Annisa Zhafarina Qosasi bukan orang baru di arena sepak bola dan, dia tidak dijatuhkan dari langit.
Pengalaman bersama Madura United telah menempanya untuk memahami sepak bola, dan bukan hanya urusan kalah dan menang.
Nisa, demikian ia dipanggil, adalah putri satu-satunya Achsanul Qosasi, pemilik Madura United–klub yang bermarkas di Pamekasan, Madura.
Perempuan kelahiran Surabaya, 13 April 1995 itu, mencintai sepak bola karena di sana ia tidak hanya melihat ada cinta dan kasih sayang, tapi juga kegembiraan, kesejukan, kedamaian di dalamnya.
Minggu lalu saya kembali bertemu Nisa di MyTen Coffee & Eatery, cafe miliknya di Senayan Park Mall di Jalan Gerbang Pemuda, Senayan.
Bertemu Nisa–saya tidak ragu untuk mengatakan dia adalah wanita cerdas, mudah beradaptasi, berani, dan energik–pasti ngobrol bola.
“Aku sekarang sudah menjadi Direktur Utama di Madura United, bang Yon, ” kata Nisa, membuka obrolan.
“Sejak kapan,” kata saya, terkejut. Saya menduga Nisa pasti tahu bahwa saya pura-pura terkejut dengan melempar pertanyaan ini.
“Dua minggu lalu,” kata Nisa.
Sebelum menjadi CEO, sejak 2018, Nisa dipercaya pemilik sekaligus Presiden Madura United Achsanul Qosasi, sebagai Chief Operating Officee (COO) Madura United.
Hari ini, Kamis (16/1/2023), di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI digelar dan, Nisa hadir sebagai satu dari 87 pemilik suara.
Nisa adalah pemegang UEFA Certificate of Football Management pada 2019, dan ia telah menjalani pendidikan di Swiss dan London, dan kepada saya dia mengaku tidak paham politik sepak bola.
Dan, jika hari ini dia harus hadir, Nisa hanya akan berpegang pada pesan papanya agar memilih sesuai hati nuraninya.
Satu suara untuk ketua umum yang diperebutkan lima orang, wakil ketua umum 16, dan anggota Exco 55, Nisa sangat menyadari satu suaranya tidak akan berarti bagi 15 orang yang nantinya duduk sebagai Executive Committee di federasi.
Tapi, satu suara yang hari ini ia berikan, setidaknya memberikan harapan padanya agar sepak bola segera baik-baik saja, siapa pun yang berada di sana.
Satu suara yang ia titipkan itu….(*)
(*) Penulis adalah Yon Moeis, bernama lengkap Meiriyon Moeis. Dia lahir 1 Mei 1960. Dia seorang tokoh olahraga Indonesia. Bersama beberapa tokoh lainnya, ia merupakan penggagas Liga Primer Indonesia (LPI) yang sempat bergulir selama satu musim pada tahun 2011 ketika terjadi kisruh dalam tubuh PSSI.