Risiko Meninggal Dunia, Leptospirosis Jadi Atensi Gubernur Jatim

Media Jatim
Leptospirosis
(Dok. Pemprov Jatim) Gubernur Jawa Timur saat melihat kondisi korban banjir di Desa Mojosarirejo, Kecamatan Driyorejo, Gresik, Rabu (22/2/2023).

Surabaya, mediajatim.com — Dilansir dari akun resmi instagram Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa @khofifah.ip, penyebaran penyakit Leptospirosis di Jawa Timur menjadi perhatian khusus Dinas Kesehatan (Dinkes) baik provinsi dan daerah, Selasa (7/3/2023).

Dalam postingan tersebut, Khofifah meminta masyarakat agar menerapkan Pola Kehidupan yang Bersih dan Sehat (PKBS).

“Kasus Leptospirosis ini tidak hanya terjadi di daerah rawan banjir saja, sehingga masyarakat harus menerapkan PKBS,” katanya, Selasa (7/32023).

Penyebaran penyakitnya ini, kata Khofifah, disebabkan oleh bakteri leptospira yang ada pada urin hewan seperti tikus, sapi, babi yang berada di lingkungan manusia. Gejalanya menggigil, batuk, diare, sakit kepala, demam tinggi, nyeri otot, dan hilang nafsu makan.

Baca Juga:  Bupati Prioritaskan Pembangunan KIHT sebagai Role Model Baru Urai Persoalan Tembakau

“Penularannya bisa melalui kontak langsung dengan hewan pembawa bakteri,” ulasnya.

Atas kondisi ini, orang nomor satu di Jatim tersebut, meminta kepada Dinkes se-Jatim untuk menginstruksikan semua Dinkes di setiap daerah untuk mempermudah diagnosis dan mensosialisasikan Leptospirosis ke tengah masyarakat.

“Kami sudah siapkan Rapid Diagnosis Test (RDT) di setiap kabupaten, agar bisa lebih cepat dideteksi,” tuturnya.

Penyakit Leptospirosis ini ternyata kini telah menyebar ke beberapa daerah di Jawa Timur.

Di Pacitan, berdasarkan laporan mingguan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, dr. Hendra Purwaka, pada Jumat (3/3/2023) kemarin, ada 169 warga yang terjangkit Leptospirosis.

Baca Juga:  Pj Bupati Sebut Perluasan Rute Bus Transjatim ke Bangkalan Bakal Dongkrak Ekonomi Warga

“Enam warga di Pacitan karena penyakit tersebut telah meninggal dunia,” tuturnya, Jumat (3/3/2023).(hel/faj)