web media jatim
Brosur UIJ Sosial Media-01
Segenap pimpinan dan karyawan_20250605_201559_0000
10_20250605_164323_0009
3_20250605_164323_0002
5_20250605_164323_0004
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250605_233152_0000

Tolak Pembangunan Tambak Garam, Warga Gersik Putih Protes ke Kantor Kepala Desa 

Media Jatim
Warga Tapakerbau
(Dok. Media Jatim) Proses berlangsungnya audensi masyarakat Desa Gersik Putih, Kampung Tapakerbau, ke pemerintah desa di balai desa setempat, Minggu (19/2/2023).

Sumenep, mediajatim.com — Rencana pembangunan tambak garam di Desa Gersik Putih, Gapura, Sumenep, mendapat protes dari warga setempat. Mereka mendatangi kantor kepala desa untuk menyampaikan aspirasi penolakannya, Minggu (19/2/2023).

2_20250605_164322_0001
7_20250605_164323_0006
4_20250605_164323_0003
12_20250605_164323_0011
1_20250605_164322_0000

Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi Herman Wahyudi menyampaikan, sikap protes masyarakat tersebut mendapat dukungan penuh dari para tokoh agama.

9_20250605_164323_0008
8_20250605_164323_0007
5_20250605_164641_0004
11_20250605_164323_0010

“Pasalnya, pembangunan tambak yang direncanakan berada di lokasi pantai Kampung Tapakerbau ini sangat memberikan dampak buruk pada masyarakat,” tuturnya, Minggu (19/2/2023).

6_20250605_164323_0005
2_20250605_164641_0001
3_20250605_164641_0002
8_20250605_164641_0007
Salinan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang_20250606_103712_0000

Menurut Herman, jika pembangunan tambak garam itu direalisasikan, maka akan berdampak petaka bagi ekonomi dan lingkungan warga setempat.

Baca Juga:  Difasilitasi Pemkab, 260 Perantau Mudik Gratis dari Jakarta ke Sumenep

“Masyarakat akan kehilangan mata pencahariannya, sebab banyak warga yang menggantungkan hidup di lokasi tersebut, misal mencari kerang, siput, dan kepiting, untuk kemudian dijual,” imbuhnya.

Selain itu, dia juga menyampaikan, jika tambak garam itu jadi beroperasi, maka masyarakat juga akan berhadapan dengan problem-problem lingkungan yang serius, seperti banjir rob.

“Pada tahun 2022 kemarin, pasang air laut sudah kerap membanjiri pekarangan rumah warga, hampir setiap bulan. Apalagi nanti tambaknya semakin dibangun lagi,” tandasnya.

Karena itulah, ungkap Herman, masyarakat Gresik Putih, khususnya warga di Kampung Tapakerbau, melaksanakan aksi dan audensi ke pemerintah desa untuk menolak pembangunan tambak.

IMG-20250502-WA0029
IMG-20250502-WA0027
IMG-20250502-WA0028
IMG-20250502-WA0031
IMG-20250502-WA0030
IMG-20250604-WA0240
4_20250605_164641_0003
6_20250605_164641_0005
1_20250605_164641_0000

“Tapi masyarakat merasa kecewa saat aksi tersebut. Pasalnya, kepala desa terburu-buru menutup forum serap aspirasi,” ungkapnya.

Bahkan pernyataan-pernyataannya, lanjut Herman, terkesan mendukung keberadaan investor yang menginginkan adanya tambak garam.

Baca Juga:  Kronologi Laka Beruntun Avanza Putih Hancur Ditabrak Pikap di Tanah Merah Bangkalan

Herman mengaku heran dengan sikap pemerintah desa. Karena pada tahun sebelumnya, mereka juga ikut andil dalam penolakan tambak garam bersama masyarakat.

Namun kenapa, kata Herman, di periode kedua kepemimpinan Muhammad Mohab ini, justru mendukung adanya pembangunan tambak.

“Padahal pada periode pertama, dia juga ikut serta bersama kami dalam melakukan penolakan,” ungkapnya.

Kini, Herman dan masyarakat yang menolak pembangunan tambak garam menunggu musyawarah lanjutan sebagaimana yang dijanjikan kepala desa saat audensi pada Minggu (19/2/2023).

“Kepala desa menyampaikan akan ada musyawarah lanjutan,” tambahnya.

Herman berharap, musyawarah lanjutan tersebut tidak hanya bersifat seremonial dan benar-benar dihadiri oleh masyarakat setempat. Karena kami akan terus menunggu undangan dari kepala desa,” tutupnya.

Sedangkan saat mediajatim.com mencoba menghubungi Kepala Desa Gresik Putih, Mohammad Mohab, hingga Minggu (19/2/2023) malam, tak kunjung ada respon.(mj11/faj)