Hasil Kajian Ilmiah, Doktor Geoteknik Unira Sebut Longsor Bisa Diantisipasi dengan Tiga Cara

Media Jatim
Kajian Ilmiah Longsor
(Ongky Arista UA/Media Jatim) Rektor Unira Faisal Estu Yulianto menggambar skema dan cara kerja inclinometer longsor.

Pamekasan — Kota Gerbang Salam masuk daerah rentan longsor. Sebab, kontur tanah di beberapa kecamatan naik turun atau dipenuhi bukit dan lereng.

Kendati demikian, longsor bukan sesuatu yang harus ditakutkan. Sebab, pergeseran tanah tersebut bisa dicegah dengan tiga cara.

Rektor Universitas Madura (Unira) Faisal Estu Yulianto menerangkan, longsor itu terjadi hanya bila musim hujan atau saat tanah bertambah bebannya.

“Apa kemarau bisa longsor? Bisa, tapi kalau terjadi gempa bumi,” paparnya kepada mediajatim.com, Senin (9/1/2023).

Faisal mengatakan, beban tanah saat diguyur hujan bertambah, dan oleh sebab itulah, longsor di wilayah lereng bukit atau tebing bisa terjadi saat hujan lebat atau pascahujan lebat.

“Jika hujan deras, lalu ada pergerakan tanah, ada retakan, maka retakan itu wajib ditutup agar tidak kemasukan air,” tuturnya.

Baca Juga:  Dewan Pendidikan Sampang 2023-2028 Dikukuhkan, Bupati Slamet Junaidi Titip Peningkatan IPM

Penutupan area retak ini bisa dengan geo membran, semen, plastik atau benda apa pun yang bisa menutupi retakan tersebut.

“Ini langkah pertama, kalau retakan gak ditutup, kemasukan air hujan, maka tanah akan ambrol, karena karakter tanah saat kena air kekuatannya akan melemah, dan beban tanahnya sendiri bertambah di sisi lain,” paparnya.

Kedua, lanjut Doktor Teknik Sipil Bidang Keahlian Geoteknik ITS Surabaya itu, warga yang berada di sekitar lereng bukit, untuk menancapkan bambu mati di bagian kaki lereng atau tebing tanah.

“Tujuannya, sebagai tanda atau inclinometer, dan jika bambu itu sudah posisinya miring, berarti tanah di lereng itu sudah bergerak, maka warga di atas lereng harus hati-hati dan mulai mengevakuasi diri,” jelasnya.

Baca Juga:  Kantor Dinas PUTR Sumenep Jadi Tempat Karaokean, Warga Sekitar Jadi Saksi hingga Tengah Malam!

Warga bisa segera berpindah ke lokasi lain yang lebih aman atau bisa segera mencari titik retakan dan menutupinya bila memang ada retakan.

“Ketiga, ditanami rumput vetiver di bagian lereng-lerengnya, karena rumput ini akarnya mencengkeram ke bawah hingga delapan meter, dan akarnya bisa menahan longsor,” bebernya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun mediajatim.com, harga biji rumput vetiver ini sekitar Rp250 ribu per kilogram.

Dia menyebut, masyarakat yang tinggal di sekitar tebing bisa menyiasati dengan rumput tersebut karena tidak banyak memakan biaya.

Selebihnya, Faisal berharap, masyarakat bisa melakukan antisipasi-antisipasi yang terukur dan jelas.

“Sebab, kata waspada kepada masyarakat tidak cukup, masyarakat harus diberikan pemahaman utuh sehingga bisa benar-benar mengambil tindakan pencegahan,” pungkasnya. (*/ky)