Sumenep, mediajatim.com — Rencana pembangunan tambak garam di Desa Gersik Putih, Gapura, Sumenep, mendapat protes dari warga setempat. Mereka mendatangi kantor kepala desa untuk menyampaikan aspirasi penolakannya, Minggu (19/2/2023).
Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi Herman Wahyudi menyampaikan, sikap protes masyarakat tersebut mendapat dukungan penuh dari para tokoh agama.
“Pasalnya, pembangunan tambak yang direncanakan berada di lokasi pantai Kampung Tapakerbau ini sangat memberikan dampak buruk pada masyarakat,” tuturnya, Minggu (19/2/2023).
Menurut Herman, jika pembangunan tambak garam itu direalisasikan, maka akan berdampak petaka bagi ekonomi dan lingkungan warga setempat.
“Masyarakat akan kehilangan mata pencahariannya, sebab banyak warga yang menggantungkan hidup di lokasi tersebut, misal mencari kerang, siput, dan kepiting, untuk kemudian dijual,” imbuhnya.
Selain itu, dia juga menyampaikan, jika tambak garam itu jadi beroperasi, maka masyarakat juga akan berhadapan dengan problem-problem lingkungan yang serius, seperti banjir rob.
“Pada tahun 2022 kemarin, pasang air laut sudah kerap membanjiri pekarangan rumah warga, hampir setiap bulan. Apalagi nanti tambaknya semakin dibangun lagi,” tandasnya.
Karena itulah, ungkap Herman, masyarakat Gresik Putih, khususnya warga di Kampung Tapakerbau, melaksanakan aksi dan audensi ke pemerintah desa untuk menolak pembangunan tambak.
“Tapi masyarakat merasa kecewa saat aksi tersebut. Pasalnya, kepala desa terburu-buru menutup forum serap aspirasi,” ungkapnya.
Bahkan pernyataan-pernyataannya, lanjut Herman, terkesan mendukung keberadaan investor yang menginginkan adanya tambak garam.
Herman mengaku heran dengan sikap pemerintah desa. Karena pada tahun sebelumnya, mereka juga ikut andil dalam penolakan tambak garam bersama masyarakat.
Namun kenapa, kata Herman, di periode kedua kepemimpinan Muhammad Mohab ini, justru mendukung adanya pembangunan tambak.
“Padahal pada periode pertama, dia juga ikut serta bersama kami dalam melakukan penolakan,” ungkapnya.
Kini, Herman dan masyarakat yang menolak pembangunan tambak garam menunggu musyawarah lanjutan sebagaimana yang dijanjikan kepala desa saat audensi pada Minggu (19/2/2023).
“Kepala desa menyampaikan akan ada musyawarah lanjutan,” tambahnya.
Herman berharap, musyawarah lanjutan tersebut tidak hanya bersifat seremonial dan benar-benar dihadiri oleh masyarakat setempat. Karena kami akan terus menunggu undangan dari kepala desa,” tutupnya.
Sedangkan saat mediajatim.com mencoba menghubungi Kepala Desa Gresik Putih, Mohammad Mohab, hingga Minggu (19/2/2023) malam, tak kunjung ada respon.(mj11/faj)