web media jatim
Brosur UIJ Sosial Media-01
Segenap pimpinan dan karyawan_20250605_201559_0000
10_20250605_164323_0009
3_20250605_164323_0002
5_20250605_164323_0004
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250605_233152_0000

Cerita Nafada: Puteri Pemberdayaan Perempuan Jawa Timur 2023 yang Bangkit dari Bullying!

Media Jatim
Nafada Puteri Pemberdayaan Perempuan Jatim 2023
(Dok. Media Jatim) Nafada Safaatul Ummah bersama kedua orang tuanya saat penobatan Puteri Pemberdayaan Perempuan Jawa Timur pada Januari 2023 lalu.

Pamekasan, mediajatim.com — Aksi bullying kerap terjadi di lingkungan sekolah. Dilakukan oleh siswa yang merasa lebih “berkuasa” kepada siswa yang lemah.

2_20250605_164322_0001
7_20250605_164323_0006
4_20250605_164323_0003
12_20250605_164323_0011
1_20250605_164322_0000

Dan korban bullying tidak mengenal siswa atau siswi. Semua dari mereka bisa jadi korban–pun jadi pelaku.

9_20250605_164323_0008
8_20250605_164323_0007
5_20250605_164641_0004
11_20250605_164323_0010

Efek bullying pun bermacam-macam. Bisa positif jika korban mampu bangkit, dan bisa negatif jika korban gagal bangkit.

6_20250605_164323_0005
2_20250605_164641_0001
3_20250605_164641_0002
8_20250605_164641_0007
Salinan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang_20250606_103712_0000

Dan, salah satu siswa korban bullying yang mampu bangkit dan kini mendulang sejumlah prestasi itu bernama Nafada Safaatul Ummah.

Perempuan yang dinobatkan sebagai Puteri Pemberdayaan Perempuan Jawa Timur Tahun 2023 pada Januari lalu itu pernah menjadi korban perundungan sejak duduk di bangku Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Pamekasan.

“Saya jadi korban bullying selama dua tahun, dari saya kelas dua,” ungkapnya kepada mediajatim.com Senin (23/10/2023).

Dia mengatakan, bahwa dirinya pernah dimusuhi oleh hampir seluruh teman kelasnya. Bangkunya kerap dicorat-coret, helmnya diludahi dan dituduh suka mencari muka karena sering dipuji guru.

“Saat itu, saya pernah kepikiran untuk berhenti sekolah. Tapi akhirnya saya tahu, alasan mereka begitu karena saya dari desa tapi sering dipanggil untuk ikut lomba,” tuturnya.

Putri pasangan Rahbini dan Hasmaniyah itu juga membeberkan, bullying yang menimpa dirinya sempat mengganggu kondisi mentalnya. Sampai-sampai dia berkonsultasi ke psikolog.

“Karena saya pernah ada di fase di mana saat saya ada di kamar tapi suara mereka yang ngatangatain saya itu terngiang-ngiang di telinga,” bebernya.

Bahkan, kata Nafada, pernah terbersit untuk mengadukan bullying itu ke pihak sekolah tapi dia urungkan karena teman-teman yang merundungnya lebih punya power karena mereka rata-rata dari keluarga berada.

Baca Juga:  Pemilik Sumur Bor di Pamekasan Bantah Dugaan Semburan Api Gegara Percikan Korek atau Bara Rokok

“Saya hanya bisa curhat ke umi. Lalu beliau bilang begini, ‘Sabar, tunggu lima tahun ke depan, dan lihat mereka jadi apa dan kamu jadi apa.’ Dan benar-benar terbukti, Allah itu tidak tidur,” katanya.

Gadis asal Desa Klompang Timur, Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan itu perlahan bangkit. Membuang jejak-jejak perundungan di ingatannya. Menghapus goresan-goresan luka yang pernah mengganggu mentalnya.

Dia pun optimis bisa bangkit. Dia keluar dari zona pikir perempuan yang tinggal di desa pada umumnya. Dia melanjutkan kuliah ke Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.

Sejak lulus dari MAN 2 Pamekasan tahun 2021, dia menjadi bersemangat mengasah potensi dirinya bahkan hingga di bangku semester 5 Prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) saat ini.

IMG-20250502-WA0029
IMG-20250502-WA0027
IMG-20250502-WA0028
IMG-20250502-WA0031
IMG-20250502-WA0030
IMG-20250604-WA0240
4_20250605_164641_0003
6_20250605_164641_0005
1_20250605_164641_0000

“Saya ingin keluar dari zona ini. Saya berpikir wanita itu perlu pendidikan tinggi, butuh mengembangkan potensi, harus punya value dan pencapaian agar punya kehidupan yang lebih baik dan bisa menjadi role model untuk orang di sekitarnya,” paparnya.

Secara simbolik, Nafada mengartikan bahwa salah satu cara untuk melatih dirinya menjadi role model ialah dengan menjadi duta.

“Makanya saya sering ikut lomba-lomba duta, karena dari kecil saya memang suka ngomong. Kalau dibiarin kan sayang, makanya saya coba ikut lomba duta Generasi Berencana (Genre) Pamekasan meskipun saya pendek hanya sekitar 150, saya nekat saja,” ceritanya.

Untuk menjadi duta, gadis 20 tahun itu mengaku mempelajari banyak hal secara otodidak.

“Seperti public speaking, modeling, dan fashion saya belajar dari youtube lalu saya praktikkan sendiri. Tapi untuk public speaking saya belajar ke guru saat di MAN,” terangnya.

Baca Juga:  Satpol PP Pamekasan Mengaku Sudah Sisir Semua Tempat Pengiriman Barang untuk Berantas Rokok Ilegal

Selain menjadi duta, Nafada juga menjadi penerima beasiswa (awardee scholarship) Bank Indonesia. Beasiswa inilah yang membuat dia bisa melanjutkan kuliah ke UINSA.

“Sebenarnya saya sudah tujuh kali gagal daftar beasiswa dan yang ke delapan kalinya saya baru keterima Beasiswa Bank Indonesia. Sempat hopeless, tapi saya tetap positive thinking dan saat itu saya berpikir saya harus kuliah sambil kerja. Tapi akhirnya lolos juga, ” ulasnya.

Dan puncaknya, tahun ini, Nafada dinobatkan sebagai Puteri Pemberdayaan Perempuan Jawa Timur Tahun 2023.

Kemudian, dia juga menjadi Duta Fakultas Dakwah dan Komunikasi UINSA dan Duta Lingkungan Jawa Timur. Selain itu, dia juga aktif di berbagai organisasi di dalam dan luar kampus.

“Di momen saya terpilih menjadi Icon Puteri Pemberdayaan Perempuan Jawa Timur, saya melihat kedua orang tua saya terharu. Dulu mereka melihat saya menangis karena menjadi korban bullying, sekarang mereka menangis haru karena pencapaian saya,” ujarnya.

Selain sibuk menjadi duta, Nafada juga aktif di media sosial sebagai content creator dan influencer di beberapa platform.

Dari sinilah Nadafa memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga mengirim uang untuk keluarganya di rumah.

“Kalau ditotal paling besar bisa sampai Rp9 juta sekian. Selain dari media sosial itu saya dapat juga dari honor sebagai narasumber atau jadi pembicara di sebuah event,” jelasnya.

Nafada mengatakan, seseorang bisa menjadi apa pun yang dia inginkan. Dari mana pun ia dan dari keluarga apa pun ia serta dari masa lalu apa pun ia.

“Walaupun hanya gadis desa dan berasal dari keluarga sederhana, kita tetap bisa bermimpi untuk merubah stigma masyarakat terhadap wanita. Kita harus punya value dan harus lebih mengenal diri sendiri lebih baik,” pungkasnya.(mj15/ky)