WALHI Jatim Minta Wingsfood dan Unilever Bertanggung jawab, Bungkus Mie dan Rinso Penuhi Pantai Kenjeran Surabaya

Media Jatim
Temuan Sampah Plastik oleh WALHI Jatim
(Dok. WALHI Jatim) Temuan sampah plastik di wilayah Pantai Ria Kenjeran, Surabaya.

Surabaya, mediajatim.com — Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur (Jatim) menemukan sejumlah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) melebihi kapasitas tampung dan mengganggu aktivitas warga.

Direktur Eksekutif Daerah WALHI Jawa Timur Wahyu Eka Styawan menyampaikan, timbulan sampah merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2022 di Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), dalam setahun saja Jawa Timur telah memproduksi sekitar 1,487,812.44 ton sampah atau rata-rata 4,076 ton per hari.

Pada situs KLHK tersebut, yang tercatat hanya 10 kabupaten/kota di Jawa Timur; Kabupaten Pacitan, Lumajang, Mojokerto, Jombang, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Pamekasan, Kota Malang dan Madiun.

“Kota Surabaya saja produksi sampahnya setiap hari mencapai 1.500 sampai 1.900 ton per hari. Tentu, rata-rata timbulan sampah baik tahunan maupun harian di Jawa Timur kemungkinan besar lebih dari 4 juta ton per tahun dan lebih dari 11.000 ton per hari,” ungkapnya kepada mediajatim.com, Selasa (21/2/2023).

Baca Juga:  Bentuk Generasi Sehat, PMM-DN III UTM Cegah Stunting dan Bersihkan Pantai Lon Malang Sampang

Dia mengatakan, sampah rumah tangga atau pabrikan sama-sama memiliki dampak luas, baik sampah yang terbawa arus sungai, mengenang di laut, atau bahkan yang dibuang di sekitar rumah warga dan mengganggu aktivitas.

Salah satu yang mengganggu aktivitas warga adalah ketika TPS atau TPA sudah tidak mampu menampung sampah.

Banner Iklan Media Jatim

“Hari-hari ini kita mendengar banyak TPS dan TPA kelebihan kapasitas, dan mengganggu warga sekitar, misalnya di Tlekung dan Junrejo Kota Batu, Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dan Segawe Tulungagung. Warga di sana sempat protes karena keberadaan TPA menyisakan bau tak sedap dan ancaman-ancaman lainnya,” jelas Eka.

Permasalahan sampah ini, lanjutnya, tidak hanya menjadi masalah darurat kota, tetapi sudah memasuki sendi-sendi desa dan kampung.

“Ini situasi yang bisa dibilang sedang darurat sampah,” sebutnya.

Pada beberapa kesempatan penelusuran penyelesaian sampah, WALHI menemukan berbagai produk kemasan plastik yang sulit diurai meskipun dalam kurun waktu bertahun-tahun.

Baca Juga:  Di Hadapan Fatayat dan Muslimat, Khofifah Ceritakan Asal Mula Perayaan Maulid Nabi

Salah satu produsen yang disebut WALHI adalah PT Wings dan Unilever. Kedua produsen ini, versi WALHI, menyumbang sampah plastik cukup dominan misalnya di wilayah Pantai Ria Kenjeran, Kota Surabaya.

PT Wings dengan sampah bungkus Mie Sedap. Sementara Unilever dengan sampah plastik bungkus Rinso.

Atas temuan tersebut, WALHI meminta pihak produsen bertanggung jawab. “Dalam penyelesaian uraian sampah, pabrikan itu harus bertanggung jawab menyelesaikan daur ulang kemasannya,” tegasnya.

Pihaknya juga mendorong pemerintah agar segera mengintervensi produsen agar memikirkan model ekonomi yang berkelanjutan dan mementingkan kepentingan banyak orang.

Sebab, jika terus dibiarkan, maka akan mengganggu ekosistem lingkungan. “Sampah ini harus selesai di setiap rumah warga, sehingga tidak sembarangan membuang di tempat umum, salah satu caranya dengan bank sampah,” terangnya.

Lebih jauh dari itu, WALHI meminta pemerintah juga mengambil peran dan mengatur kebijakan untuk mengontrol produksi plastik di Indonesia.(hel/ky)