Display 17 Agustus _20240829_131215_0000

Balita Suspek Campak Naik Drastis, Dinkes Keluhkan Anggaran Penanganan yang Dipangkas 50 Persen

Media Jatim
Campak
(Dok. Media Jatim) Petugas Puskesmas Socah menyosialisasikan gejala dan penanganan campak pada orang tua yang memiliki anak dan balita di bawah usia 10 tahun, di Desa Keleyan, Kecamatan Socah, Selasa (31/1/2023).

Bangkalan — Kasus campak di Bangkalan melonjak drastis. Jika per bulan pada 2022 lalu rata-rata 11 kasus, pada Januari 2023 sudah ditemukan 27 balita berusia di bawah 10 tahun suspek campak.

Banner Iklan Media Jatim

Kepala Seksi (Kasi) Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Bangkalan Siska Damayanti mengungkapkan, penderita campak melonjak drastis pada tiga minggu pertama.

“Hanya dalam waktu tiga minggu saja kami dapat laporan 27 balita menderita campak. Jumlah ini cukup mengkhawatirkan, karena sepanjang tahun 2022 hanya ditemukan 140 kasus,” ungkapnya, Selasa (31/1/2023).

Baca Juga:  DLH Jawa Timur Tinjau 6 SD di Pamekasan yang Lolos Uji Macro Excel Adiwiyata Provinsi

Jika penularan terjadi pada ibu hamil berusia di bawah 16 minggu, lanjut Damayanti, maka risiko terbesarnya akan merusak pertumbuhan janin yang masih dalam kandungan dan akan mengakibatkan bayi lahir cacat.

IMG-20240908-WA0006
IMG-20240908-WA0007
IMG-20240907-WA0007

“Misalnya, bayi yang dilahirkan akan cacat seperti jantung bocor dan kelainan pada mata. Itu yang mengkhawatirkan dan membuat campak menjadi program prioritas pemerintah sebab risikonya lebih tinggi jika menular ke ibu hamil,” bebernya.

Meskipun menjadi prioritas, untuk menekan angka penderita campak ini pihaknya mengaku kesulitan karena faktor anggaran.

Baca Juga:  Setelah Bangkalan Terapkan UHC, Penanganan Kesehatan ODGJ dan PMKS Malah Sulit Terakomodir

Pada 2023 ini, tambah Damayanti, pihakhnya hanya kebagian Rp100 juta untuk mengatasi segala jenis penyakit pada anak, termasuk campak dan difteri.

“Kalau dulu, kami kebagian Rp200 juta, cuman sekarang turun hingga 50 persen menjadi Rp100. Anggaran itu hanya untuk telusur kasus dan pengambilan sampel, kalau vaksinnya sudah disediakan gratis oleh pemerintah,” tutupnya.(hel/ky)