, Target Produksi Perikanan Tangkap di Pacitan Tak Maksimal

“Alhamdulillah, saya masih ditakdirkan bisa mengikuti Diklatsar, ini keinginan lama saya,” ujar Rofi’e, Selasa (29/12/2020).

Rofi’e bercerita, keinginan untuk menjadi anggota Banser ini timbul sejak tahun 2016 silam, saat dirinya masih merantau ke negeri Upin dan Ipin, Malaysia. Namun, pria asal Pamoroh ini baru memiliki kesempatan untuk mengikuti Diklatsar di penghujung tahun 2020.

“Sebenarnya dari dulu saya ingin mengabdikan di Banser. Tahun 2016 pernah ada Diklatsar, tapi saat itu saya masih merantau ke Malaysia,” jelas peserta tertua di Diklatsar ke-XII Banser Pamekasan tersebut.

Dari saking bersemangatnya, Pak Rofi’e, sapaan akrabnya, telah menyiapkan segala bentuk persyaratan mengikuti Diklatsar dari jauh-jauh hari. Bahkan untuk uang pendaftarannya, sengaja disisihkan khusus dari hasil bekerja memajak sawah orang.

“Sejak saya mendengar ada Diklatsar dari ponakan, saya langsung bersiap diri, termasuk uang pendaftaran yang saya siapkan dari hasil bekerja memajak sawah orang,” ungkap Pak Rofi’e.

Baca Juga:  Petani Pamekasan Ikut Panen Raya Serentak, DKPP Target 176.111 Ton Padi di 2025

Kecintaannya terhadap Nahdlatul Ulama (NU) menjadi pendorong utama dalam keinginannya menjadi anggota Banser. Hal itu terlihat selama kegiatan berlangsung, Pak Rofi’e sukses mengikuti semua rangkaian materi yang disiapkan panitia.

“Sebenarnya di hari kedua, saya sempat merasakan pusing, namun saya berusaha untuk tetap kuat. Karena pengawal ulama tidak boleh lemah dan yang terpenting, saya tidak boleh kalah dengan peserta lain yang masih muda-muda,” cerita Pak Rofi’e sambil tersenyum.

Dirinya merasa sangat puas lantaran tidak satu pun materi yang terlewatkan, hingga puncaknya resmi dibaiat menjadi anggota Banser. Ia berjanji, sejak resmi dibaiat akan selalu siap berkhidmat menjadi benteng penjaga Nahdlatul Ulama dan NKRI.

“Saya siap dipanggil kapanpun kalau dibutuhkan untuk Ulama, NU dan NKRI. Jika sekalipun ada garapan untuk memajak sawah orang, saya siap tinggalkan. Persoalan rezeki sudah ada yang mengatur,” paparnya meyakinkan.

Reporter: Zul

Redaktur: A6