Bangkalan — Angka penyebaran stunting pada anak dan balita di Bangkalan masih tinggi. Dalam berita mediajatim.com sebelumnya, 1.931 balita di kota ujung barat pulau Madura ini terpapar stunting.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Bangkalan Aris Budiarto mengungkapkan, penanganan stunting pada anak dan balita perlu keterlibatan semua pihak, tidak hanya Dinkes, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya.
“Dinkes ini hanya melakukan penanganan langsung, jika dipresentasekan mungkin hanya 30%, sedangkan 60% lainnya tersebar di sejumlah OPD,” tuturnya, Senin (30/1/2023).
OPD tersebut, kata Aris, antara lain, Dinas Sosial, Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KBP3A), Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pendidikan, Dinas Perikanan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, bahkan juga Kementerian Agama.
“Semua OPD ini punya perannya masing-masing, salah satunya misal, penyediaan air bersih, peningkatan gizi dari olahan ikan, kemudian juga gizi pangan yang cukup, ini semua berpengaruh,” ulasnya.
Aris menilai, selama ini Dinkes hanya melakukan penanganan sendiri, padahal usulan untuk bersama-sama menangani penyebaran stunting di Bangkalan sudah disampaikan ke semua OPD yang bersangkutan.
“Stunting ini umumnya karena kekurangan gizi, jika tak dilakukan pencegahan hingga lewat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau usia dua tahun bayi dan balita, maka akan sulit ditangani,” ulasnya.
Apalagi, lanjut Aris, kesadaran ibu hamil untuk datang ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) masih kurang. Masyarakat masih merasa itu hanya menjadi tugas bidan desa, dan tidak ada hubungannya dengan tumbuh kembang anak.
“Ini terjadi karena kurangnya kepedulian pemerintah desa untuk mendorong masyarakatnya, sehingga masyarakat kurang antusias,” tutur dia.
Senada dengan Aris, Kabid Ketahanan dan Kesehatan Masyarakat Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKBP3A) Bangkalan Trisna Hadi Pranata juga mengaku sepakat bahwa penanganan stunting harusnya memang fokus pada pencegahan.
“Penanganan stunting di Bangkan itu harus diprioritaskan pada pencegahan, karana kalau sudah terlanjur dan terkena, akan sulit ditangani, makanya kami lakukan pendampingan sejak usia remaja,” ulasnya, Senin (30/1/2023).
Menurut Hadi, penyebab lain yang juga membuat angka penderita stunting di Bangkalan sulit untuk ditekan adalah pernikahan dini. Karena saat orang tua anak belum siap karena faktor umur, tentu akan berdampak pada janin.
“Kami pernah bersama dengan kantor Kementerian Agama di daerah melakukan pendampingan dan pembinaan ke siswa-siswi SMA yang memasuki usia menikah agar siap, baik secara fisik dan biologisnya,” pungkasnya.(hel/faj)